NovelToon NovelToon
Kebebasan Berahasia

Kebebasan Berahasia

Status: tamat
Genre:Tamat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Suami ideal / Office Romance
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: Jojo ans

Kanesa Alfira, yang baru saja mengambil keputusan berani untuk mengundurkan diri dari Tano Group setelah enam tahun dedikasi dan kerja keras, merencanakan liburan sebagai penutup perjalanan kariernya. Dia memilih pulau Komodo sebagai destinasi selama dua minggu untuk mereguk kebebasan dan ketenangan. Namun, nasib seolah bermain-main dengannya ketika liburan tersebut justru mempertemukannya dengan mantan suami dan mantan bosnya, Refaldi Tano. Kejadian tak terduga mulai mewarnai masa liburannya, termasuk kabar mengejutkan tentang kehamilan yang mulai berkembang di rahimnya. Situasi semakin rumit dan kacau ketika Kanesa menyadari kenyataan pahit bahwa dia ternyata belum pernah bercerai secara resmi dengan Refaldi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jojo ans, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 20

Sudah 3 hari aku di rumah mertua, aku juga sudah memberikan kabar ke Mama dan Papa bahwa untuk sementara aku tidak bisa pulang ke Bandung karena sekarang aku sudah tinggal bersama kembali dengan Mas Adi.

Hari ini aku mau ketemu teman-teman kantor, katanya ketemuan di Mall selepas jam kerja mereka, Aku sudah siap saat waktu menunjukan pukul 16.45 WIB. Aku turun ke lantai bawah, rumah masih sepi karena orang rumah belum pulang kantor.

"Mas Franki, hisa anterin saya ke Mall

XX?" tanyaku. "Ya bolehlah Ibu Nyonya, tunggu saya siapin mobil ya." Lelaki berusia 38 tahun itu pamit dari hadapanku menuju garasi mobil.

Aku menelpon Mas Adi untuk meminta izin, namun ponselnya tidak aktif. Aku telpon Tatiana tapi perempuan itu tidak masuk kerja karena tunangannya masuk rumah sakit. Sudahlah, nanti saja aku telpon Mas Adi kalau sudah sampai di Mall.

Bencana.

Rencana pertemuan kami batal, mantan teman-teman kantorku malah dapat pekerjaan tambahan dan mengharuskan lembur. Sementara hanya Mas Gibran yang memang sudah pindah divisi yang dapat bertemu denganku. Jangan khawatir, Mas Gibran tidak sendiri tetapi dia membawa serta istri dan anaknya. Tuh anaknya Mas

Gibran ditemani sang mama lagi main-main di depan sana. Sementara aku dan Mas Gibran duduk-duduk santai sembari menunggu pesanan minuman kami "

Jadi rujuk nih sama Pak Adi?" tanya Mas Gibran dengan senyum menggoda. "Ya, gitulah. Lagi hamil pula nih."

Mas Gibran menatapku serta perutku dengan wajah tidak percaya. "Kamu hamil?" tanyanya lagi. Aku langsung menganggukan kepala.

"Hebat banget ya Pak Adi. Cepat mencetak gol." Kami tertawa.

"Eh awww!" jeritku tiba-tiba saat cappucino panas yang dibawakan oleh pelayan tak sengaja tertumpah. mengenai tangan kananku.

"Eh Maaf, Maaf Mbak."

Pelayan itu panik.

"Kamu nggak apa-apa Nes?" tanya Mas Gibran dengan wajah yang panik juga. Aku meringis.

"Mbak tolong ambil air es, teman saya.

kepanasan nih," ucap Mas Gibran. Lelaki yang sudah kuanggap sebagai kakak lelakiku itu mengambil tanganku dan mengambil air es yang dibawakan oleh pelayan untuk membasuh tanganku.

"Firal"

Entah dari mana, Mas Adi tiba-tiba

muncul di hadapan kami. Segera aku melepaskan tangan Mas Gibran dari atas tanganku, berharap agar Mas Adi tidak akan salah paham.

"Eh Pak Adi, saya dan Nesa lagi-"

"Diam! Saya nggak bicara sama kamu."

"Kamu kok nggak bilang mau ke Mall?

Terus ketemuan sama Gibran di sini? Ngapain?"

Nada bicara Mas Adi sudah mulai tidak enak didengar, sepertinya dia marah. Sebelum orang-orang memperhatikan kami aku menarik tangan mas Adi

untuk segera pergi dari sana.

"Mas Gib, nanti bilang sama yang lain tentuin jadwal ketemuan ulang ya, aku pergi dulu." Mas Gibran menganggukkan kepalanya, dia sepertinya sudah mengerti dengan sifat Mas Adi yang

kadang jadi emosian.

