Apa yang kau harapkan dari seseorang yang pergi tanpa pamit?Tidak menyangka Naura bertemu kembali dengan sang mantan suami. Ardan,
saat anaknya menceritakan seorang pria baik yang ia kenal. Namun, di balik kemarahannya pada Ardan, ada perasaan yang sulit di mengerti oleh Naura.
memutuskan untuk menghilang tetapi takdir selalu mempertemukan. Meski masih tidak suka dengan kelakuan Ardan. Rasa bersalah yang di tunjukkan Ardan, membuat Naura mencoba memaafkan kembali.
Dan Ardan juga mencari tahu alasan pergi tanpa pamit yang di lakukan oleh Naura.
Ketika keduanya sudah mendapatkan jawabannya. Apakah dunia akan setuju bahwa itu adalah hal yang tepat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ylfrna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Saja Untuk Putriku
Ardan Cakrawangsa, sungguh manusia yang sangat sulit di jabarkan dengan berbagai rumus. Konon katanya, ketika kita mendapatkan satu, maka ia harus mendapatkan dua. Cara berfikirnya sedikit maju. Jika tidak menguntungkan baginya, maka kau siap-siap akan rugi
Katanya sejak kecil semua keinginannya tidak ada yang tidak di kabulkan, dan sampai dia berumur tiga puluh tahun. Keinginannya juga harus terkabulkan. Sungguh. Cara berpikirnya sangat picik
Naura menatapnya lekat-lekat, dan hari ini. Naura ingin mengeluarkan umpatan kasarnya
Dasar laki-laki berengsek, sialan. Di saat darurat kau masih ingin mencari kesempatan. Eh sialan. Anakmu sedang sakit. Tidak bisakah kau mengalah tanpa mencari keuntungan. Huh? Kenapa tidak kau saja yang menggantikan anakku! "
"Naura berhenti menatapku seperti itu? Aku tau kau sedang mengumpat dalam hati"
Naura tersenyum kecil "Tidak, kalau begitu aku turun di sini saja"
"Kau tidak melupakan Alana yang tengah sakitkan? Ayolah Naura jangan egois"
"Aku tidak pernah melupakan anakku!"
"Jadi apa salahnya setelah sembuh dia tinggal denganku"
"Ardan aku tidak ada waktu untuk bermain-main denganmu, jika kau tidak ingin menjadi pendonor untuk anakku, kau tidak perlu memberi alasan yang tidak masuk akal"
"Ku rasa kau yang ingin bermain denganku, apa salahnya kau berbagi anak denganku"
"Pikiran mu benar-benar picik dan gila!"
Ardan tersenyum mendengarnya
"Leonel hentikan mobilnya"
Leonel menuruti keinginan Naura. Naura menutup pintu mobil dengan sekuat tenaganya. Ardan menggelengkan kepala sembari tersenyum kecil
"Naura, ini keinginan mu bukan?"
"Enyah kau dari sini" Ucap Naura di penuhi emosi.
Dia, Ardan? Tidak membantu sama sekali. Dia pikir, ia siapa? Jika kau ingin anakku langkahi dulu mayatku
Naura mengumpat sendiri. Mobil Ardan telah menghilang dari pandangan.
Ardan menghela nafas kasar. Pikirannya hanya tertuju kepada Alana. Jika masih di kota yang sama tidak sulit bagi Ardan menemukan rumah sakit tempat anaknya di rawat.
Orang kepercayaannya mengirimkan apa yang di inginkan Ardan
"Langsung kesini" Suruh Ardan sembari memperlihatkan alamatnya kepada Leonel
Leonel memutar arah mobilnya. Ardan memikirkan seribu cara, bagaimana cara merebut kembali hati Naura. Bagaimana supaya keluarganya kembali utuh. Permasalahannya hanya ada pada Naura.
"Tuan berhenti memakai kekerasan" Ucap Leonel tiba-tiba
"Apa maksud mu?"
"Aku rasa, Naura hanya butuh kelembutan. Jika tuan berbicara dari hati ke hati Naura akan menerimanya"
Ardan hanya diam
"Perempuan itu tidak suka di kasari"
Leonel jadi mengenang hari dimana ia di peluk oleh Naura. Hanya saja semesta tidak mengizinkannya untuk memiliki wanita itu.
...----------------...
Ardan menyusuri lorong rumah sakit. Sampai ia di ruangan anak, Ardan tidak tau apa ia sekarang terlihat senang atau menyedihkan. Ardan menangis, Ardan merindukan putrinya. Rambut Alana sudah memanjang, kulitnya semakin putih. Dan benar kata Naura anaknya begitu cantik.
Alana sedang bermain boneka bersama Hana, tidak ada Alan, karena ia sedang di rumah. Ardan mengetuk pintu. Tangannya menenteng beberapa hadiah. Alana mengalihkan pandangannya ke arah pintu yang terbuka.
