" Aku menyukaimu Ran. Aku sungguh-sungguh mencintaimu?"
" Pak, eling pak. Iih ngaco deh Pak Raga."
" Ran, aku serius."
Kieran Sahna Abinawa, ia tidak pernah menyangka akan mendapat ungkapan cinta dari seorang duda.
Duda itu adalah guru sejarah yang dulu mengajarnya di tingkat sekolah menengah atas. Araga Yusuf Satria, pria berusia 36 tahun itu belum lama menjadi duda. Dia diceraikan oleh istrinya karena katanya menderita IMPOTEN.
Jadi bagaiman Ran akan menanggapi perasaan pria yang merupakan mantan guru dan juga pernah menjadi kliennya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DDI 30: Dua Lawan Enam
Mereka tidak langsung kembali ke rumah. Atas kemauan Ran, Raga mengambil strategi untuk berputar-putar sementara di jalanan. Sedangkan Ran tengah sibuk dengan ponselnya. Entah apa yang dia rencanakan dan siapa yang ia hubungi, namun sangat jelas gadis itu sedang berkonsentrasi.
" Ran, setelah ini kita harus kemana?" tanya Raga, ia pikir Tidka mungkin menahan terlalu lama di jalanan.
" Mas, kita ke kantor. Arahkan mobil kita kekantor," ucap Ran memberi jawaban kepada Raga.
Raga mengangguk patuh, ia tidak tahu mengapa Ran malah memilih untuk membawa orang-orang itu ke kantornya dan Mala bukan mencari tempat yang aman seperti kantor polisi atau tempat ramai yang lain. Karena setahu Raga komplek perkantoran yang ditempati Ran itu tidaklah ramai.
Namun Raga tidak banyak tanya, ia yakin dalam kepala gadis itu sudah tersusun rencana yang sempurna. Raga hanya perlu percaya dan mengikuti apa yang saat ini Ran perintahkan.
Bruummm
" Hallo, apa sudah siap?"
" Aman, sudah aku kirim. Tinggal eksekusi aja."
Ran menutup panggilannya. Dia menghubungi seseorang, tapi siapa itu Raga Tidka tahu dan juga ia tidak akan kesempatan untuk bertanya. Saat ini dirinya fokus mengemudikan mobil. Karena mobil yang dibelakang itu mengikuti ritme dirinya.
Ckiiiittt
Memasuki komplek perkantoran Raga memang sengaja mempercepat mobilnya agar bisa sampai di kantor lebih cepat. Namun siapa sangka bahwa mobil yang mengikuti itu mendahuluinya dan menghadang mobil Raga.
Ckiiiittt
Raga dengan cepat menginjak rem. Dan keduanya hampir terbentur pada dashboard. " Ran, kamu nggak apa-apa?"
" Aman, tapi sebaiknya kita hati-hati mas."
Gluph
Raga menelan saliva nya dengan susah payah. Baru kali ini dia menghadapi situasi seperti ini, dan jujur dia gugup serta khawatir. Namun tidak dengan Ran, gadis itu terlihat tenang. Raga sungguh merasa takjub akan hal tersebut,
Dugh dugh dugh
" Keluar kalian!"
Ada setidaknya 6 orang keluar dari mobil yang berhenti tepat di depan mobil mereka. Salah satu dari mereka menggedor mobil Raga. Raga melirik ke arah Ran, gadis itu sungguh sangat tenang. Tidak ada raut ketakutan Sam a sekali di wajahnya. Raga merasa takjub sekaligus heran. Untuk ukuran wanita bukankah Ran terlalu tenang? Itulah yang saat ini terbersit di dalam benaknya.
Namun, bagaimanapun juga ia akan berusaha untuk melindungi Ran sebisa mungkin. Walaupun ia tahu mungkin saja kekuatan tubuhnya tidak akan mempunyai mengimbangi orang-orang tersebut.
Ran memberi kode kepada Raga untuk mereka keluar dari mobil. Meskipun Raga merasa ragu namun dia tetap menuruti apa yang Ran instruksikan.
" Nah gitu dong, kan bagus kita nggak usah kebanyakan bacot buat minta kalian berdua keluar," ucap salah satu dari mereka dengan wajah yang puas.
" Apa yang kalian mau hmm?" tanya Raga dengan setenang mungkin.
Mereka saling memandang satu sama lain lalu kemudian tergelak bersama. Seolah-olah mereka menganggap pertanyaan Raga adalah sebuah lelucon. Tapi sesaat kemudian mereka berhenti tertawa dan menampilkan wajah serius mereka.
" Serahkan wanita itu ke kita!"
" Ohoo, tidak bisa, tidak semudah itu Alejandro. Enak aja main serah-serahin. Situ oke?"
Grtttttt
Mereka tampak kesal dengan perkataan Raga. Sedangkan Ran tersenyum simpul, ia terlihat begitu tenang. Bahkan sebuah senyuman terukir di bibirnya melihat apa yang Raga lakukan. Sebenarnya saat ini tindakan Raga merupakan sebuah cara untuk mengulur waktu tanpa pria itu sadari.
