NovelToon NovelToon
Menjadi Figuran

Menjadi Figuran

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Spiritual / Anak Genius / Romansa / Masuk ke dalam novel
Popularitas:78.1k
Nilai: 4.7
Nama Author: sayaa aull.

Tidak disangka, aku masuk ke dalam tubuh seorang figuran yang tak lama lagi akan mati tertabrak saat menyelamatkan pemeran utama. Bisakah aku mengubah takdir ini?


cerita tidak terlalu berat, karna kalo berat dilan yang nanggung...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayaa aull., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29

Setelah upacara selesai, Arya bergegas menuju ruang guru untuk melaporkan Ara yang telah melakukan kekerasan terhadapnya. Ketika sampai di ruang guru, Arya mengetuk pintu dan masuk setelah dipersilahkan.

“Ada apa?” tanya Bu Nita, guru yang sedang berada di sana. Arya sering ke ruang guru untuk melaporkan murid-murid yang dianggap mengganggu Ruby. Meskipun Arya adalah anak dari donatur sekolah, dia bukan donatur utama, melainkan hanya donatur ke-10.

“Saya ingin melaporkan siswa yang tadi pagi telah membully Ruby dan memukul wajah saya,” kata Arya sambil memperlihatkan luka di sudut bibirnya.

“Siapa?” tanya Pak Emil, guru lain yang juga berada di sana.

“Arabella,” jawab Arya dengan yakin, berharap para guru akan menghukum Ara seperti murid lain yang membully Ruby.

“Maksudmu Arabella Paramita Darpa?” tanya Bu Nita.

“Saya tidak tahu nama panjangnya, tapi namanya Arabella,” jawab Arya, memang tidak tahu nama lengkap Ara.

“Tapi dia di kelas 11 MIPA 1,” tambah Arya.

“Ah, Ara. Dia tak mungkin melakukan itu tanpa alasan,” kata Pak Emil yang membela Arabella. Guru-guru lain pun setuju, merasa tak mungkin murid sebaik Ara melakukan tindakan kekerasan tanpa alasan.

“Tapi dia benar-benar melakukannya,” ucap Arya merasa aneh karena guru-guru tampak tak percaya.

“Ya sudah, kita panggil saja Ara biar dia yang menjelaskan,” kata Bu Amel.

“Baik, saya akan menelepon Ara,” kata Bu Risti.

“Halo, Ara sayang,” sapa Bu Risti setelah Ara mengangkat teleponnya. Arya yang mendengar ini merasa aneh.

“Kamu bisa ke kantor sebentar tidak?... Iya, ibu kangen nih sama kamu haha,” ucap Bu Risti.

“Ibu juga kangen, Ara,” serobot Bu Nita yang berada dekat dengan Bu Risti.

“Iya, kamu jangan buru-buru ya. Santai saja, ibu akan menunggu kok,” kata Bu Risti. Dia pun mematikan panggilannya dan melihat ke arah Arya.

“Ibu sudah menghubungi Ara. Sekarang kamu duduk manis di sini dan tunggu Ara,” kata Bu Risti.

Guru-guru mulai menaruh susu rasa coklat dan makanan ringan di meja di depan mereka.

“Kamu jangan sentuh ini sedikit pun, ngerti?” kata Bu Amel kepada Arya.

“Iya, Bu,” kata Arya.

Tak lama kemudian, Ara datang setelah mengetuk pintu dan disambut oleh Bu Nita yang langsung memeluknya.

“Selamat pagi, ibu-ibu cantikku,” sapa Ara setelah masuk dan langsung mendapat pelukan dari Bu Nita.

“Selamat pagi juga, sayang,” jawab para guru perempuan dengan senyum senang melihat Ara.

“Kami nggak disapa juga, Ra?” tanya Pak Emil dan guru-guru laki-laki lainnya yang merasa diabaikan.

“Ah, aku melewatkan para bapak gantengku, maaf tadi nggak lihat, haha,” jawab Ara.

“Selamat pagi, bapak-bapak gantengku,” tambah Ara.

“Pagi juga, cantik, kamu tambah cantik ya,” kata Pak Edo.

“Ah, bapak bisa saja,” Ara tersenyum malu.

“Ayo, ayo, kamu duduk di sini,” ucap Bu Nita.

Mereka asik sendiri mengacuhkan Arya yang bingung melihat sikap guru-guru terhadap Ara.

“Kata ibu tadi ada yang mau dibicarain apa?” tanya Ara.

“Kata dia kamu membully Ruby dan memukul wajahnya. Kami nggak percaya, kecuali ada alasannya,” jelas Bu Risti sambil menunjuk Arya yang duduk di depan mereka. Ara baru menyadari ada Arya di sana.

“Tapi saya bicara kenyataan, Bu. Dia yang memukul saya dan membully Ruby,” jawab Arya.

“Bu, biar aku jelasin ya. Jadi tadi aku lagi jalan keluar dari parkiran dan tiba-tiba ada yang nabrak aku sampai mundur beberapa langkah. Ruby tiba-tiba jatuh dan duduk sambil nangis. Aku cuma biarin dia nangis karena yang ditabrak sama dia itu aku, bukan aku yang nabrak dia. Ruby terlihat seperti aku yang membully dia. Aku kesel jadi cuma natap dia dingin. Kalau kalian nggak percaya bisa lihat CCTV, tadi aku lihat ada kok yang mengarah ke tempat kejadian,” jelas Ara dengan memelas, menatap Bu Amel dan Bu Risti yang ada di samping kiri dan kanannya.

“Kalau soal memukul dia, aku akui aku yang mukul tapi itu karena dia bawa-bawa orangtuaku. Jelas aku nggak terima. Aku siap kok kalau bakal dihukum,” tambah Ara dengan mata merah menunduk.

