Kehidupan Elizah baik-baik saja sampai dia dipertemukan dengan sosok pria bernama Natta. Sebagai seorang gadis lajang pada umumnya Elizah mengidam-idamkan pernikahan mewah megah dan dihadiri banyak orang, tapi takdir berkata lain. Dia harus menikah dengan laki-laki yang tak dia sukai, bahkan hanya pernikahan siri dan juga Elizah harus menerima kenyataan ketika keluarganya membuangnya begitu saja. Menjalani pernikahan atas dasar cinta pun banyak rintangannya apalagi pernikahan tanpa disadari rasa cinta, apakah Elizah akan sanggup bertahan dengan pria yang tak dia suka? sementara di hatinya selama ini sudah terukir nama pria lain yang bahkan sudah berjanji untuk melamarnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melaheyko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGAIMANA DENGAN ALI?
Natta berkendara dengan kecepatan sedang. Elizah mengamati jalan menuju tempat tinggal mereka. Melihat bangunan tinggi, rambu-rambu lalu lintas, orang-orang menyeberang dan mereka yang terus menekan klakson karena kemacetan.
Elizah tidak menyadari Natta yang sesekali mengamatinya dari kaca spion.
Elizah menikmati healing pertamanya dengan Natta. Tetapi Natta menganggap itu adalah kencan seorang suami dan istri. Menyenangkan sekali bagi Natta bisa membawa Elizah di belakang punggungnya. Menikmati angin malam, sesekali mengobrol walaupun datar, dan membeli camilan. Mereka sekarang duduk bersama di tepi danau kecil di sebuah taman, tempat itu sepi, hanya beberapa orang saja yang terlihat. Elizah menatap nyalang ke depan, begitu juga dengan Natta.
Natta menatap pergelangan tangannya, sudah pukul sebelas. Ia pun berdiri dan Elizah tiba-tiba mengemukakan sesuatu.
“Terima kasih,” ucap gadis itu dan Natta terdiam.
Natta duduk kembali, tetap ada jarak di antara mereka.
“Untuk apa?”
“Terima kasih karena sudah membuat aku sadar bahwa apa pun yang terjadi, kehidupan terus berjalan dan sekuat apa pun aku bersembunyi di dalam kamar....” Elizah berhenti, suaranya berubah serak, ia akan menangis. “Tetap saja tidak mengubah situasi apa pun!”
Air matanya berlinang, Natta mengembuskan napas pelan.
“Bukan hanya kamu yang merasa dilema dengan situasi kita ini, aku pun sama.” Suara Natta begitu lirih, "aku sudah biasa dicemooh tapi aku belum pernah dalam keadaan demikian harus terus menjaga seorang perempuan.”
Elizah menoleh, menatap laki-laki itu dengan mata yang basah. Kenapa bisa dia tidak memikirkan keadaan pria di sebelahnya ini? Yang juga terpaksa menikahinya, bagaimana juga dengan keluarganya, apakah mereka setuju atau tidak? Karena yang hadir sebagai keluarga dari pihak Natta hanya Furqon dan dua orang lagi Natta tidak memperkenalkannya secara resmi.
“Apa keluarga kamu marah?” tanya Elizah dan Natta menggeleng.
“Dimana mereka?” tanya Elizah lagi dan Natta tak mau menjawab. Pria itu berdiri kemudian Elizah mengikutinya, “aku bertanya!” ia melanjutkan dengan keras.
Natta berhenti melangkah kemudian berbalik. Mereka bertatapan lembut.
“Sebaiknya kamu cukup kenal aku sekarang, tidak perlu kehidupan aku sebelum menikahimu, Elizah.”
Elizah terpaku dan Natta memberi kode dengan gerakan tangan karena hari sudah malam.
Mereka pun meninggalkan tempat itu.
Setelah momen itu, Elizah berusaha menerima kehadiran Natta dalam kehidupannya. Mereka sering menikmati makan bersama, menonton televisi, mengobrol dengan durasi lama. Setiap kejadian yang Elizah alami, membuatnya sadar bahwa dirinya hanya memiliki Natta saja.
