Walaupun identitasnya adalah seorang Tuan Muda dari keluarga Dong yang terkenal di dunia kultivator, tapi Fangxuan menjalani kehidupan yang begitu sulit karena tidak memiliki jiwa martial seperti murid sekte yang lainnya.
Hidupnya terlunta-lunta seperti pengemis jalanan. Fangxuan juga sering dihina, diremehkan, bahkan dianggap sampah oleh keluarganya sendiri.
Mereka malu memiliki penerus yang tidak mempunyai bakat apapun. Padahal, keluarganya adalah keluarga terhebat nomor satu di kota Donghae.
Karena malu terhadap gunjingan orang, tetua sekte Tombak Api mengutus seorang guru untuk melenyapkan nyawa Fangxuan dengan cara membuangnya ke lembah Kematian Jianmeng.
Namun, nasib baik masih berpihak padanya. Fangxuan diselamatkan oleh seorang Petapa tua. Bukan hanya itu, Petapa tua tersebut juga mengangkatnya sebagai murid satu-satunya dan mewariskan seluruh ilmu kanuragan yang dimilikinya.
"Aku akan membalas mereka semua yang selama ini menindas ku. Tunggulah ajal kalian!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lienmachan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21
Bab 21~Kembali ke Kota
Setelah Bai Lang tunduk pada Fangxuan, seluruh binatang spirit tersebut ikut menunduk hormat padanya tanpa kecuali.
Melihat hal itu, tentu saja semua orang terkejut akan apa yang dilakukan para binatang spirit. Tapi, Fangxuan memang layak dihormati karena ia telah mengalahkan pemimpin binatang spirit di hutan Gin ini.
Namun, tetap saja ada yang tak menerima akan hal tersebut, yaitu Xi Tong dan Gu Run. Kedua pria itu yang lebih dulu ingin mengikat kontrak dengan Bai Lang, namun binatang spirit tersebut menolak dan melawannya, malah dengan mudah didapatkan Fangxuan.
Sebenarnya apa yang dimiliki Fangxuan sehingga dengan mudah mendapatkan binatang spirit yang kuat tersebut?
Xi Tong dan Gu Run bertanya-tanya. Keduanya tetap tak mau mengakui apa yang telah terjadi dan merencanakan pembunuhan terhadap Fangxuan.
"Aku tidak terima. Jika aku tidak mendapatkannya, maka kau juga tidak boleh memilikinya. Dasar sampah!" teriak kedua pria tersebut sembari mengayunkan pedang ke arah Fangxuan.
"Hiyaaaaa!"
SWOSH
Pedang berkepala ular itu terayun kuat dengan dialiri Qi di dalamnya.
"Matilah kau, Fangxuan!" Xi Tong dan Gu Run berlari menerjang ke arah Fangxuan secepat kilat. Namun, keduanya melupakan hal penting, bahwa jika ada yang menyerang tuannya, maka binatang spirit itu akan melindunginya.
Serigala putih berdiri dengan gagahnya melindungi tubuh Fangxuan dari serangan kedua sisi, lalu ia mengangkat cakar dan mengibaskan ekornya tepat ke tubuh kedua pria tersebut.
SLASH
DUAGH
KRAK
"Ugh!"
Tubuh Xi Tong dan Gu Run kembali terpental hingga beberapa meter dan kemudian terjatuh ke tanah dengan sangat keras. Darah keluar dari mulut serta perutnya yang terkena cakar serigala putih.
"MANUSIA BODOH. BERANINYA KAU MENYERANG TUANKU! KAU TIDAK AKAN KU AMPUNI." Serigala putih berjalan menghampiri lalu mengangkat kedua kakinya dan menginjak keduanya hingga tewas seketika.
KRAAAAKKK
"AAAARRRRRRRGGGGHHHHH!"
Satu injakan saja langsung membuat mereka tewas dengan tubuh hancur. Akhir kematian yang sangat tragis.
Semua orang yang menyaksikan bergidik ketakutan, tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada mereka jika menyinggung Fangxuan.
Serigala putih mengaum keras sebelum menoleh ke arah tuannya lalu menunduk hormat.
"Terima kasih, Bai Lang! Oh iya, apa aku bisa meminta bantuan darimu lagi?!" Fangxuan bertanya ragu.
Bai Lang mengangguk pasti. "Tentu, Tuanku. Apapun permintaanmu, aku akan memenuhinya." Suara Bai Lang tidak mengeram seperti sebelumnya, bahkan kini terdengar biasa saja di telinga Fangxuan.
"Bantu kami untuk keluar dari hutan ini dan kembali ke kota Zhengwu. Sudah waktunya kami pulang!" pinta Fangxuan.
Serigala putih itu mengangguk, kemudian memberikan sesuatu kepada semua orang. Sebuah apel hijau yang rasanya sangat manis.
Mereka semua menerima dengan senang hati, lalu memakannya dengan lahap.
Tiba-tiba cahaya putih menyelimuti seluruh tubuh semua orang kemudian membawanya melayang di udara lalu lenyap begitu saja setelah apel yang mereka makan habis tak tersisa.
Wuuuuussshhhh
Tak butuh waktu lama, semua orang menghilang meninggalkan tempat tersebut dan tiba di gerbang keluar tanpa mengingat apapun yang terjadi sebelumnya.
