Tetesan-tetesan air hujan meninggalkan jejak basah kilau bening di pucuk-pucuk daun mahoni ditambah semburat cahaya mentari yang mulai meredup bak permata.... indah itulah dipengelihatanku.
Kumengadah ke atas kelabu itu sudah beranjak pergi berganti cahaya kemerahan di sana....kuhirup perlahan aromanya sambil memejamkan mata masih terasa segar....
Ku buka mata....masa itu... kenapa tiba-tiba menyergap ku....kuraba hatiku....masa yang selalu menghantui hidupku....apakah jejak kelabu dihatiku kan berganti ataupun sudah terkikis? kata hatiku berkata....aku rindu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Berniat Melamar
...•...
...•...
...•...
...~Selamat Membaca~...
...°°...
Setelah kejadian Zafran mengantar Liona ke parkiran mobil keluarganya beberapa hari lalu. Pagi ini Zafran terlihat mondar mandir di kamar apartemennya. Apa yang sebaiknya harus dilakukannya.
Dia tidak bisa mengurus bisnisnya secara optimal karena dia memikirkan suatu hal.
Apakah....apa yang direncanakan dia ini terlalu tergesa apa tidak. Tapi dia benar-benar ingin merealisasikan apa yang dipikirkan dalam otaknya.
Apalagi ketika Rio menceritakan setelah dia mengantar Lionanya. Kata Rio keluarganya sepertinya menyukai dirinya tapi tidak dengan ayahnya.
Tinggal tersisa 2 hari lagi sebelum mereka kembali pulang. Dia ingin meyakinkan ayah dan ibu Liona. Rio yang memberitahunya itu juga yang membuat dia merasa benar-benar gelisah.
Ah iya.... dia lupa, Rio, seseorang yang bisa diandalkannya. Zafran ingin meminta bantuan Rio saja. Mengambil hp yang tergeletak di ranjang. Zafran pun menghubungi Rio. Nada panggilanpun tersambung.
"Yo, Gue butuh bantuan Lo." kata Zafran langsung tanpa salam.
"Salam dulu lah Zaf, nyerobot aja sih Lo...." Ucap Rio
"Selamat pagi Yo.... Yo lagi sibuk nggak....Gue butuh bantuan Lo urgent ini."
"Bantuan apa?" jawab Rio setelah mengangkat telpon dari Zafran
"Gue ingin berkenalan dengan orang tua Lo. Gue juga ingin izin kepada ayah ibu untuk mengizinkan gue untuk berkenalan dengan Liona."
Rio masih belum merespon kata yang disampaikan oleh Zafran. Restu Rio sudah Zafran kantongi. Orang tua dan saudara yang lain juga belum.
"Hari ini hanya ada ayah dan ibuku sedang di rumah. Gue dan Liona berada di luar sekarang. Liona sebelum pulang ingin berkunjung ke taman wisata yang bagus di sini. Kemungkinan kami pulang juga sore." ucap Rio menjelaskan padaku.
"Kamu didekat Liona sekarang?" kataku
"Nggak, sekarang Liona sedang mengantre beli minuman."
"Oh gitu, it's ok nggak apa-apa nggak bisa ketemu sama Liona dulu. Niatku untuk hari ini Gue ingin bertemu kedua orangtua Lo." jawabku
"Lo yakin Zaf?" lalu Rio melanjutkan lagi.
"Zaf gue minta sama Lo, pikirkan matang-matang, sebagai teman yang masih kenal dengan Lo sebentar ini."
"Gue tahu lo orangnya tidak main-main dengan perkataan Zaf.... namun lo harus ingat Lo itu masih muda, jarak umur lo dengan mbak gue juga lumayan jauh. Apalagi status keluarga gue dan keluarga lo jelas berbeda. Ingat status keluarga lo sangat tinggi. Apakah mbak guenanti akan diterima dengan baik oleh keluarga lo?"
"Gue nggak ingin keluarga gue terluka apalagi mbak gue Zaf, sejak dulu dia hidupnya sudah keras. Gue nggak ingin ada orang yang melukai dia sedikitpun. Gue sebagai adiknya mengusahakan kebahagiaannya sekarang."
