Zoey Bakker bersyukur bisa mengulang kehidupannya lagi. Dia bertekad akan menjerat Oscar suaminya dan membalaskan dendamnya pada keluarga angkatnya.
Jika dulu dia menolak perjodohannya dengan Oscar, kali ini Zoey menerimanya dengan senang hati. Berbekal ingatannya di masa lalu, Zoey bisa menjalani hidupnya dengan penuh kejutan kejutan manis. Bagaimana kisah Zoey dan Oscar akan berjalan? Simak ceritanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Memang Keturunan Amstrong
Profesor Stainer menyambut Zoey dengan wajah sumringah. Pria berusia 68 tahun itu tampak senang melihat keberadaan murid kesayangannya lagi. Sudah cukup lama Zoey tidak mengunjunginya. Mereka hanya sesekali melakukan kontak lewat panggilan telepon.
"Kau menjadi sangat cantik, Zoey," puji Profesor Stainer. Senyum ramah di wajah Profesor menambah wibawanya.
"Terima kasih untuk pujiannya, Prof." Zoey membalas senyum sapaan Profesor Stainer dengan tulus. Bagi Zoey, Profesor Stainer adalah salah satu orang yang dia hormati di dalam hidupnya.
Travis dan Nick yang semula berniat kembali, akhirnya membatalkan niat mereka. Keduanya memilih menunggu Zoey tanpa berniat meninggalkan tempat itu. Profesor Stainer tidak terlalu memperhatikan kedua tamunya tadi. Begitu Zoey datang, seluruh perhatiannya menjadi hanya tertuju pada gadis itu. Zoey berbincang sebentar mengenai rencana peluncuran teknologi ciptaan mereka. Beruntung Zoey memiliki banyak persiapan sebelumnya. Dan yang paling melegakan, dia bisa menyelamatkan project ini karena pernah mengalami kecolongan di masa lalu. Semua ini berkat kehidupan keduanya.
Usai berbincang sebentar dengan Profesor Stainer, Zoey pamit undur diri. Nick dan Travis mengikuti gadis itu tanpa ragu.
Zoey dan kedua pria Amstrong berjalan bersama. Travis berada di sisi kanan Zoey, sedangkan Nick berada di kiri Zoey. Kedua pria tampak itu mengapit Zoey seperti bodyguardnya.
"Zoey, kamu kemari naik apa?" tanya Travis.
"Aku membawa mobil dan memarkirkannya di sana," ujar Zoey sambil menunjuk arah mobilnya.
"Bagaimana jika kamu kembali ke perusahaan bersama kami?" ujar Travis bersemangat.
"Lalu bagaimana dengan mobilku?" Zoey menghentikan langkahnya dan menatap kedua pria itu dengan alis mengernyit.
"Biar supirku yang membawanya," ucap Nick bersemangat.
Zoey akhirnya setuju dengan ide kedua pria itu. Tidak ada salahnya mengakrabkan diri dengan saudaranya. Zoey tersenyum saat mendapat perlakuan khusus dari dua saudaranya. Hatinya menghangat bisa mendapatkan perhatian dari dua anggota keluarganya.
Tanpa Zoey sadari, sejak tadi ada seseorang yang bersembunyi dan mengambil gambar mereka dan mengirimkannya pada Oscar.
Oscar yang melihat ponselnya menyala, seketika meraihnya. Namun, saat melihat gambar di ponselnya, Oscar tiba-tiba merasa diselingkuhi. Zoey adalah istrinya, kenapa dia begitu ramah dengan pria lain?
Oscar segera menekan nomor Zoey dan menghubunginya.
Halo, Oscar. Ada apa kau menghubungiku?
Mendengar suara Zoey yang lembut, kemarahan di hati Oscar menyurut. Namun, mengingat istrinya duduk di mobil yang sama dengan pria lain, Oscar merasa kesal.
"Dimana sekarang?"
Aku sedang dalam perjalanan menuju perusahaan. Tadi aku mampir ke laboratorium kampus menemui Profesor ku. Ada apa? Apa kau sudah merindukanku?
"Hmm, ya. Aku sangat merindukanmu."
Zoey tersenyum. Dia lupa sedang duduk di mana. Zoey seolah tidak melihat Nick dan Travis. Dia terus menggoda Oscar hingga mobil yang Nick kemudikan tiba di depan perusahaan.
Zoey mengakhiri panggilannya dengan Oscar, dia keluar dari mobil Nick dengan acuh tak acuh. Namun, hal itu membuat beberapa karyawan membulatkan mata. Baru kali ini mereka melihat CEOnya dan tuan Travis berjalan beriringan dengan wanita selain nona Amanda.
