Setelah Umayra meninggal dunia, Kaysar menjadi sangat dingin. Waktunya habis untuk bekerja dan menemani putri kecilnya yang terpaksa jadi piatu saat dia dilahirkan.
Lima tahun dia habiskan tanpa pernah terusik oleh satu perempuan pun.
Hingga dia bertemu lagi dengan seorang gadis yabg dulu pernah berniat merayu sahabatnya, Gista Aulia.
Semoga suka ya🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Strike
Jam lima subuh Harvey sudah mengantar Ruby ke apartemen Gista. Wajah ponakannya sangat bahagia. Dia mencium Gista berkali kali sebelum menghambur masuk ke dalam kamar Gista.
"Dari tadi malam dia sulit tidur. Mungkin sekarang mau tidur sebentar." Harvey meluruskan kedua kakinya saat duduk sambil menatap tajam adiknya.
Gista tersenyum. Walaupun enggan dia ngga tega juga mengecewakan keponakannya.
Masih Gista ingat seruan kegirangan Ruby saat dia meminta Ruby datang ke apartemennya pagi ini karena Ziza akan menjemput mereka.
Harvey berdehem sebentar.
"Gista, mas mau tau, kamu serius berhubungan dengan Kaysar?"
Gista tertawa walau dia merasakan tawanya hambar. Dia sudah menduga pertanyaan itu akan terlontar juga dari masnya. Tadi malam mungkin dia ngga sempat bertanya, karena Gista buru buru memutuskan.
"Mas akan bantu ngomong sama papa agar kamu ngga dijodohkan dengan Andika. Kaysar, sih, ngga kaleng kaleng, papa pasti setuju."
"Aku ngga ada hubungan apa apa dengan Kaysar, mas. Aku hanya membantu ngajari Ziza sama Ruby melukis," jelas Gista berusaha santai, kemudian beranjak ke pantry.
Saat akan membuka kabinet di atasnya, sekilas bayangan Kaysar hadir.
Dia.menghela nafas.
"Coklat panas, ya, mas Harvey," tawar Gista sambil memanaskan air.
"Oke. Tapi yakin kamu sama Kaysar ngga ada hubungan lain selain itu?" Harvey mendekat dan duduk di kursi di meja dapur yang didesain mirip meja bar.
Menunggu coklat panas dari adiknya.
"Yakinlah."
Harvey tersenyum walau tetap saja curiga. Hanya dia ngga mau memaksa.
"Si Lola minta dikenalin sama Kaysar. Kebetulan proyek kita ada yang kerja sama dengan dia, kan.'
Tanpa sadar Gista mendengus kesal.
Harvey hanya nyengir. Kaget saja tadi malam. ngga ada angin ngga.ada hujan, papanya minta Lola dilibatkan ke proyek yang bekerja sama dengan Kaysar.
"Gis, papa serius mau ngenalin kamu sama Andika."
Gista menghidangkan coklat panas untuk masnya yang langsung disesapnya perlahan.
Gista juga menyesapnya perlahan coklat panas.miliknya.
"Aku ngga mau, mas."
Harvey mengangguk, ngga memaksa lagi.
*
*
*
Harvey sudah pulang ketika Kaysar menjemputnya dan Ruby.
Gista dan Ruby sudah menunggu di luar unitnya, saqt duda itu dan putrinya datang.
Ruby bahkan berlari lari kecil menyongsong Ziza yang juga melakukan hal yang sama.
Gysta menyusul perlahan. Sementar Kaysar menunggu di dekat lift yang nembawanya tadi.
Laki laki itu ngga memperhatikannya, sibuk dengan ponselnya. Gista ngga masalah.
Hanya saja saat sudah berada di dalam lift, Gusta agak heran karena mereka menuju ke roof top, bukan ke basemen. Tapi dia hanya diam saja.
Ternyata sudah ada heli yang menunggu.
Dia tersenyum meliihat Ruby yang tampak heboh. Kemudian dia pun berinisiatif menggandeng keduanya. Kaysar mengikuti di belakangnya.
Sesekali Kaysar menatap punggung Gista yang berada di depannya.
Perasaannya mengatakan kalo subuh ini Gista lebih cuek dibanding kemarin.
"Seru, tante, kita naek heli," tawa Ruby berderai saking senangnya.
"Kalo naek mobil takut telat. Ntar malah ditinggal," sahut Ziza kemudian tertawa juga.
Saat Gista akan mengangkat Ziza lebih dulu ke dalam heli, suara Kaysar mencegahnya.
"Biar aku aja."
Reflek Gista mundur saat Kaysar mendekat. Kemudian mengangkat satu satu bocah perempuan itu. Memasangkan seat belt pada keduanya.
Saat Gista akan duduk di samping dua bocil itu, lagi lagi suara Kaysar mencegahnya.
"Kamu di depan. Nanti anak anak kesempitan."
