Ica semenjak di tinggal oleh Azzam tanpa alasan akhirnya memilih menikah dengan pria lain, syukurnya pernikahannya dengan suaminya yang awalnya tak begitu di cintainya berjalan dengan harmonis dan bahagia.
Tapi ternyata Ica di tipu mentah-mentah oleh sikap baik suaminya selama ini, justru suaminya ternyata pria yang suka berselingkuh dan gonta-ganti pasangan untuk memuaskan nafsu birahinya.
Bagaimana dengan rumah tangga Ica dan suaminya selanjutnya?
Apakah Ica tetap bertahan atau justru memilih berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Setelah mengganti pakaian Azzam turun dari lantai dua menuju ruang makan, di atas meja sudah tersaji bermacam aneka makanan yang lezat dan menggunggah selera. Azzam duduk di kursi paling ujung bagian tengah-tengah, yang biasa di duduki kepala keluarga.
Azzam mengambil beberapa makanan, ketika memasukan makanan ke dalam mulutnya Azzam merasa sedih. Mengapa saat hidupnya sukses seperti sekarang, dirinya harus kehilangan semua orang-orang yang di sayangnya dan yang tersisa di kota ini hanya keluarga Tantenya Sisil.
Sementara yang lain sudah sibuk dengan urusan masing-masing dan berada di kota-kota lain, Azzam juga ingin merasakan bagaimana rasanya memiliki sebuah keluarga. Mendengar canda tawa dan tangis suara bayi, memenuhi rumah besar miliknya ini tapi semua itu hanya sebuah angan.
.
.
.
Sementara di kota lain saat ini, Loli terduduk dalam persimpuhan di depan kedua orang tuanya. Bibir yang pucat itu tak hentinya mengucapkan kata maaf, sang ayah yang murka sampai memukul sofa yang didudukinya.
"Bukan kah Ayah sudah bilang sama kamu kalau dia buka pria yang baik untukmu, Loli" teriak Sang Ayah yang suaranya terdengar menggema, emosinya memuncak saat dirinya mendengar cerita sang putri dari mulutnya sendiri.
Sang putri tidak hanya mengatakan kalau saat ini sedang mengandung, tapi juga menceritakan soal Hendra yang bersikap sangat kasar padanya sampai membuat Loli harus menginap di salah satu rumah sakit kota tersebut.
"Maafin Loli, Yah. Loli gak menyangka kalau pada akhirnya seperti ini" ucap Loli di sela-sela isak tangisnya, Loli sesenggukan air matanya mengalir di kedua pipinya.
"Sudah, Yah. Kasihan Loli, dia baru saja pulang jadi biarkan dia istirahat dulu" ucap Sang Bunda
"Kalau sudah begini bagaimana? Siapa yang akan menjadi ayah untuk anak yang di kandung olehnya? Apa perlu Ayah seret pria itu kesini agar mau bertanggung jawab?"
Dengan suara yang menggebu-gebu sang ayah berbicara, sebesar apapun kesalahan sang putri dan seburuk apapun yang telah di lakukan sang putri. Pastinya seorang ayah tetap tidak akan terima, jika melihat sang putri di sakiti.
"Sekarang Bunda tanya, apa Ayah rela jika Loli hidup dengan pria kasar seperti itu? Jujur, Bunda gak rela. Yang ada nanti akan fatal akibatnya jika Loli sampai kembali padanya, pria KDRT itu susah sekali untuk berubah. Mungkin disini bisa saja dia akan baik dan menerima, lantas kalau Loli di bawa keluar gimana? Apa Ayah bisa menjamin keselamatan Loli dan juga bayinya?" cerocos Sang Bunda lalu menghela napas panjang
"Biarkan Loli hidup tenang disini, gimana pun juga yang di kandung Loli adalah cucu kita. Biarkan dia sendiri yang mengurus calon anaknya, Ayah bukan kah sudah dengar dari Loli. Dalam keadaan hamil muda pria itu tega mendorong Loli yang jelas-jelas dalam rahim Loli darah dagingnya sendiri, Bunda gak bisa bayangkan gimana jadinya kalau Loli bersama pria itu" lanjut Sang Bunda
Sejenak sang ayah terdiam, memikirkan setiap kata yang didengarnya. Setelah itu sang ayah mulai membenarkan dan setuju atas yang di katakan oleh sang bunda, sang ayah memutuskan akan menjebloskan pria yang menyakiti sang putri ke dalam penjara.
