Kita tidak pernah tau takdir apa yang akan menghampiri hidup kita kelak. Semua skenario sudah Allah atur sesuai kapasitas masing - masing.
Saatnya diatas siapapun mengaku saudara,teman atau apalah. Tapi saat kita terpuruk mana tadi yang mengaku saudara. Semuanya perlahan pergi menjauh.
Begitulah kehidupan Keluarga Derel,pasca pendemi merubah segalanya. Saat kedua orang tuanya telah tiada kakak dan adik - adiknya seakan tidak mengenal dirinya lagi.
Dulu waktu ia punya semuanya kakak dan adiknya rajin datang kerumah berkumpul. Itu semua tinggal kenangan. Bagaimana kehidupan Derel dan keluarganya selanjutnya?akankah ia kembali sukses? apa yang terjadi pada orang - orang yang menghina dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
"Kita lanjut dengan toko almarhum ibu kalian dulu. Haknya Derel di keluarkan dulu, lalu sisanya juga harus dibagi." Gibran menjabarkan panjang lebar pembagian Warisan sesuai wasiat.
Gani merasa sangat kecewa, niat hati ini mengusai semua isi toko almarhum ibu tapi bagian yang ia dapat hanya sedikit. Derellah yang mendapat bagian paling banyak karna itu memang haknya. Karna memang ia yang sering mengisi barang - barang di toko almarhum ibu.
"Semua sudah di bagi, siapa yang akan membayar bagian Gani terhadap rumah ini?" tanya Gibran pada semuanya.
"Kalau ga ada jual aja pada orang saja." celetuk Gani saking kesalnya, ia juga tidak rela rumah almarhum ibu ada yang masih memiliki. Hatinya terasa sakit karna hanya dirinya yang akan kehilangan hak di rumah almarhum ibunya sendiri.
"Gimana yang lain?" tanya Gibran.
"Aku ga ada uang,bang." sahut Mercy.
"Apalagi aku, bang. Aku sudah janji sama pacar aku untuk menikah tahun ini." ujar Rafi.
"Uang abang juga ga cukup, tapi abang akan usahakan untuk mencari pinjaman. Jika tidak ada terpaksa rumah ini tetap kita jual." ujar Derel sedih.
Gani tersenyum sinis pada abangnya. " Sok - sok - an mau cari pinjaman, mau bayar pakai apa?" cemooh Gani.
"Insya Allah pasti ada jalannya. Jadi kamu bersabar aja dulu. Abang akan usahakan secepatnya untuk mengeluarkan bagian kamu." ujar Derel masih berusah tenang. Padahal dalam hatinya menangis.
Walau masalah warisan sudah selesai, masih ada masalah baru. Ia tidak tau mesti mencari uang kemana. Mau pinjam kebank, buat angsurannya juga ia bingung.
Sehabis magrib Derel,Gibran dan istrinya memutuskan kembali ke jakarta. Ia agak kecewa dengan adik - adiknya yang tidak mau membantu dirinya.
Andai Mercy dan Rafi mau membantu patungan pasti ia tidak akan sepusing ini. Gibran merasa kasihan melihat temannya memikul beban sendiri.
"Kenapa?" tanya Gibran saat mereka sudah berada didalam perjalanan.
"Pusing aku. Mau cari pinjaman kemana? Otakku buntu." Derel menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi mobil dan mengarahkan matanya ke jalanan yang masih saja ramai.
Sinta istrinya sudah tertidur di bangku belakang. Mungkin karna lelah makanya ia tidur dengan pulasnya. Ia sama sekali tidak terganggu dengan suara obrolan suaminya dan Gibran.
"Apa tidak ada saudara yang lain bisa membantu kamu?" tanya Gibran tetap fokus dengan jalanan. Derel menggelengkan kepalanya.
"Keluarga." kekeh Derel saat mengingat bagaimana perlakuan keluarganya yang lain.
"Iya, bukanya banyak saudara kamu yang kehidupannya mapan?" tanya Gibran.
Derel nampak menarik nafas kasar dan menghembuskannya beberapa kali, menghilangkan sesak di hati.
"Kita itu hidup masing - masing. Saudara hanya sebuah gelar tapi uang tidak mengenal saudara." jawab Derel tersenyum miring.
Miris Gibran mendengar perkataan Derel. Sangat berbeda dengan keluarganya yang saling peduli. Saling membantu bila ada yang membutuhkan bantuan.
"Aku mesti bagaimana ini? Adik - adik aku selalu saja membuat kepalaku pusing dari dulu." Derel memijit kepalanya yang terasa pening.
"Bagaiman jika kamu pinjam uang aku saja." tawar Gibran dan itu membaut Derel merubah posisi duduknya menghadap Gibran berusah mencari pembenaran dari apa yang baru saja ia dengar.
"Kamu jangan bercanda deh, aku serius ini." ujar Derel.
"Ini benaran." jawab Gibran sambil tersenyum sekilas pada Derel dan kembali fokus pada jalanan.
"Tapi, nanti aku mau bayar pakai apa? kamu kan tau penghasilan aku tiap hari. Buat makan saja ada sudah syukur, lalu bagaimana aku mesti mengangsurnya. Apa rumah itu akan jual aja kali ya? Kamu mau ga beli rumah aku?" tiba - tiba ide itu keluar begitu saja oleh Derel.
"Begini saja, aku akan dipinjamkan kamu uang buat memberi bagian Gani. Untuk angsurannya nanti kita pikirkan lagi." tawar Gibran dan nampak Derel sedang berpikir apakah ia akan menerima tawaran Gibran atau tidak?
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Selamat pagi kk,ketemu lagi dengan thor. Sudh up ya kk. Jangan lupa tinggalkan jejak berupa like dan komen serta votenya yang banyak agar thor makin semangat😊😘😘🙏🙏🙏
klu Darel selamat
malah tokoh utamanya dimatiin...
ke ce wa... left..
ya ngak seru klu Darelnya meninggal.. Thor