Gosip kembali merebak dengan cepat. Sepertinya gadis ini memiliki koneksi khusus dengan kedua tuan muda Amstrong. Jika tidak, bagaimana bisa pria dingin seperti dua pangeran Amstrong itu memperlakukan Zoey dengan perlakuan berbeda.
Tiba di depan ruang kerjanya, Zoey berbalik dan menatap Nick serta Travis. Dua pria itu berdiri tak jauh dari Zoey.
"Terima kasih atas tumpangannya," kata Zoey sembari melempar senyumnya. Gadis itu segera menutup pintu ruangannya tanpa menunggu jawaban dari kedua penerus Amstrong Tech.
Zoey menatap ruangannya dengan puas. Dari dekorasinya saja, Zoey bisa merasakan ketulusan keluarga Amstrong terhadapnya.
Zoey segera mulai bekerja, bahkan dia melewatkan makan siang karena mempersiapkan project Profesor Stainer. Zoey memang segila itu jika sudah bekerja. Dia tidak akan tanggung-tanggung dalam menyelesaikan pekerjaan.
Pintu ruangannya diketuk dari luar. Setelah Zoey memberi ijin masuk, sesosok pria berbadan tegap masuk ke ruangannya.
"Nona, tuan Nick meminta saya mengantar makanan ini untuk Anda. Dia berpesan agar anda tidak melupakan untuk beristirahat," kata pria itu.
"Terima kasih, Nuel."
"Sama-sama, Nona."
Asisten Nick segera undur diri setelah menyerahkan paperbag dari restoran ternama itu pada Zoey. Entah mengapa dia merasa wanita ini mendapat perlakuan khusus dari atasannya. Banyak rumor yang tersebar, tapi Nuel sama sekali tidak ingin mempercayainya. Tuannya sudah lama seperti biksu pertapa yang tidak tersentuh wanita, tapi dengan wanita yang satu ini, sikapnya sangat lembut.
Travis sudah meninggalkan perusahaan untuk memberitahu ayah dan juga kakaknya mengenai Zoey ini. Dia merasa sosoknya sama seperti adiknya yang hilang, terlebih dia juga memakai kalung yang sama dengan Zelin adiknya.
Tiba di mansion utama keluarga Amstrong, Travis bergegas keluar dari mobil dan berlari masuk ke dalam mansion besar itu. Beberapa penjaga menggelengkan kepala melihat tingkah pria berusia 28 tahun itu. Bagaimana orang yang begitu terhormat seperti Tuan Travis berlarian seperti anak kecil. Jika berita ini tersebar, mungkin citranya sebagai pria dingin akan hancur.
"Dimana ayah dan ibuku?" tanya Travis pada salah satu pelayan.
"Nyonya ada di kamar, sedangkan tuan Zendic pergi setelah mendapat telepon."
Travis mengusap pelipisnya yang mendadak berdenyut. Sudah pasti ayahnya tidak membaca pesan yang dia kirim tadi pagi. Akhirnya Travis menghubungi kakaknya.
"Daniel, kau tidak lupa dengan acara malam nanti, kan?"
Tentu saja, aku sudah tidak sabar melihat gadis itu. Semoga saja dia benar-benar keturunan Amstrong kita.
"Baiklah. Jangan sampai terlambat," kata Travis sebelum memutus sambungan teleponnya.
Travis ingin bicara pada ibunya, tapi khawatir dia akan memicu penyakit ibunya kambuh. Pria itu akhirnya memilih ke dapur untuk mengingatkan pelayan jika malam ini mereka memiliki tamu spesial.
Malam pun tiba, Oscar dan Zoey sedang dalam perjalanan menuju ke mansion keluarga Amstrong. Zoey memakai gaun off shoulder berwarna putih dan Oscar juga memakai kemeja berwarna putih. Keduanya tampak sangat serasi.
Zoey dan Oscar, berdua duduk berdampingan di dalam mobil, menatap jalan yang terbentang di depan mereka. Oscar memegang setir dengan wajah datar dan cemberut, sementara Zoey memandangi pemandangan di luar jendela dengan jantung yang berdebar.
Mobil mewah Oscar dan Zoey berhenti tepat di depan pintu gerbang mansion keluarga Amstrong. Zoey terpukau dengan mansion di depannya ini. Keduanya turun dari mobil, Zoey tidak bisa berhenti mengagumi keindahan mansion yang megah dan penuh sejarah itu. Oscar menggenggam tangan Zoey, memberikan kekuatan dan dukungan.
Pintu mansion terbuka, dan muncullah sosok yang kenal baik oleh Zoey, Kakek Albert. Pria tua itu tersenyum menyambut Zoey dan Oscar.
