Sifa Kamila, memilih bercerai dari sang suami karena tidak mau diduakan. Ia pun pergi dari rumah yang dia huni bersama Aksa mantan suami selama dua tahun.
Sifa memilih merantau ke Jakarta dan bekerja di salah satu perusahaan kosmetik sebagai Office Girls. Mujur bagi janda cantik dan lugu itu, karena bos pemilik perusahaan mencintainya. Cinta semanis madu yang disuguhkan Felix, membuat Sifa terlena hingga salah jalan dan menyerahkan kehormatan yang seharusnya Sifa jaga. Hasil dari kesalahannya itu Sifa pun akhirnya mengandung.
"Cepat nikahi aku Mas" Sifa menangis sesegukan, karena Felix sengaja mengulur-ulur waktu.
"Aku menikahi kamu? Hahaha..." alih-alih menikahi Sifa, Felik justru berniat membunuh Sifa mendorong dari atas jembatan hingga jatuh ke dalam kali.
Bagaimana kelanjutan kisahnya? Kita ikuti yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
"Selamat siang..." ucap wanita berhijab mengangguk santun kepada Felix.
"Selamat siang..." Felix mengulurkan tangan hendak bersalaman, tetapi si wanita hanya menangkupkan kedua tangan.
Felix menarik tangannya kembali, semakin penasaran dengan wajah wanita yang tidak nampak selain dahi dan bulu mata lentiknya, selebihnya tertutup masker.
Si wanita meletakkan bokongnya perlahan-lahan mengisi kursi yang sudah ditarik oleh mister Daly.
"Bisa segera dimulai?" Si wanita mengejutkan Felix yang masih menatapnya.
"Apa tidak sebaiknya kita makan siang dulu Nona" Felix ingin segera melihat bibir wanita itu ketika makan nanti.
"Saya sebenarnya sudah makan Tuan, tetapi saya akan menunggu Anda dan asisten saya ini selesai makan" jujur si wanita.
Felix mengangguk, walaupun sebenarnya kecewa tidak bisa melihat wajah si wanita, tetapi memang perutnya sudah lapar, hingga makanan di hadapannya lebih menggoda.
Felix mengangkat garpu dan pisau, memotong steak daging dengan mudahnya lalu menyantap.
Mister Daly yang tidak biasa makan seperti itu nampak kebingungan lalu menoel lengan bos di sebelahnya.
"Nasinya mana, kok daging tok" bisiknya.
"Sudah... makan saja, nanti nasinya di rumah" si wanita mendekatkan mulutnya ke telinga Daly.
"Kenapa berbisik-bisik Non, asisten Anda tidak suka makanan seperti ini?" Felix menyuruh Daly agar memesan makanan yang lain.
"Tidak-tidak, Daly suka kok" bos melirik Daly agar segera makan.
Daly akhirnya memotong steak seperti yang Felix lakukan, tetapi keras sekali. Dia angkat kepala menatap Felix yang tengah fokus dengan piring. Kesempatan itu digunakan Daly ambil daging dalam piring dengan tangan lalu menggigitnya.
Si wanita menahan tawa melihat tingkah asistennya itu. Hingga makan siang pun selesai, dilanjutkan membahas tentang jual beli saham. Setelah saham menjadi milik si wanita, mereka pamit pulang. Bos dan asisten itu menggunakan motor masing-masing pulang ke rumah.
"Hihihi... berhasil juga penyamaran aku" wanita yang tak lain adalah Sifa itu terkikik ketika sudah tiba di rumah, dan santai di karpet bersama Daly yang tak lain Perto.
"Tapi kamu lebih cantik menggunakan kerudung Sifa" Siti menimpali.
"Benar kata Siti" Perto menimpali dengan mulut penuh, melanjutkan makan yang tidak tuntas di restoran tadi.
"Aku belum siap Siti" Sifa merasa belum bisa mengerudungi hatinya, maka belum bisa berpakaian selayaknya wanita muslimah.
"Ini nih, yang membuat aku tidak bisa jatuh cinta sama kamu dari dulu Sifa, soalnya pakaian kamu itu bukan tipe aku" seloroh Perto tanpa menoleh lawan bicara, Perto asik dengan daging yang masih alot.
"Kamu dapat daging darimana Perto" Sifa bukan menimpali ucapan Perto, tetapi lebih tertarik mengomentari tampilan daging yang seperti di restoran tadi.
"Jatah kamu di restoran aku bungkus tissue terus aku kantongi, hahaha..."
"Dasar kamu bikin malu" Sifa menggeplak pundak Perto. Padahal di rumah pun tidak jarang masak daging.
Siti tertawa sampai menahan pipis, tingkah Perto memang suka lucu membuat suasana rumah Sifa menjadi hangat, walapun tidak sedikit masalah yang datang.
"Pelaku mubazir itu termasuk kufur kepada Allah" Perto yang memang rajin ibadah itu pada akhirnya ceramah. Jika steak itu tidak dia bawa tentu akan dibuang. Setelah makanan di piring habis, Perto mencuci piring tersebut kemudian kembali.
"Sif, kamu sepertinya mengenal Tuan Felix?" Tanya Perto serius. Perto mulai curiga, lalu bertanya untuk apa Sifa menyembunyikan wajahnya di depan Felix.
"Kalian masih ingat bukan? Kejadian 3 bulan yang lalu ketika ada orang yang mencampurkan bahan kimia ke produk kita?" Sifa menarik napas panjang, mungkin sudah saatnya dia jujur kepada kedua anak buahnya.