🍃🍃🍃🍃
Hari kembali berlalu, Elizah sedang bersama dengan Suri. Mereka sedang menikmati Mie instan buatan Hani. Selain menjual berbagai macam kebutuhan rumah tangga, warung keluarga Suri itu juga menjual aneka makanan. Perhatian keduanya beralih pada sebuah mobil truk, sesak dengan barang-barang rumah tangga seperti lemari pakaian, kompor, dll. Disusul sebuah mobil pribadi, mereka semua turun dan Elizah memperhatikan seorang gadis sebayanya tersenyum menyapa. Elizah dan Suri membalasnya.
“Siapa mereka, Suri?” bisik Elizah.
“Tetangga baru kita,” kata Suri dan Elizah menaikkan alisnya.
Melihat mereka yang pindahan ke rumah susun, Elizah jadi terpikirkan sebuah pertanyaan yang tiba-tiba muncul.
“Suri, sejak kapan mas Natta tinggal di sini?” Elizah menyeletuk dan Suri mengernyit.
“Kamu bertanya padaku? Seburuk apa hubungan kakak adik ini, kemana dan sejak kapan? Apa itu serius kamu menanyakannya, Elizah?”
Ungkapan Suri membuat Elizah hampir tersedak.
“Kenapa bisa aku lupa?” gumam Elizah sebatas hati.
“Emmmm,” Elizah memikirkan jawaban. “Sebenarnya aku sama mas Natta pernah tidak akur. Dia meninggalkan rumah begitu saja, karena aku butuh pekerjaan jadi aku menghubunginya sampai dia membawaku ke sini, begitu.” Elizah menyengir lebar.
Suri mengangguk-angguk.
“Seingatku, mas Natta tinggal di sini baru dua tahun.”
Elizah terdiam.
“Dia jarang bicara, keluar kalau malam saja. Disapa juga seringnya tidak membalas tapi aku tetap menyukai kakak kamu itu, Zah.” Suri begitu antusias mengakui perasaannya.
Elizah hanya tersenyum tipis. Pria yang sedang mereka bicarakan muncul, Elizah memperhatikannya begitu juga dengan Natta.
“Suri, Su....” Elizah menggigit bibir bawahnya kelu, dia hampir saja keceplosan. Suri melotot menunggunya menyelesaikan, “mas Natta sudah pulang. Aku juga mau pulang, nanti kita ngobrol lagi, ya.”
Suri mangut-mangut, Elizah membayar makanannya kemudian berjalan mendekati Natta.
Natta mendelik dan Elizah tak paham maksud tatapannya.
“Jangan terlalu dekat dengannya,” bisik Natta dan Elizah melirik Suri.
“Memangnya kenapa?” balas Elizah dan Natta mengangkat tangannya. Mengusap lembut bibir Elizah yang terdapat bercak-bercak bekas makanannya tadi. “Emmmm!” Elizah berontak dan Natta meninggalkannya.
Sementara Suri tertawa, menganggap candaan itu adalah candaan seorang kakak dan adik. Suri bertekad untuk terus mendekati Elizah supaya dia bisa dekat dengan Natta.
Elizah kesal, terus menyusul langkah Natta. Ia bahkan memukul bahunya dan Natta meringis kesakitan.
“Kenapa?” Elizah panik. Ia lupa dengan luka yang dibuat oleh Faruq di bahu Natta.
Natta menggeleng kepala, melanjutkan langkahnya.
🍃🍃🍃🍃
Di rumah, Natta melepaskan jaketnya. Elizah yang berada di belakang tubuhnya menjerit melihat darah membasahi kaos berwarna putih itu.
“Aku lupa, bahumu terluka karena malam itu... Aku nggak sengaja, Mas. Maaf.” Elizah histeris merasa bersalah dan Natta tersenyum kecil penuh arti.
“Aku tidak akan memaafkanmu sebelum kamu bertanggungjawab. Obati lukaku sekarang juga, ini berdarah karena pukulanmu tadi.” Natta menahan senyum dan Elizah cemberut. Itu tidak masalah bagi Natta, hanya perih sedikit tapi dia sengaja ingin dekat lebih lama dengan Elizah.