Mereka tak ingat apapun yang terjadi di dalam ruang dimensi, seperti tempat-tempat rintangan atau pun makhluk-makhluk penunggunya.
Tapi, berbeda dengan Fangxuan yang mengingat seluruh kejadian yang terjadi dan serigala putih yang bernama Bai Lang miliknya.
•
•
Kota Zhengwu.
Sudah berhari-hari para tetua sekte menunggu kedatangan seluruh peserta kompetisi di gerbang keempat. Namun, tak ada satupun yang muncul di gerbang tersebut menandakan bahwa mereka tak ada yang kembali satupun.
Apakah mereka semua mati di ruang dimensi? Lalu, tahap mana yang banyak memakan korban?
Ah, sungguh sial.
Bahkan, satu bulan berlalu mereka tak kunjung mendapatkan kabar apapun.
"Ke mana semua peserta kompetisi? Apa tak ada yang selamat satupun?!" Tetua sekte tengkorak iblis bertanya murka. Bahkan rahang pria tua itu mengeras dengan mata melotot.
"Maaf, Tetua Ji! Sepertinya para peserta tidak ada yang kembali. Semuanya sudah tewas!" ucap Fan sembari menunduk.
Brak
Pria tua itu memukul meja dengan sangat keras hingga menimbulkan suara yang cukup nyaring.
"Brengsek. Kita bahkan tak tahu apa yang terjadi dalam."
"Lalu, bagaimana selanjutnya, Tetua? Aku yakin, keluarga para peserta akan mendatangi kita untuk menanyakan keberadaan anak-anaknya. Apa yang harus kita katakan?!" Xiufeng bertanya.
Tetua Ji terdiam memikirkan sesuatu, sementara Fu Lao menyeringai senang. Dengan tidak ada yang kembalinya para peserta, berarti Fangxuan pun tewas di dalam sana. Maka dari itu, ia telah membalaskan dendam kematian Hao Yi.
"Hahaha, rasakan kau, Fangxuan. Jangan salahkan aku yang tak berbelas kasih. Nasibmu saja yang sial karena berani membunuh Yi'er-ku!" gumam Fu Lao dalam hati.
Saat ini, para pejabat kota serta tetua sekte tengkorak iblis dan bulan merah tengah berkumpul di ruang pertemuan. Mereka sedang membahas masalah penting yang menyangkut para peserta kompetisi yang menghilang tiba-tiba.
Dengan menghilangnya para peserta kompetisi, hilang pula informasi tentang tahapan rintangan ruang dimensi.
Tempat apa yang mereka lewati, makhluk apa yang mereka temui, dan rahasia apa yang ada di dalamnya? Sampai saat ini para Tetua itu tak mengetahuinya.
Sampai tiba-tiba pintu ruang pertemuan terbuka lebar memperlihatkan seseorang yang baru masuk dengan tergesa-gesa.
"Beraninya kau masuk tanpa permisi!" tegas Xiufeng kepada orang tersebut.
Orang itu segera menunduk. "Maafkan atas kelancangan diriku, Tetua! Aku datang karena ingin memberikan informasi penting." ujar orang tersebut.
Salah satu tetua berdiri dan menghampirinya. "Lu Shinting, informasi penting apalagi yang ingin kau sampaikan selain hilangnya para peserta kompetisi, heh?!" tanya tetua Ming.
Lu Shinting mendongak lalu menunduk kembali. "Tetua, maafkan aku! Sebetulnya aku ingin melaporkan jika para peserta sudah tiba di gerbang terakhir. Namun__"
"Apa? Mereka sudah keluar dari ruang dimensi? Bagaimana mungkin?!" Fu Lao terperanjat mendengarnya.
Tetua Ji segera berdiri dan menghampiri Lu Shinting. "Mereka telah kembali? Tapi, lonceng Genji tidak berbunyi untuk memberitahu kita!"
Lu Shinting kembali berkata, "Mereka tidak keluar lewat gerbang tersebut, Tetua. Tapi__"
"Katakan!" Fu Lao menyela. Pria itu menjadi tak sabar karena mendengar kembalinya para peserta.
"Para peserta tiba-tiba saja berada di luar gerbang tanpa melewatinya. Seperti ... berteleportasi. Namun, mereka sungguh aneh, terlihat kebingungan." tutur Lu Shinting kemudian.
"Apa?"
"Bagaimana bisa?"
Karena tak percaya dengan yang disampaikan, para tetua itu pun segera datang ke gerbang terakhir. Dan benar saja, para peserta kompetisi sedang duduk selonjoran dengan wajah kebingungan.
Dari seratus dua puluh lima orang, yang kembali hanya tujuh orang saja. Lalu, ke mana perginya sisa orang-orang itu?
Fu Lao mengerang penuh amarah ketika melihat Fangxuan berada di antara ketujuh peserta yang selamat. Tangannya mengepal memperlihatkan guratan hijau di pergelangan tangannya.
"Brengsek, ternyata ia memiliki keberuntungan cukup besar. Hmph, aku tidak akan membiarkannya hidup lebih lama!"
...Bersambung ......
kultivasi ga jelas,semua nya ga jelas