The Most Beautiful Revenge

"Benar, selamat datang di Atlan para penyihir yang terhormat." Ucap seorang Kesatria mempersilahkan pada mereka untuk masuk ke dalam kota.

Meski mereka belum tahu bila Clia adalah Putri sang kaisar, namun melihat adanya lambang kerajaan di jubah milik Clia sudah meupakan sebuah pertanda bila mereka bukanlah orang-orang biasa.

"Wah, keren sekali." Ucap Clia menatap banyaknya bangunan tinggi di sekitarnya.

"Malam ini, kita sebaiknya cari penginapan saja dan besok kita mencari kereta kuda untuk melanjutkan perjalanan." Ucap salah seorang Penyihir.

Clia mengangguk setuju, merekapun akhirnya menginap di kota tersebut, meaki kota tersebut jauh dari hutan kegelapan namun wilayahnya tetap bernama Sahara.

Di kota Sahara itu orang-orang nampak hidup damai meski nampak sekali mereka sangat berwaspada pada orang-orang pendatang seperti para penyihir.

Keesokan paginya, Clia dan Asura akhirnya keluar dari penginapan dan mencari jajanan untuk mengganjal perut mereka.

Selama di Underworld, Asura tak pernah memakan buah ataupun makanan manusia pada umumnya. Hingga saat Clia membawanya keluar dari penginapan dia sangat bersemangat melihat hal-hal baru di sekelilingnya.

"Wah ini luar biasa sekali, apa anda sering melihatnya?" Asura melihat adanya sebuah benda berwarna-warni yang di makan oleh warga.

"Hehehe, kau mau mencobanya?" Tanya Clia melihat wajah penasaran Asura yang menggemaskan membuatnya juga ikut terbawa suasana.

"Saya boleh merasakan itu?' Tanya Asura, Clia menganggukkan kepalanya. Hingga akhirnya merekapun memakan banyak makanan dan mencicipi beraneka jenis makanan di tempat itu.

"Bagaimana kemampuan kakak mu ini, luar biasa bukan?" Clia dengan bangga tersenyum puas.

"Kakak memang luar biasa," Puji Asura tanpa sungkan.

"Ini baru kota pertama, kita masih akan melihat banyak hal menarik di kota selanjutnya." Ucap seorang Penyihir yang sudah menyiapkan kereta kuda.

"Benarkah?" Asura semakin penasaran di buatnya, para penyihir itu merasa aneh dengan tindakan Asura. Terlebih kejadian tadi malam yang sangat sigap melindungi Clia.

Meski demikian para penyihir tak ingin membuat takut Asura dan mereka akan mendiskusikan hal itu pada Kaisar, biar Kaisar sendiri yang mengambil keputusan.

Benar saja di kota selanjutnya Clia kembali turun dan melihat adanya baju-baju yang cocok untu Asura. Hingga dia memutuskan untuk melihat-lihat terlebih dahulu.

Namun segerombolan preman malah menghentikan mereka dan meminta uang dengan lancangnya. Clia sudah tersulut emosi saat para preman itu mendorong-dorong tubuh Asura.

"Kenapa kalian memperlakukan adik ku seperti itu?" Tanya Clia dengan mata melotot saking kesalnya.

"Hohoho, ternyata dia punya Kakak perempuan. Kakaknya cukup cantik, ayo main dulu bersama kita Kakak!" Ucap para preman itu meledek.

"Kalian!" Clia sudah berada di ambang batas kesabarannya, dia bahkan telah membentuk pisau es di tangan kirinya.

"Sudah kak, aku tidak apa-apa tenangkan dirimu." Asura berusaha menenangkan Clia yang saat ini sungguh merasa emosi.

"Haah, oke." Clia menghela nafas panjang dan berusaha tenang. Sebagai seorang Penyihir yang terhormat dia harus menjunjung tinggi martabatnya. Selain itu dia juga adalah seorang Putri dan tidak boleh melukai warga sipil.

"Aduh atut!" Ucap seorang preman lainnya yang di penuhi dengan tato di sekujur tubuhnya

Clia mengangkat alisnya, dan Asura akhirnya berdiri di hadapan Clia menatap para preman itu dengan tatapan dingin.

