WANITA BARBAR ITU ISTRIKU

Malam pertama Vanny tidur satu ranjang dengan Arvan. Dia begitu canggung sekaligus merasa khawatir jika Arvan akan berbuat macam-macam padanya. Seketika dia melihat Arvan sudah mendekatinya dan hendak menaiki ranjang king size miliknya sendiri.

"Arvan, guling ini sebagai pembatas, kau maupun aku tidak boleh melewati batas ini." Ucap Vanny yang sedang merasa dalam bahaya jika dekat-dekat dengan Arvan yang menurutnya sudah mulai menjadi gila dengan sikap posesifnya.

"Baik lah..!" Ucap Arvan tanpa memperpanjang perdebatannya dengan Vanny. "Kau tidurlah jangan terlalu berisik, kalau kau bicara lagi aku akan nekat memelukmu saat ini juga." Ancam Arvan pada Vanny. Seketika ia merasa lucu jika Vanny akan menciut seperti tikus kecil jika di ancam olehnya. Apalagi diancam dengan hal-hal keintiman, Vanny akan langsung mati kutu tanpa bisa melawan.

Malam pun sudah larut, namun Arvan tak juga kunjung memejamkan matanya. Bagai mana tidak, dia melihat Vanny kembali berubah menjadi zombie saat tertidur lelap. Sikap barbarnya pun dia bawa bahkan di saat tertidur pulas. Vanny benar-benar menguasai tempat tidur, kakinya sebelah sudah berada di atas perut Raditya, matanya setengah terbuka dan mulutnya pun menganga.

Arvan tertawa melihat posisi tidur Vanny yang seperti preman pasaran itu, diapun mengambil ponselnya dan langsung memotret Vanny yang sedang tertidur dengan posisi yang menurutnya sangat lucu. Berulang kali dia menatap hasil foto Vanny yang dia ambil secara diam-diam, berulang kali pula dia tertawa samapai terpingkal-pingkal.

Hari pun sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi, Vanny pun terbangun dari tidurnya karena terbiasa bangun subuh untuk melaksanakan kewajiban shalat subuhnya. Seketika Vanny merasa tubuhnya seperti tertimpa beban yang sangat berat. Dia membulatkan matanya seolah sangat terkejut. Bagaimana tidak, kedua tangan Arvan sudah memeluknya begitu posesif. Tubuh Arvan memeluk hangat tubuh Vanny, seperti sepasang suami istri yang terlelap dan saling menyalurkan kehangatan satu sama lain.

Vanny pun langsung berusaha terlepas dari pelukan Arvan, namun Arvan pun semakin mengencangkan pelukannya terhadap Vanny.

"Arvan....!!! Lepaskan pelukanmu...!!" Ucap Vanny sambil menepuk-nepuk tangan Arvan yang sengaja mengeratkan pelukannya. "Arvan..!!! Aku mau shalat subuh...Lepaskan pelukanmu..!!" Ucap Vanny kembali, agar Arvan mau melepaskan pelukannya dan membiarkan dia melaksanakan kewajibannya.

Arvan pun melonggarkan pelukannya, seketika ia melihat jam sudah menunjukkan angka 05.00 subuh.

"Ya sudah... Ayo kita shalat berjamaah..!" Ucap Arvan pada Vanny. Yang membuat Vanny terkejut, seolah tak yakin jika Arvan bisa menjadi imam shalat.

Setelah selesai mengambil wudu', Arvan mau pun Vanny sudah bersiap-siap melaksanakan shalat subuh berjama'ah. dimana Arvan yang menjadi imam shalat dan Vanny menjadi makmumnya. Alangkah terkejutnya Vanny mendengar suara Arvan yang merdu dan tajwid yang begitu pasih disaat membacakan ayat-ayat yang dia pakai untuk bacaan shalatnya. Vanny sangat tersentuh dengan moment ini, dibalik sosok Arvan yang menyebalkan dan mesum, ternyata Arvan adalah orang yang tidak lupa dengan kewajibannya sebagai muslim.

Setelah salam, Arvan pun memandangi Vanny. Vanny yang sudah sah menjadi istrinya walaupun mereka buat dengan embel-embel nikah kontrak, namun tetap saja buku nikah sudah menjadi bukti jika mereka sudah sah sebagai suami istri baik dalam agama maupun negara.

"Vanny...!! Aku mau kita belajar untuk menjadi Suami Istri sungguhan. Maaf jika di awal pernikahan yang tidak kita sukai, aku malah membuat perjanjian kontrak denganmu. Dan kini aku nyatakan, jika perjanjian itu tidaklah sesuatu hal yang serius, dan saat ini juga aku menghapuskan perjanjian kontrak itu. Aku, Arvan Wijaya akan menjadi Suami yang bertanggung jawab untukmu." Ucap Arvan dengan sangat sungguh-sungguh terhadap Vanny.

Vanny yang mendengarkan penuturan Arvan barusan sontak terkejut. Dia belum bisa menerima Arvan sebagai suaminya, Vanny merasa jika dia belum bisa mencintai Arvan. Dan Vanny juga tidak menyukai sikap Arvan yang egois, posesif dan berbuat sesuai kemauan nya saja, tanpa memperdulikan kemauan orang lain.

"Arvan.. Aku masih belum yakin dengan perasaanku padamu. Aku tidak mencintaimu, a-aku tidak bisa menjadi Istri sungguhanmu." Ucap Vanny yang terang-terangan menolak kemauan Arvan untuk menjadi suami istri sungguhan dan menghapus perjanjian kontrak yang telah mereka sepakati.

Arvan pun menelan salivanya, seolah merasakan sakit mendengar penuturan Vanny yang tidak ingin serius menjadi Istrinya.Vanny yang terang-terangan mengakui jika ia tidak mencintai Arvan. Jika dulu dia akan pasrah saja menerima semua keputusan Erika, karena menurutnya jika Erika tidak bahagia bersamnya, maka ia tidak perlu memaksanya walaupun dia mencintai Erika.

Berbeda dengan Vanny, kini Arvan seolah merasa jika dia harus memiliki Vanny bagaimanapun caranya. Dia tidak peduli dengan penolakan Vanny. Bahkan dia rela jika harus mengurung Vanny hanya untuk dirinya sendiri, agar Vanny tidak pernah bisa lari dirinya. Hanya Arvan yang berhak memiliki Vanny, cinta gilanya kepada Vanny membuat dia seolah terobsesi dan tidak akan pernah membiarkan Vanny pergi meninggalkannya.

"Kau tidak punya pilihan lain..!! Vanny... Kau hanya milikku, kau ingat itu..!! Aku tidak butuh pengakuan cintamu padaku. Yang aku butuhkan selamanya kau berada di sisiku, itu saja. Cinta juga bisa datang karena telah terbiasa..!!!" Ucap Arvan pada Vanny dengan penuh penekanan.

Vanny pun terduduk lemas, bagai mana ia bisa lepas dari Arvan yang akan memenjarakan dirinya. Bahagianya hanya lah kebebasan tanpa ikatan. Kini Vanny merasa hidupnya akan seperti dineraka.

"Argghhh...!!! Aku bisa gila kalau seperti ini... Aku tidak suka di kekang... Bagiku hanya aku yang berhak mengatur hidupku sendiri. Bukan orang lain..!!!" Ucap Vanny dalam hatinya, seakan tudak terima dengan perkataan Arvan barusan. Baginya dirinya hanyalah miliknya sendiri. Orang lain tidak berhak atas dirinya.