Elizah sebenarnya tidak mau, tapi dia juga tidak bisa mengabaikan kesalahannya. Hanya Natta yang dia punya sekarang.
Natta duduk di depan Elizah, mereka berada di balkon. Elizah mengusap darah pada luka Natta sampai bersih kemudian dia mengoleskan obat.
“Lukanya sangat dalam, sudah dijahit juga tapi kenapa keringnya lama sekali?” Elizah mengomel, Natta diam membiarkannya.
Setidaknya, hubungan mereka mengalami peningkatan.
“Sudah,” ucap Elizah hendak membereskan kotak p3k. Natta menarik kotak itu.
“Obati dengan benar, biar cepat kering seperti katamu.”
“Aku harus bagaimana lagi? Sudah aku olesi semua bagian yang mengeluarkan darah,” kata Elizah kesal.
“Periksa lagi, itu berdarah karena pukulanmu.” Natta terus saja beralasan dan Elizah melakukannya sambil cemberut.
Beberapa saat kemudian Natta meminta Elizah berhenti. Elizah membereskan semuanya.
“Elizah, apa ponselmu masih kamu matikan?” tanya Natta dan Elizah mengangguk.
“Hidupkan, siapa tahu keluargamu menghubungi. Aku juga jadi sulit menghubungi,” kata Natta dan Elizah menggeleng tidak mau.
“Elizah,” panggil Natta karena Elizah meninggalkannya di balkon. Elizah tidak membalas, Natta pun diam tidak mau memaksa.
🍃🍃🍃
Malamnya, Elizah mondar-mandir di kamar sambil memegang ponselnya. Apa perlu dia nyalakan? Elizah sangat ingin mengetahui kabar keluarganya, sahabatnya, semua orang yang dia sayangi di desa. Elizah juga penasaran dengan nasib Husna setelah kejadian itu.
“Kalau bukan karena takut Husna kenapa-kenapa. Mana mungkin aku nekad memasuki hutan untuk menyusulnya,” gumam Elizah.
Ali? Dan bagaimana dengan Ali, apakah Ali sudah pulang dari Dubai? Apakah Ali sudah tahu tentang kejadian pilu yang dia alami?
Elizah merasa sedih kemudian dia berdiri di dekat jendela yang terbuka. Ia menatap keluar, melamun dengan banyaknya pertanyaan yang belum ada jawabannya. Perhatian Elizah teralihkan pada Natta yang sedang memberikan susu kepada seekor kucing di bawah. Elizah memperhatikannya dengan saksama.
Elizah mundur menjauh ketika Natta yang sadar ada mata yang memperhatikannya. Natta mengabaikan itu kemudian mengais kucing itu ke dalam pelukannya, ia membawa kucing itu bersamanya. Ketika menaiki tangga, Natta berpapasan dengan tetangga barunya. Gadis itu memberikan senyuman tapi Natta mengabaikannya.
Gadis itu bernama Sofi, gadis yang siang tadi memberikan senyuman kepada Elizah. Sofi berbalik badan memperhatikan pria gagah yang tinggal di kawasan yang sama dengannya. Sofi mendadak penasaran dengan Natta.
Pintu rumah Natta dibuka, muncul sosok Elizah yang menyambut kedatangan Natta bersama kucing berwarna orange itu.
“Kasihan dia kalau tidur di luar,” ucap Natta dan Sofi memperhatikan keduanya.
“Kita rawat saja. Rumah ini masih luas untuk kita bertiga,” kata Elizah bersemangat. Natta tersenyum dan membiarkan Elizah mengambil alih kucing itu. Mereka pun masuk dan Sofi melanjutkan langkahnya sambil terus menebak-nebak.
“Itu mungkin istrinya. Aku kira masih lajang,” bisik Sofi merasa kecewa. Baru saja dia senang memiliki tetangga yang tampan tapi ternyata sudah menikah.
Semangat
Tulisanmu sdh semakin terasah
Mirza emang ya keras kepala takut banget turun martabat nya