"Kalian ingin bermain bukan? Akan ku layani, tapi jangan libatkan Kakak ku!" Ucap Asura yang langsung mengepalkan tangannya dan mengambil nafas dalam, dia memfokuskan seluruh tenaganya pada kepalan tangannya.

Brak!

Asura meninju perut pria berbadan paling besar hingga pria itu terbang beberapa meter ke belakang dan menghempas menabrak dinding kokoh hingga jatuh tak sadarkan diri.

"Bos!" Teriak mereka semua dan langsung merasa ketakutan melihat kejadian tersebut. Para penyihir yang awalnya akan mengambil alih akhirnya kembali diam dan tak berkomentar.

"Sudah aku katakan, jangan ganggu kakak ku!" Teriak Asura dan langsung pergi begitu saja, para warga di sana mengeluhkan tindakan berani yang di lakukan oleh Asura.

"Kau hebat sekali, kau belajar di mana?" Tanya Clia ikut penasaran.

"T-tidak, saya hanya merasa kesal dan melakukannya tanpa sadar." Ucap Asura yang di mana dia sendiri tak sadar melakukan itu.

"Keren, nanti aku akan mendaftarkan mu sebagai kesatria kelas atas di Istana. Siapa tahu kamu bisa menjadi tangan Kanan Ayah ku dan memiliki gelar Duke kedepannya." Ucap Clia mengangkat jempolnya karena terkesima.

"Mari kita lanjutkan perjalanan kita," Penyihir akhirnya mengambil alih dan merekapun akhirnya kembali melanjutkan perjalanan menuju kota selanjutnya di mana Ibu Kota Atlan berada.

Sebuah Kota yang sangat luar biasa megah, orang-orang di sana nampak hidup dengan damai. Sedangkan tak jauh dari sana berdiri sebuah Istana yang menjulang megah.

"Itu adalah rumah ku, nanti kita akan tinggal di sana. Bagaimana?" Tanya Clia menunjuk istana megah itu. Asura hanya menunduk dan tak berucap apa-apa karena takjub.

Mereka akhirnya sampai di depan pintu gerbang Istana, seorang penjaga langsung menghadang mereka.

"Apa anda telah memiliki janji?" Tanya penjaga tersebut, Penyihir menyerahkan sebuah gulungan dan penjaga itu langsung menunduk.

"Beliau telah menunggu." Ucapnya, Penyihir mengangguk dan mempersilahkan Clia untuk berjalan di depan dan di ikuti oleh Asura dan di bagian paling belakang adalah dua penyihir yang menjaga mereka.

"Hallo, apa aku boleh bertanya di mana aku bisa bertemu Kaisar?" Clia bertanya pada seorang pria berkaca mata.

"Anda ini?" Pria tua yang belum mengetahui identitas Clia bertanya terlebih dahulu.

"Oh, saya Cliaus putri pertama Kaisar." Ucap Clia dengan senyum di bibirnya. Pria tua itu langsung berkaca-kaca dan seorang gadis berusia 17 tahun nampak berlari ke arah pria tua itu.

"Paman tolong aku!" Teriaknya dan langung bersembunyi di balik punggung pria tua itu, dia nampak di kejar oleh dua orang pelayan.

"Kenapa Putri ke luar dalam keadaan seperti ini?" Tanya pria tua itu yang merasa malu.

"Mereka ingin memakaikan aku gaun yang susah nafas itu Paman, aku tidak mau!" Teriak gadis itu menghentakkan kakinya.

"Nama mu Cicilia ya?" Tanya Clia menatap Cicil yang nampak ketakutan.

"I-iya, kakak ini siapa?" Cicilia yang bahkan belum pernah bertemu dengan Kakak pertamanya itu nampak kebingungan.

"Astaga, manisnya adik ku ini." Clia langsung memeluk Cicil hingga membuat gadis itu berontak.

"A-adik, aduh hentikan! Aku tidak bisa bernafas!" Cicil berontak dan menjauhi Clia.

"Aduh kita baru bertemu loh, masa gak mau meluk Kakak?" Clia kembali mengejar Cicil, Cicil berlari masuk ke dalam istana yang di ikuti oleh Clia.

"Kakak hentikan aku bisa mati kekurangan oksigen!" Teriak Cicil terus menghindar dari Clia.