"Gue tahu Liona pernah menaruh rasa sama suaminya sepupu gue walaupun mbak gue itu nggak pernah cerita sama siapa-siapa. Gue nggak sengaja buka buku catatan Liona.
"Sekarang pasti dia sedang terluka gue sekarang mencoba menghiburnya. Sebagai saudaranya gue juga merasa gagal ketika anggota keluarga gue merasa sedih."
"Jadi gue mohon dengan sangat pada Lo Zaf. Pikirkan matang-matang. Itu hanya rasa suka atau penasaran kepada mbak gue. Jika seperti itu gue mohon jangan diteruskan lagi Zaf."
Rio berkata panjang lebar kepada Zafran hanya melalui via telpon Zafran seakan bisa melihat ekspresi saat dia mengutarakan itu.
"Rasaku kepada Liona bukan perasaan main-main Yo, Perasaanku padanya bukan sekedar cinta monyet. gue benar-benar serius....gue nggak hanya sekedar ingin berkenalan. Gue benar-benar ingin menjadikan Liona sebagai isteriku."Ucap Zafran dengan tegas menyakinkan Rio.
"Gue tahu pasti ini akan jadi hal berat nantinya. Tapi gue nggak bakalan menyerah Yo, gue nggak selemah itu. Untuk keluargaku sendiri tentu gue akan selalu berjuang agar tidak hanya aku diterima baik oleh keluarga lo tapi juga Liona nantinya saat dia menjadi isteri gue."
"Gue akan mengusahakan kebahagiaannya. Jadi gue mohon percaya padaku Yo. Gue benar-benar ingin menjadikan Liona sebagai isteri gye." ucap Zafran dengan nada memohon.
Diseberang terdengar Rio menghela nafas panjang.
"Gue sudah kirimkan sharaloc rumah gue yang ada di sini. Temui kedua orangtua gue luluhkan hatinya. Semoga Lo berhasil Zaf. Good luck."
"Zafran gue matikan telponnya. Mbakku sudah berjalan mendekat kearah gue." ucap Rio
Lalu saluran telponpun terputus. Zafran membuka pesan yang dikirimkan oleh Rio.
Tidak hanya sebuah shareloc tapi juga beberapa potret Liona yang diambil oleh Zafran.
Di potret tersebut terselip caption dari Rio.
Good luck Zaf demi dia.
Melihat foto Liona menambah semangat dan keyakinan Zafran untuk segera menyampaikan niatnya itu.
Zafran lalu membuka sharelocnya. Dari apartemennya jarak tempuhnya 5 jam perjalanan dengan naik mobil. Tak apa-apa demi Liona dan menjemput restu keluarganya Zafran siap melakukan apapun.
Jam sudah menunjukkan waktu setengah 9. Segera dia bersiap-siap agar nanti ke sana tidak kesorean sampai ke sana.
*
*
*
Jam 2 siang Zafran baru sampai di rumah Liona karena jalanan sungguh ramai jadi dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan biasa hingga waktu perjalanan lebih dari setengah jam dari waktu perkiraannya.
Gerbang rumah terlihat tertutup. Namun pintu rumah nampak terbuka. Zafran menepikan mobilnya diluar rumah yang posisi di samping rumah Liona itu kebetulan kosong dia menepikan mobilnya disitu.
Zafran lalu turun dari mobil mencari bel dan ya akhirnya ketemu. Dia memencet bel beberapa kali.
Hingga seorang perempuan paruh baya yang Zafran yakini itu adalah ibu dari Liona dan Rio nampak keluar dari rumah yang diikuti oleh 2 anak kecil yang diperkirakannya masih kanak-kanak.
Ibu Liona segera membuka kunci pintu gerbang lalu menggeser pintu gerbang membukanya sebagian.
Zafran segera bersamalaman dengan Ibunya Liona. Dia ingin memperkenalkan diri lagi namun seperti Ibunya Liona masih mengingat nya.
"Nak Zafran ya, temennya Rio?" ucap Ibu Liona sambil mengingat-ingat wajahnya
"Oh, iya Bu, saya Zafran."
"Ini Bu ada sedikit kue dari saya."
Zafran menyerahkan 2 kantong berisi berbagai rasa kue brownies kepada Ibu Liona.
