Nanda Afrilya adalah seorang gadis yang berusia 21 tahun yang dibesarkan di sebuah panti asuhan. Ia terpaksa menikah dengan seorang pria yang tak dikenalnya sebagai bayaran pada orang kaya yang telah memberikan hunian baru pada warga panti karena panti asuhan tempatnya dibesarkan telah digusur.
Ia pikir dengan menikah, ia akan meraih kebahagiaan, namun yang terjadi justru sebaliknya. Hidupnya yang sejak kecil sudah rumit, malah makin rumit sebab ternyata ia merupakan istri kedua dari laki-laki yang telah menikahinya tersebut.
Lalu bagaimanakah ia menjalani kehidupan rumah tangganya sedangkan ia hanyalah seorang istri yang tak diinginkan?
Mampukah ia bertahan?
Atau ia memilih melepaskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.26 meminta hak
Tidak seperti biasanya yang menggunakan jasa Erwin, khusus hari ini Gathan justru lebih memilih menyetir sendiri. Sepanjang perjalanan dark cafe menuju rumah diisi dengan keheningan. Kedua orang itu tampaknya sedang sibuk dengan pikiran masing-masing. Bosan karena Gathan yang sepertinya tidak ada niatan sedikit pun untuk memulai bicara, Nanda pun mencoba memulainya terlebih dahulu.
"Mas ... " tegur Nanda membuat Gathan yang bergumam sebagai jawaban.
"Hmm ... "
Hal itu sukses membuat moodnya seketika ambyar dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela sembari berdecak kesal.
Gathan yang mendengar decakan Nanda pun lantas menoleh.
"Kenapa?" tanyanya bingung.
"Mas, emang ngomong itu mahal banget ya? Ada tarifnya? Kok pelit banget sih ngomong beberapa kata aja. Nanda udah kayak ngadepin patung jadinya." omel Nanda tapi hanya disambut Gathan dengan kedikan bahu.
Nanda yang geram lantas menoleh ke arah jendela dengan mulut komat kamit dan tangan seperti ingin mencekik.
"Dasar, patung lilin bernyawa! Rasanya pingin aku remas-remas tuh muka biar nggak berbentuk lagi. Eh, tapi nanti jadi jelek dong." ujarnya cekikikan sendiri.
Pletak ...
Gathan menjentik kepala Nanda bagian belakang karena gemas melihat tingkahnya yang menggemaskan.
"Aww ... Ish, sakit!" cebik Nanda. "Jahil banget sih!" omelnya.
"Kamu ngapain tadi ngadep situ sambil cekikikan? Udah kayak orang kesurupan aja." ujar Gathan datar membuat Nanda bersedekap menghadap ke depan.
Malas menjawab pertanyaan Gathan, Nanda justru menanyakan hal yang lain.
"Mas, kak Erwin kemana? Kok mas yang nyopir sendiri?" tanya Nanda iseng saja supaya suasana di mobil itu tidak terlampau hening. Sudah kayak di komplek pemakaman aja.
"Ngapain kamu tanya dia? Kangen?" ketus Gathan. Entah mengapa bila Nanda menyebutkan nama laki-laki lain apalagi sampai bertemu dan bicara berdua saja, dadanya sontak bergemuruh. Terasa panas hingga menjalar ke semua bagian tubuhnya.
"Apa mas? Kangen?" lalu Nanda tertawa lepas membuat Gathan yang sedang menyopir pun terkesima melihatnya. "Mas jangan aneh-aneh deh! Ngapain aku kangen sama pria lain kalau suami sendiri aja lebih ngangenin. Eh ... " Nanda kelepasan bicara. Ia malu ... malu sekali. Ia sampai menutup wajahnya dengan kedua tangan, tak berani menampakkan wajahnya yang pasti sudah memerah saat ini .
Gathan tersenyum tipis mendengar penuturan Nanda saat kelepasan bicara. Gathan meyakini, kata-kata itu pasti tulus dari dalam hatinya.