Mas Adi tidak membawaku ke rumah ataupun apartemen kami yang dulu

tetapi di membawaku kembali ke kantor karena ada yang harus dia urus.

Dia tidak bicara selama dalam

perjalanan.

"Diam di ruangan ini sampai aku kembali," titahnya dengan nada

dingin.

Aku bahkan belum sempat

menjelaskan, dia sudah pergi..

Sekitar 30 menit, akhirnya Mas Adi

kembali. "Duduk di sini," ucap Mas Adi sambil

menepuk pahanya.

"Mas kamu gila? Kenapa juga aku harus duduk di pangkuan kamu sedangkan ada sofa di sini." Aku menolak ajakannya, dia lagi marah dan tidak baik berada dalam jarak dekat dengan Mas Adi. Aku lebih

memilih duduk di sudut sofa.

"Kenapa? Bukankah kita suami-istri?

Permintaan aku wajarkan?"

"Aku ingatkan kalau Mas lupa kita lagi

di kantor, ucapku dengan nada kesal. "Ngapain ke Mall ketemuan sama Gibran?" tanyanya dengan nada dingin

dan menusuk.

Oke, sepertinya dia salah paham.

"Kita ketemuan bareng anak-anak

kantor tapi yang lain nggak jadi,

lembur katanya. Lagi pula Mas Gibran

bareng istrinya."

"Aku nggak lihat istrinya."

Aku menghela napas.

"Ngapain juga dia pegang-pegang

tangan kamu?"

Nada bicara Mas Adi naik seoktaf.

"Tangan aku ketumpahan kopi panas

Mas, Mas Gibran cuman mau nolo-"

"Diam. Berhenti nyebut dia dengan embel-embel Mas!" Astaga, lalu aku harus panggil Mas Gibran dengan sebutan apa? Mas Gibran kan lebih tua dari aku. Nggak mungkin aku manggil Bapak arau Om

kan?

"Tapi Mas Gib-"

"Diam!!"

Laki-laki itu menunduk dan meraih

tubuh mungilku yang berbalut dress

kuning pudar.

"Nggak Mas, ini nggak benar," ucapku. "Ini benar Fira, kamu istri aku. Nggak ada yang salah." Aku menahan dada laki-laki itu.

"Mas nggak bisa di sini."

"Nggak! Aku marah, aku cemburu dan

aku pengen menghukum kamu Fira."

"Nggak Mas, kita harus selesain dulu

kesalahpahaman kamu sama aku dan

Mas Gib-"

"Sialan!!!"

Mas Adi berdiri dan memberi

bogemannya pada sebuah cermin

hingga retak bahkan sebagian

belingnya menancap di buku-buku jari

tangannya. Darah mengalir deras dari

luka di tangannya.

Aku menjerit ketakutan.

Aku tidak pernah melihat Mas

Adi semarah ini, mata laki-laki itu

memerah dan berair saking emosinya.

"Aku benci kamu nyebut dia seperti

itu."

"Gibran Sialan!!"

Amukan Mas Adi tak terkendali.

Laki-laki itu semakin menonjok

cermin yang sudah retak itu. Hingga

darah dari tangannya sudah terciprat

kemana-mana.

Aku tidak mengira bahwa Mas Adi

akan mengamuk seperti ini.

"Mas, hentikan."

Nafasku tercekat, Mas Adi masih

belum menghentikan aksinya.

Laki-laki itu bisa kehabisan darah. Aku

ingin berteriak meminta pertolongan

sementara ruangan itu kedap suara.

"Mas."

Aku memeluk tubuh laki-laki itu dari

belakang mencoba menghentikan aksi

gilanya.

"Aku cinta kamu, aku benci lihat kamu

sama orang lain. Aku benci kamu

manggil laki-laki yang bukan keluarga

kita seperti itu dan paling aku benci, dia berani nyetuh kamu." Mas Adi berbalik dan memelukku erat. Darah yang mengalir ditangannya tak hanya mengotori pakaiannya sendiri tapi juga lantai bahkan pakaian yang aku kenakan.

"Mas."

Belum sempat aku bicara, Mas Adi

sudah mencium bibirku. Menciumku

dengan segala kelembutan yang

bahkan tak bisa ku tolak.

1
Kakashi Hatake
Seru banget, thor harus cepat update lagi dong!
Jojo ans: baik, besok aku update ya😇❤️
total 1 replies
Yami CB
Ada apa thor, kok masih lama update? Aku berharap cerita ini tidak berhenti sampai di tengah jalan.
Jojo ans: besok update kok😇
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!