"Ingat, terus apa hubungannya dengan pengusaha kelas atas itu Sif?" Siti balik bertanya.
"Maksud Sifa, Tuan Felix itu pelakunya. Benar begitu kan Sifa" otak Perto langsung tanggap.
"Lebih tepatnya Dia itu dalangnya"
Sifa ingat tiga bulan yang lalu setelah mencurigai dua orang yang masuk ke dalam garasi, kemudian mengecek ulang semua parfum yang sudah dikemas. Ternyata kecurigaan Sifa benar, Parfum tersebut ditambahkan bahan kimia berbahaya, bagusnya baru beberapa botol saja. Mungkin karena saat itu kepergok Perto. Sifa minta Perto memisahkan parfum tersebut di tempat yang aman, karena akan dia jadikan barang bukti jika suatu saat nanti dibutuhkan.
"Kok kamu tahu jika pelakunya Dia Sif?" Perto justru tidak mengetahui.
"Setelah itu aku menyelidiki sendiri" Sifa rupanya mengikuti Felix dan akhirnya merekam perbincangan Felix dengan dua orang suruhannya sedang menceritakan keberhasilannya. Rekaman tersebut hingga kini masih Sifa simpan untuk menguatkan bukti-bukti perbuatan Felix.
"Waduh..." Perto tidak habis pikir jika Sifa seberani itu melakukan sendiri. "Tapi Alvin tahu apa yang kamu lakukan Sifa..." imbuhnya.
"Tidak tahu, dan aku mohon kalian jangan sampai cerita" Sifa minta tenang jangan sampai ada orang tahu.
"Kok begitu Sif? Seharusnya kita laporkan ke polisi, perbuatan Dia itu sudah melanggar hukum" Siti menggebu-gebu.
"Tunggu dulu Siti" Sifa punya rencana yang lebih kejam sebelum Felik mendekam di penjara.
****************
Dua bulan kemudian, setelah semua saham Felix habis. Perusahaan tersebut dikendalikan oleh pemilik saham terbanyak. Tetapi belum diketahui siapa pemilik Felix grup yang baru dan masih menjadi tanda tanya seluruh karyawan. Sebab, pemilik perusahaan yang baru belum pernah muncul, dan masih membiarkan Felix tetap memimpin. Namun, ternyata kebangkrutan Felix tidak lantas membuatnya jera. Terbukti banyak uang yang diselewengkan Felix untuk kepentingan pribadi. Felix tidak menyadari bahwa di perusahaan itu bukan siapa-siapa lagi. Jika selama dua bulan ini masih tetap menjabat, itu karena kebijakan pemilik saham terbanyak agar memberi kelonggaran mantan penguasa Felix grup itu.
Hingga pagi itu dewan direksi memanggil Felix ke ruangan.
"Jadi saya di pecat?!" Tandas Felix tidak terima.
"Bukan dipecat, tetapi Anda masih bisa bekerja di kantor ini" Dewan direksi masih membiarkan Felix bekarja tetapi hanya ada dua lowongan, yaitu Office boy atau scurity.
"Apa? Ini tidak adil" Felix marah, karena merasa di remehkan. Orang nomor satu di perusahaan itu lantas dipekerjakan di posisi paling rendah.
"Ini sudah menjadi keputusan perusahaan Tuan Felix, jika Anda keberatan tidak menjadi masalah" Dewan direksi sebenarnya memberhentikan Felix secara halus.
Tanpa permisi, Felix meninggalkan ruangan dewan direksi, menjalankan kekayaan satu-satunya yang tersisa yaitu kendaraan roda empat. Hingga pulang dini hari dalam keadaan mabuk berat.
"Astagfirullah..." Dania mengelus dada melihat suaminya yang dia tunggu-tunggu sejak sore pulang dalam keadaan sempoyongan. Bagusnya masih bisa mengendarai mobilnya tidak terjadi sesuatu.
"Apa? Berani-beraninya kamu dengan orang nomor satu di Felix grup" rancaunya menunjuk-nunjuk wajah Dania yang tengah mengunci pintu.
Dania tidak mau memperkeruh suasana, lebih baik mengantar suaminya itu ke kamar. Felix terus merantau hingga akhirnya tertidur.
"Kenapa kamu semakin menjadi-jadi Mas" Dania sebenarnya menunggu Felix pulang karena akan memberi kejutan, tetapi rupanya Dania justru dibikin syok. Dania memilih tidur menggelar kasur lipat. Dia usap perutnya yang masih rata. Padahal dia baru saja tes kehamilan dan sudah positif. Ya, Dania kini telah mengandung anak Felix walaupun tidur campur hanya beberapa kali saja setelah Dania membuktikan nasehat Susana agar mempercantik diri.
Keesokan harinya Felix masih datang ke kantor dengan pakaian rapi. Dengan percaya diri dia hendak masuk ke ruangan yang sudah puluhan tahun dia duduki.
"Tunggu Pak" scurity menahannya.
"Siapa kamu berani menghalangi saya?!" Ketus Felix.
"Maaf Pak, tempat Bapak bukan di ruangan ini lagi" scurity mengatakan bahwa ruangan Felix sudah ada penggantinya.
"Saya tidak peduli" Felix nyelonong masuk. Tiba di dalam, matanya melotot tajam ketika seorang wanita tengah duduk di kursi miliknya.
...~Bersambung~...