"Ya ampun kok repot-repot Nak, terimakasih lho ya." ucap Ibu Liona sambil menerima 2 kantong dari tangan Zafran.
"Tidak repot kok, Bu." Jawab Zafran
"Oh iya Nak, mari masuk dulu, Ibu sampai lupa tidak mempersilahkan kamu masuk nak Zafran."
"Oh iya Tidak apa-apa Bu." ucapku maklum
Segera Zafran mengikuti Ibu dari belakang hingga mereka sampai di ruang tamu. Zafran dipersilahkan untuk duduk di sofa dalam ruang tamu tersebut.
Ternyata di dalam rumah selain ada ayah ibu Rio dan Liona dan anak-anak kecil, terdapat seorang wanita dan laki-laki dewasa seperti seusia kakak pertamanya Jefran.
"Wah ada siapa ini.... Lho kamu temennya Rio kan sama yang nganter adikku Liona ke parkiran waktu nikahannya Aurelin kan....." ucap Mbak Raya kepada Zafran
"Iya kak, salam kenal saya Zafran."
"Oh iya salam kenal Raya kakaknya Liona dan Rio. Ini suamiku Rendi."
Zafran segera menerima uluran tangan dan menjabat tangannya.
"Rendi."
"Zafran."
"Maaf ya Rio lagi keluar sama Liona kemungkinan sore baru pulang." Ucap Ibu
"Oh iya Bu, tidak apa-apa."
Bunda bunda
"Silahkan ngobrol-ngobrol dulu. Saya tinggal kebelakang anak-anak manggil saya." ucap Raya
"Baik kak." Ucapku
Raya pun berlalu berjalan menjauhi ruang tamu. Tersisa Ibu dan Rendi.
"Habis dari mana ini?" Tanya Rendi
"Dari apartemen kak, niatnya ingin ke sini." jawab Zafran
"Ini minumannya silahkan diminum ya Dek...." ucap Raya dengan membawa beberapa cangkir isi teh hangat dan kudapan pisang goreng lalu diletakkan di meja ruang tamu.
"Terimakasih Kak." ucap Zafran sopan.
"Mbak tinggal di kamar ya, Mbak mau nidurin anak-anak mbak. Mereka lagi rewel."
"Iya mbak nggak papa."
"Ayo Nak Zafran diminum tehnya
"Iya Bu..."
"Mau ketemu Rio ya? Rionya lagi keluar sama Liona. Atau ingin bertemu dengan Liona." ucap Rendi dengan senyum jahilnya kepada Zafran.
Zafran yang sedang meneguk tehnya langsung tersedak.
Uhuk....uhuk....uhuk....
Zafran meletakkan cangkirnya di meja takut cangkirnya pecah. Rendi yang duduk di dekat Zafran langsung menepuk punggung Zafran.
"Maaf Zaf...." ucap Rendi merasa bersalah. Setelah reda Zafran menjawab.
"Nggak papa Mas Rendi udah mendingan ini."
"Rendi....Kamu ini....Maaf ya nak Zafran." ucap ibu Liona
"Nggak papa Bu."
"Maaf Bu, Bapak dimana ya?" tanya Zafran kemudian.
" Oh Bapak lagi mandi."
"Eh itu Bapak, Yah sini yah ada Zafran temennya Rio main ke sini."
Datanglah sesosok pria paruh baya yang terlihat berwibawa.
"Ah ya...." Ayah Liona segera mendekat ke ruang tamu.
Zafran segera bangkit dari duduknya dan bersalaman dan memperkenalkan diri dengan Ayah Liona. Entah kenapa ketika Ayah Liona datang dia terasa sangat gugup.
"Duduk yah." ucap ibu
Lalu ayah Liona duduk tepat di depan Zafran yang dibatasi oleh sebuah meja.
"Ada perlu apa ya nak Zafran datang kemari?" tanya ayah Zafran kepada Zafran.
"Maaf Bapak, Ibu, Mas Rendi sebelumnya." Zafran menghela nafas panjang sebelum melanjutkan perkataannya.
"Kedatangan saya hari ini bermaksud untuk izin mengenal Liona putri ibu dan bapak lebih lanjut dengan niat saya ingin mempersunting Liona sebagai isteri saya."