Gista hanya menurut tanpa berkata sepatah kata pun. Dari tadi memang Gista belum mengeluarkan suaranya. Hanya senyum saja saat melihat Ziza.
Kaysar masih berinisiatif membukakan pintu untuk Gista sebelum berjalan untuk membuka pintunya sendiri.
Kaysar melihat Gista sudah mengenakan kedua bocah perempuan itu headset.
Hanya senyumnya yang terurai, tapi suaranya ngga keluar. Tapi bukan untuknya, hanya untuk putrinya dan Ziza.
Dia marah?
Sakit hati?
*
*
*
Setelah dari heli, mereka menggunakan mobil ke pelabuham. Kapal yacht sudah menunggu.
Sahabat sahabat Kaysar menyambut dengan tatapan penuh makna.
Sedangkan para bocil laki laki tampak bahagia menyambut Ziza.
Ada dua kapal yacht yang akan memberangkatkan rombongan.
Gista ditarik untuk ikut kapal yacht para istri. Sedangkan para bocil termasuk Ruby ikut di rombongan para daddy.
Ternyata memang sangat menghibur juga. Perasaannya sedihnya terobati.
"Kamu harus sering sering bergabung, Gis," tukas Cleora. Mereka rata rata sudah berganti pakaian dengan kaos oblong kebesaran dan hotpans. Agar lebih memudahkan semua aktivitas.
"Iya." Begitu juga Gista. Dia juga udah tau apa yang harus dia bawa dan kenakan. Bahkan dia pun sudah membawa topi bulat dan kaca matanya.
Para istri konglo terlihat seperti gadis remaja saja.
"Ruby cepat akrab juga dengan yang lain," komentar Zoya sambil mengalihkan tatapnya pada anak anak mereka.
"Yups. Mereka akan lomba memancing," tawa Edna menyahuti.
"Padahal udah tau siapa.yang bakal menang," timpal Sandra.
"Theo selalu ngga terima sama Dewa," decak Cleora demgan senyum lebarnya.
"Namanya juga anak anak, kak," kekeh Vanda.
Tawa pun terdengar berderai.
*
*
*
"Lirik lirik terus," bisik Fazza saat berdiri di samping Kaysar. Malik berada di gendongannya.
"Lirik siapa?" ngeles Kaysar pura pura tenang. Tadi saat bersama putrinya dan Ruby, dia agak tertegun melihat Gista.
Celana pendeknya menyita perhatian Kaysar.
Memang semua istri sahabat dan sepupunya mengenakan hotpans, tapi Kaysar agak kurang suka melihat Gista yang mengenakannya.
Ada suara tawa yang mengganggunya. Eriel dan Jeff.
Mereka bersama anak anaknya mengambil tempat di dekatnya. Sedangkan Zayn dan Nathan.di sisi yang lain bersama anak anak mereka.
"Sudahlah Kay, jangan pura pura lagi. Kalo suka bilang suka," kekeh Eriel sambil memberikan alat pancing pada anaknya.
Kaysar ngga menjawab. Tanpa dia sadari netranya melirik Gista lagi.
Sahabat sahabatnya tertawa tanpa.mau mengomentarinya lagi.
Sudah lelah.
Kapal yacht mereka terus melaju hingga berhenti di tempat yang lebih indah. Surga para pemancing.
Para laki laki dan anak anak mulai memancing.
Ziza dan Ruby sudah lupa dengan niat mereka untuk melukis.
Mereka sedang menyemangati para bocah laki laki yang sedang lomba memancing ikan paling banyak.
Mereka terbagi atas dua kelompok. Kelompok pertama Theo, Quin dan Sean. Kelompok lainnya Ziyan, Deva dan Dewa.
"Strike!" seru Theo bangga karena sudah lebih dulu menangkap ikan. Jeff membantu putranya menarik ikan yang terjerat tali pancingnya.
"Strike!" seru Dewa kalem.
"Strike!" seru Sean lantang.
"Strike!" ngga kalah lantang Ziyan berteriak.
Suara strike pun terdengar bersahut sahutan dari para bocil laki laki itu. Ziza dan Ruby bertepuk dan bersorak senang menyemangati kedua kelompok.
Para daddy membantu anak anak mereka mengangkat ikan ikan yang sudah berhasil dipancing.
Hanya Kaysar yang sibuk memancing dengan putrinya dan Ruby, tanpa membantu perlombaan para bocil laki laki itu. Walaupun dia tetap memberi semangat saat para bocil laki laki itu yang bersaing ketat untuk mendapat ikan yang paling banyak.
Para mami pun ikut bertepuk tangan menyemangati anak anak mereka.
Sesekali Kaysar mencuri tatap pada Gista yang tampak tertawa ceria melihat seruan anak anak itu.
Yang bikin Kaysar kesal, sekalipun Gista ngga melirik keponakannya yang berada di dekatnya. Seakan sudah ngga peduli dan menyerahkan tanggung jawab penuh padanya untuk menjaganya.
Apa dia ada tampang baby sitter?
'