Gadis kecil itu tersenyum. Tentu ia juga merindukan papanya, Hana mundur beberapa langkah, ia memberikan ruang kepada dua orang yang sudah lama berpisah.
"Apa yang sakit?" Tanya Ardan sembari memeluk anaknya
Tangisan Ardan semakin kencang, ia tidak tega melihat jarum infus bertengger di tangan anaknya.
"Alana rindu om Ardan" Ucapnya selepas pelukan
Ardan mengangguk dalam tangisan
"Om Ardan, Alana berhenti sekolah. Lana sakit om, Lana takut tidak ketemu om Ardan lagi, Mama! Uang Mama habis buat pengobatan Lana" Jelasnya
"Lana membuat Mama menangis, Lana sakit om, Lana mau sembuh, Lana tidak mau lagi membuat Mama khawatir. Lana mau sekolah Om, Lana mau sekolah sama Alan" Sambungnya kemudian menangis
Ardan mendudukkan Alana di atas pahanya, ia membawa Alana ke pangkuannya.
"Maafkan Papa, Papa janji akan membuat Lana sembuh, Papa janji akan membuat Lana sekolah, Papa janji akan membahagiakan kalian"
...----------------...
Cukup lama bermain dengan Alana, tiba saatnya Alana harus istirahat. Ardan berpamitan pulang karena ada sesuatu yang mau di urus. Dan Ardan berjanji akan datang kembali.
Naura kembali ke rumah sakit, tidak seorang diri. Ia bersama Alan dan satu orang laki-laki yang sudah bersamanya selama satu tahun enam bulan.
Ardan dan Naura berpapasan tanpa di sengaja. Namun, seakan Naura tidak melihat kehadiran Ardan. Ia terlalu asyik dengan orang di sampingnya
"Kau darimana saja?" Tanya Ardan, menghentikan langkah mereka
Pandangan Ardan langsung tertuju kepada Alan kemudian ke arah lelaki tersebut.
"Kenapa kau ada disini?"
"Ini tempat umum siapa saja boleh kesini"
"Tidak- maksudku?"
"Dia siapa Naura?" Ada raut kecemburuan
Naura tersenyum kecil lalu menggenggam tangan lelakinya
"Dia kekasihku"
Ardan tidak pernah melihat Naura tersenyum semanis itu. Dan ia begitu bersemangat memperkenalkannya
"Kekasih? Di saat Lana sakit kau masih sempat berkencan?"
"Alan tidak mau menyapa om Ardan?" Naura mengalihkan pembicaraannya
"Alan mau ketemu Alana"
"Kalau begitu kami langsung permisi"
Ardan mencegat lengan Naura untuk tidak pergi, emosinya mulai terbaca
"Aku belum selesai bicara"
"Sayang? Aku ingin berbicara dengannya sebentar" Tanya Naura kepada lelaki yang bernama Arnold
"Iya sayang, kami masuk dulu" Ia sangat mempercayai Naura
"Kenapa kau harus meminta izin segala?"
"Dia kekasihku dan sudah seharusnya begitu"
Arnold masuk ke ruangan Alana, Ardan menarik Naura ke arah taman
"Apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya Naura
"Naura dimana pikiran mu? Kau tidak mengerti seseorang telah menunggu mu selama ini?"
"Kau ingin membahas Alana atau yang lain? Aku tidak ada waktu untuk yang lain"
"Tetapi ada waktu untuk berpacaran?"
"Itu urusan ku bukan urusanmu"
"Ini menjadi urusan ku karena kau istriku dan mereka anak-anakku"
"Aku ingatkan sekali lagi, delapan tahun yang lalu kita sudah bercerai dan kau juga sudah menikah dengan kekasihmu"
Ardan tersenyum getir
"Tidak, aku tidak pernah menikah. Setiap hari aku habiskan hanya untuk menunggumu"
"Tetapi aku tidak pernah meminta untuk kau tunggu, karena yang tersisa dari hubungan kita tidak ada? Bahkan kenangan manis pun kita tidak punya"
"Lalu bagaimana dengan aku? Yang masih setia menanti mu dan memiliki kenangan manis bersamamu. Naura? Pahami aku, aku sangat tersiksa dalam penantian ini. Aku terluka, bahkan aku berdarah-darah ketika mengetahui anakku terkena penyakit"
Ardan terdiam sejenak
Kemudian "Aku semakin terluka ketika anak lelakiku tidak ingin menyapaku, mungkin benar katamu aku ayah yang buruk. Tapi izinkan aku memperbaikinya"
Naura hanya diam
"Baiklah, aku tidak akan memaksa mu untuk bersamaku lagi, tapi aku akan selalu memaksa mu untuk memberikan aku izin untuk dekat dengan anakku"
Sebelum Ardan pergi "Hasilnya cocok, besok sore aku akan menjadi pendonor untuk Alana. Kau tidak perlu khawatir lagi!"
siapa yg mo daftar lagi masih dibuka nih😌