“Emang apa yang dia bilang?” tanya Pak Emil.

“Dia bilang aku nggak diajarin sopan santun sama orangtuaku makanya aku jadi kayak gini,” ucap Ara.

Suasana ruangan mendadak dingin karena guru-guru marah kepada Arya yang telah melukai hati Ara. Mereka menatap Arya dingin, sementara Ara tersenyum tipis, yakin Arya akan kalah darinya.

“Oke, nggak apa-apa sayang. Sekarang kamu pakai ini,” kata Bu Amel yang tiba-tiba membawa headphone dan memasangkannya ke telinga Ara.

“Nih bawa juga susu sama camilan kesukaan kamu. Duduk dulu di sana sama Pak Beni ya,” kata Bu Nita setelah memberikan susu dan camilan, lalu menunjuk ke arah meja guru yang sedang fokus ke laptopnya.

Pak Beni tersenyum dan menyuruh Ara mendekat setelah menambahkan kursi di sampingnya. Setelah Ara duduk, guru-guru kembali fokus ke Arya.

“Kamu dengar ini, dia nggak bersalah,” kata Pak Edo tegas.

“Tapi Pak…” Arya mencoba membantah, namun Bu Amel langsung menyela.

“Dengar Arya, kami semua di sini selalu menjaganya agar tidak sedih dan selalu ingin membuatnya bahagia, tapi kamu dengan seenaknya membuat dia akan menangis,” kata Bu Amel.

“Tapi Bu, dia bukan orang penting di sini, dan aku bisa saja menyuruh ayahku untuk tidak lagi menjadi donatur di sekolah ini,” jawab Arya mengancam guru-guru.

Beberapa saat mereka terdiam, membuat Arya senang karena berpikir guru-guru takut akan ancamannya.

“Dengar Arya, mau kau lakukan pun itu silahkan karena uang kecil dari ayahmu tak sebanding dengan Ara,” kata Bu Nita.

“Kamu pasti penasaran kenapa kami membela Arabella, kan? Biarku beritahu,” kata Bu Risti.

“Arabella murid berprestasi telah menyumbangkan puluhan medali dan piala dari lomba-lomba dan olimpiade. Kamu pasti selalu penasaran siapa yang setiap hari Senin selalu mendapatkan juara 1 olimpiade namun orangnya tak pernah disebutkan. Itu karena Ara tak mau menjadi pusat perhatian. Dia telah membuat sekolah ini berada di puncaknya dan kepala sekolah pun pasti akan membelanya,” jelas Bu Risti.

“Ah, Arya, bapak juga akan memberitahu. Donatur terbesar di sini adalah ayahnya Ara, Amar Barra Darpa. Kamu pasti tahu siapa dia kan? Ah, dan juga cucu pemilik sekolah ini. Bagaimana? Kamu pasti terkejut kan?” tambah Pak Emil melihat Arya yang terdiam.

Guru-guru sudah muak dengan tingkah Arya dan Ruby yang selalu merasa tersakiti dan mengancam tidak akan menjadi donatur lagi. Mereka bisa saja mengabaikan Arya, namun Ara bilang lakukan saja apa yang diinginkan Arya.

Ara selalu ada di ruang guru saat Arya mengadukan murid-murid itu, tapi Ara selalu tak kelihatan karena duduk di pojok meminum susunya sambil melihat drama yang sungguh menyenangkan, seperti saat ini di mana dia melihat Arya menunduk karena memilih lawan yang salah.

“Menurut bapak, minggu depan kalau aku dipanggil buat menerima penghargaan, maju saja apa ya? Biar mereka semua tahu apa prestasiku?” tanya Ara berbisik ke Pak Beni.

“Eumm, lakukan saja. Biar kamu nggak dipandang sebelah mata terus sama mereka. Bapak kesel kalau dengar kamu dijelek-jelekin kayak tadi,” kata Pak Beni kesal.

Akhirnya, keputusan jatuh pada Arya dan Ruby yang dihukum, membuat Ara merasa senang. Saat Arya akan pergi, dia melihat ke arah Ara yang tersenyum tipis.

...****************...

1
Xi Feng Jiu
Apa aku doang yg ngerasa percakapan mereka Terkesan Kaku banget
Xi Feng Jiu
Kok jadi begini bunyinya😭
Grey
Luar biasa
Fauziah Tallya
belum up lagi ka
Tia Saputri
ga lanjut lagi Thor?sayang loo kalo ga di lanjutin lagi, apalagi cerita nya lagi seru bgt
Retno Putri
kasian ibuk kantinnya.... tiap minggu pasti beli piring baru karna banyak yg pecah dujatohin truss sama si ruby... 🙁🙁
devi aryana
Luar biasa
Marlina
bru sampai sini ceritanya kurang.gini2 amat tiak ada yang tanguh2 gitu.itu si rubi di bisrkn aja gitu tetus
Marlina
Luar biasa
Marlina
Lumayan
Tia Saputri
udh 2 hari blm up thor
laili hidayati
ok
Hemalinep Hema
kok gak sama panggilan orang tua nya daddy dan mani seharus nya kan mommy
meMyra
🆗👍👍👍👍
selir Caesars
aku juga mau tauu digituin hihi
Nurwana
cocok sama Hariz...
Nurwana
kenapa bukan mulutnya saja yang kamu tonjok Ara....???
Nurwana
bagus Raina... lepaskan Arya... carilah orang yang mengerti dan menerima kamu dan yang menghargai perasaan mu.
Keisya Dilla
saranin pakai satu nama aja thor,,karna dah ditubuh Ara jadi pakai nama Ara aja thor,,jangan kadang Ara kadang Maura yg baca biar gak bingung Thor
Salsabila Arman
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!