"Maaf mungkin terkesan mendadak dan tidak tahu diri. Besar harapan saya untuk diperkenankan untuk diizinkan."
Setelah Zafran mengatakan hal itu. Ada beragam ekspresi wajah dari ayah ibu Liona dan Mas Rendi. Ibu yang terkejut, Rendi yang shok dan ekspresi ayah Liona yang mulai tampak dingin.
Sepertinya dia harus ekstra perjuangan meluluhkan hati orang tua Liona. Batin Zafran
"Apa yang menjadi alasanmu hingga berani kamu memiliki niat untuk mempersunting anakku." ucap ayah Liona dengan tegas menatap tepat kedua arah mata Zafran
"Saat saya pertama kali bertemu dan melihat Liona entah mengapa ada getaran aneh di hati saya. Melihat Liona dengan senyuman manisnya melayani pelanggan di rumah makan Mbak Rina dan Om Dio itu membuat saya terpana. Liona yang rajin, Liona yang sigap menolong orang yang sedang memerlukan bantuan saat melihat Liona mengajar murid-muridnya di sekolah membuat saya sadar bahwa saya merasakan yang namanya jatuh cinta." ucap Zafran dengan membalas menatap kedua mata ayah Liona. Seperti terlalu berani tapi itu adalah salah satu caranya untuk mendapatkan keyakinan dari orang tuanya.
Ayah Liona diam, tanpa mengatakan apa-apa lalu keluar menjauh dari ruang tamu menuju kamarnya lalu pintu kamar terdengar terkunci dari dalam.
"Nak Zafran mohon maaf ya atas sikap suami Ibu. Dia bukan bermaksud mengabaikan nak Zafran, ayahnya Liona mungkin terkejut atas apa yang di sampaikan oleh Nak Zafran."
"Iya Bu tidak apa-apa. Saya yang merasa tidak enak. Lalu bagaimana dengan ibu sendiri apakah ibu merestui saya untuk mengenal lebih dekat dengan Liona."
"Tanpa izin dari kalian saya tidak berani untuk melangkah lebih jauh mendekati Liona."
Ibu Liona tersenyum lalu berkata.
"Nak, kurang lebih Rio telah menceritakan mengenai nak Zafran. Jika kamu benar-benar serius tentu ibu sebagai ibunya Liona merestui kamu untuk lebih kenal dengan Liona tapi kamu harus mendapatkan izin dari Ayah Liona. Ibu harap kamu bisa lebih bersabar dan kuat menghadapi ayah Liona, kamu mampu dan bisa Nak....."
"Terimakasih Bu atas izinmu. Untuk Bapak Saya akan berusaha lebih keras lagi agar Beliau bisa menerima saya. Saya benar-benar serius ingin menjadikan Liona sebagai pendamping hidup saya satu-satunya."
"Bro, aku salut sama keberanianmu aku setuju sama ibu. Gimana yang setuju nggak sama Ibu?" tanya Mas Rendi kepada isterinya yang sejak tadi ternyata menguping. Raya menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
"Semangat ya Zafran kamu untuk meluluhkan hati ayah."
"Terimakasih ya kak Raya dan kak Rendi."
"Saya tidak bisa berjanji bisa membahagiakan Liona hidup dengan saya tapi saya akan mengusahakan bersama saya dia hidup nyaman dan bahagia."
"Dan saya akan berusaha untuk meluluhkan hati Bapak." Ucap Zafran
Hati Zafran sungguh lega. Tugasnya sekarang bagaimana cara dia meluluhkan hati ayah Liona. Semoga Tuhan memberikan kelancaran untuknya.
Dia akan memberitahu hal ini kepada Rio.
*
*
*
Bukan karena cepat puas. Justru karena tujuanku besar yah aku belajar menikmati apa yg aku punya hari ini sambil berjuang untuk mimpi-mimpi berikutnya.
Rasa cukup ini yang bikin hati semakin luas.
I have everything I need to be happy right now. Walau belum sesukses orang lain, tapi cukup kok.
Bukan karena cepat puas. Justru karena tujuanku besar yah aku belajar menikmati apa yg aku punya hari ini sambil berjuang untuk mimpi-mimpi berikutnya.
Rasa cukup ini yang bikin hati semakin luas.