Seketika membuat kepala Loli yang berurai air mata itu mendongak, Loli menatap wajah sang ayah untuk mencari sebuah keseriusan dan ternyata di wajah sang ayah tak ada di temukannya sebuah candaan.
Wajah itu tampak sangat serius, apalagi terlihat dengan jelas ketika rahang sang ayah tampak mengeras dengan ekspresi yang murka. Loli hanya diam tak bisa membantah keinginan sang ayah, di terima kembali di rumah ini saja dirinya sudah bersyukur.
"Apa kamu keberatan kalau Ayah menjebloskan dia ke penjara? Bodoh, kalau kamu masih merasa kasihan padanya" seru Sang Ayah dan langsung di sambut oleh Loli dengan gelengan kepala
"Baguslah"
Setelah perdebatan yang menguras emosi, kini sang bunda memerintah Loli untuk ke kamarnya buat istirahat. Loli mengangguk lalu berdiri dari simpuhannya, Loli pun melangkahkan kaki dengan gontai menuju kamarnya untuk istirahat.
Tenaganya harus pulih, apalagi besok dirinya akan melaporkan Hendra ke pihak kepolisian sekaligus mencari keberadaan dua orang suruhan Anita waktu itu yang menyaksikan adegan di mana Hendra telah melakukan tindakan kekerasan padanya.
Hari demi hari telah berlalu, laporan yang di ajukan oleh Loli telah di terima pihak kepolisian. Pihak kepolisian mulai menjalankan tugasnya, yaitu penangkapan Hendra dan saat ini pihak polisi menuju kediaman orang tua Hendra.
Tok....Tok....Tok
Suara ketukan pintu menyusup gendang telinga Hendra yang saat ini sedang berbaring di sofa ruang tamu, tangan semula memijit kening yang terus berdenyut kini menjauh. Hendra pun bangkit dari baringnya, kemudian berjalan ke arah pintu yang di ketuk.
Begitu pintu terbuka, terlihat dua orang pria berseragam ciri khas kepolisian berdiri tegap di depan Hendra kemudian salah satu dari polisi itu membuka surat penangkapan yang ada di tangannya dan setelah itu di bacanya.
"Apa benar ini kediaman Bapak Hendra?"
"Iya, benar. Dengan saya sendiri, ada apa ya?" tanya Hendra dengan wajah terlihat bingung
"Kami mendapatkan laporan jika saudara Hendra telah melakukan tindakan kekerasan pada saudari Loli, kami mohon untuk kerjasama jadi silahkan ikut kami datang ke kantor polisi"
"Ta---Tapi, Pak. Saya tidak melakukan apa-apa, ini fitnah. Semuanya fitnah, Pak" pekik Hendra
Hendra meronta ketika salah satu polisi meraih lengannya lalu menguncinya dengan meletakkan kedua tangan Hendra di belakang punggung, polisi meminta Hendra menjelaskan di kantor polisi nanti dan meminta kerjasama agar Hendra tak mempersulit tugas mereka.
"Ta---Tapi, Pak. Saya tidak melakukan apa-apa, lepaskan saya. LEPASKAN" pekik Hendra terus meronta dan berusaha melepaskan diri dari cekalan polisi
Mamanya Hendra yang mendengar suara keributan dari arah depan, tergopoh-gopoh berjalan ke arah sumber suara yang ribut. Ketika sampai di depan, terlihat jelas saat putra kesayangannya di gelandang menuju mobil polisi yang mengeluarkan bunyi khasnya.
"Pak, anak saya mau di bawa kemana?" tanya Mamanya Hendra dengan ekspresi terkejut
"Saudara Hendra di laporan karena telah melakukan tindakan kekerasan pada saudari Loli, jadi kami akan membawanya ke kantor polisi meminta keterangan. Jika saudara Hendra tidak melakukan itu, saudara Hendra akan di bebaskan" jelas Polisi
"Anak saya tidak bersalah, Pak!! Lepaskan anak saya"
"Tolong jangan halangi dan mempersulit tugas kami, kami disini hanya menjalankan tugas saja"
"Lepaskan anak saya, lepaskan"
Mamanya Hendra berusaha melepaskan tangan Hendra dari cekalan tangan polisi, dan hanya dengan sekali hentakan melepaskan tangan mamanya Hendra yang hendak menghalangi tugas mereka.