" Hah banyak bacot juga nih laki, hajar dan ambil perempuannya"
" Siap!"
Hiyaaaa
Bugh bugh bugh
Shaaaah
Gedebuk
Dua lawan enam, sebisa mungkin Raga melawan beberapa orang yang tentu dengan keadaan tidak imbang ini. Apalagi jelas sekali orang yang melawannya lebih banyak.
Ditengah-tengah apa yang saat ini terjadi, Raga kembali dibuat takjub dengan sang mantan murid. Ran benar-benar lincah dalam ilmu bela diri. Berbanding terbalik dengan dirinya yang sembarangan karena ia berpaku pada cara agar Ran tidak dibawa pergi dan tentunya mereka harus selamat.
" Mas, bertahanlah sebentar lagi!"
" Ya?"
Bugh
Brukk
Raga terpental keplakan oleh tendangan salah seorang dari mereka yang mengenai perutnya. Rasanya lumayan sakit bahkan ia kesulitan untuk bernafas. Namun saat ini tidak ada waktu untuk mendesis sakit karena ia tidak mungkin membiarkan Ran mengurusnya sendiri.
" Mas!"
" Aku nggak apa-apa."
" Hohoho tambah seru. Beresin cowok itu cepetan!"
Agaknya mereka akan memfokuskan untuk membuat Raga kalah. Ran membulatkan matanya ketika 5 orang hendak menyerang Raga bersamaan.
Drap drap drap
Bugh bugh
Bruk
Ran tersenyum ketika mendengar langkah kaki yang baru datang, senyumnya semakin mengembang ketika melihat orang-orang yang tadi menyerangnya dan Raga kini berhasil dibekuk.
Ya bantuan datang. Bantuan yang ia minta dari temannya akhirnya datang. Nayaka Janu Lagford, dia adalah putra kedua Nataya Lagford, cucu dari Radika dan Silvya. Meskipun usianya baru 20 tahunan namun dia sukses dalam menggenggam bisnis keluarga dalam bidang penyedia jasa keamanan yakni Wild Eagle.
" Maaf Nona, kami sedikit terlambat karena pindah tempat yang mendadak."
" Nggak masalah, bawa mereka dengan aman. Aku akan menghubungi Nayaka."
Hanya dalam hitungan menit 6 orang yang menyerang Ran dan Raga tadi tidak berkutik dan langsung dibawa pergi oleh anak buah Nayaka. Raga hanya terpaku melihat hal tersebut sambil memegang erat perutnya yang tentu mulai terasa nyeri.
" Mas, apakah sangat sakit?"
" Lumayan, tapi mereka?"
" Ooh itu anak buah teman-temanku. Mereka akan mengurusnya mulai dari sekarang. Sebaiknya kita kembali dulu. Aku yang akan nyetir."
Tidak banyak Rekasi yang Raga berikan selain mengangguk setuju atas apa yang Ran usulkan. Walaupun sebenarnya dia masih ingin bertanya lebih lanjut mengenai orang-orang itu. Namun sepertinya saat ini bukanlah waktu yang tepat. Mengingat tubuhnya ternyata sakit dibeberapa bagian.
Hanya saja dalam kepala Raga masih berputar akan hal-hal baru yang ia lihat itu. Satu hal yang ia simpulkan bahwa relasi keluarga Ran bukanlah sembarangan.
" Tapi apakah orang-orang yang menyerang kita tadi adalah tuannya sama dengan yang menyerang mu?"
" Sejauh ini sepertinya iya, kayaknya mereka udah ngincer kita dari sejak di mall. Makanya mereka langsung gerak cepat saat kita memasuki komplek perkantoran yang notabene sepi."
Ran mengatakan hal tersebut karena memang dia sudah tahu bahwa mereka diikuti. Tapi untuk memastikannya ya saat mereka sudah di jalan. Dan ternyata benar, mereka diincar. Maka dari itu Ran langsung menghubungi Nayaka agar mengirimkan orang-orangnya ke kantor.
" Apakah Tuan Kai akan tahu tentang kejadian ini?"
" Hahahaha, ya pasti. Bahkan mungkin saat ini pun Abi udah tahu meskipun aku nggak melapor."
Raga sedikit bergidik, kejadian yang menurutnya luar biasa seakan-akan adalah hal yang lumrah dihadapi bagi Ran. Tentu saja, Raga yang merupakan orang biasa. Bekerja menjadi guru biasa, tentu tidak pernah tahu akan hal-hal seperti itu. Namun sepertinya tidak dengan Ran dan keluarganya.
" Kalau kayak gini, bukan hanya gap umur aja yang jauh, tapi juga kehidupan kami pun kayak dua hal yang jauh berbeda," monolog Raga dalam hatinya. Rupanya ia merasa sedikit minder akan hal tersebut.
TBC