Tak lama kemudian, mobil yang dikemudikan Gathan telah memasuki area pekarangan rumah Gathan. Gathan mematikan mobilnya saat telah berada di carport. Lalu mereka keluar dari dalam mobil. Wajah Nanda telah tampak seperti biasa lagi. Begitu pula Gathan, wajah datarnya seperti biasa selalu membingkai dai hari-harinya. Minim kata minim ekspresi, seperti itulah kesehariannya. Tapi untuk masalah pekerjaan, tak dapat diragukan lagi, ia mampu melaksanakannya dengan baik dan membanggakan.
Saat baru memasuk rumah besar itu, terdengar suara keributan yang berasal dari lantai 2. Gathan dan Nanda saling menoleh seolah saling bertanya, 'Ada apa ini?' .
"Surti, suara keributan apa itu?" tanya Gathan saat melihat Surti turun dari lantai 2.
Wajah Surti tampak pias. Di kesulitan menelan salivanya sendiri. Ditatapnya Gathan dan Nanda bergantian.
"Apa kau mau diam saja seperti itu? Jawab pertanyaanku!" bentak Gathan seraya melangkahkan kaki ke arah tangga.
"Itu ... anu tuan, nyonya ... nyonya Freya ngamuk di kamar Non Nanda. Barang-barang di kamar Non Nanda diberantakin semua terus dihambur-hamburin. Nggak tau apa alasannya." ujar Surti takut-takut.
Alis Gathan menyatu hingga kerutan diantara alisnya nyaris menghilang. Sorot matanya berubah, entah apa artinya. Entah itu marah atau khawatir. Nanda pun terkejut mendengar apa yang dilakukan istri pertama suaminya itu.
Melihat Gathan segera berlari menuju ke kamar Nanda, Nanda pun mengekori.
Gathan dan Nanda membelalakkan matanya saat melihat semua barang yang ada di kamar itu berserakan. Dari skincare, lotion, buku-buku, sprei, bantal, pakaian, semuanya berhamburan.
"Freya ... " teriak Gathan murka melihat apa yang telah dilakukan istri pertamanya itu di kamar Nanda.
"Oh, kalian akhirnya pulang, hm! Bagaimana kencannya? Menyenangkan!" sarkas Freya saat melihat Gathan dan Nanda telah berdiri di ambang pintu.
"Apa yang kau lakukan, Fre? Apa kau sudah gila, hah?" desis Gathan dengan sorot mata tajam.
"Gila." Freya terkekeh like a devil. "Ya, aku gila. Aku sudah gila, kau tau kenapa? Karena kau sekarang sepertinya sudah mulai sibuk mengurusi jal*ng kecil itu. Istri mana yang tak sakit hati, hah, saat tau suaminya justru bermesraan-mesraan dengan perempuan lain." pekik Freya geram.
"Fre, dia bukan perempuan seperti itu!" bela Gathan. "Lagipula dia juga istriku, jadi apa salahnya aku memperlakukannya dengan baik."
"Apa salahnya? Tentu saja salah, kau sudah punya aku. Sedangkan aku ... " Freya ingin melanjutkan kata-katanya tapi melihat Nanda ada di sana ia tak jadi melanjutkannya. "Aku mau kau menceraikannya." desis Freya dengan sorot mata berapi-api membuat Nanda tersentak di tempatnya.
"Fre, itu tidak mungkin." Gathan menurunkan satu oktaf nada bicaranya.
"Apanya yang tak mungkin? Kalau kau mau, aku yakin kau bisa menceraikannya dengan mudah tanpa hambatan." ujarnya lagi.
"Fre, bukankah kau tau alasannya!" ucap Gathan merendah.
'Alasan? Alasan apa? Sepertinya ada sesuatu yang mereka sembunyikan. Apa alasan yang membuat mas Gathan mau menikahi ku? Semoga itu bukan sesuatu yang menyakitkan. ' gumam Nanda dalam hati.
"Baiklah kalau kau tak mau menceraikannya, kabulkan satu permintaanku." ucapnya penuh keyakinan. Gathan mengernyit waspada. Ia khawatir, Freya meminta sesuatu yang aneh-aneh.
"Apapun itu asal aku dapat mewujudkannya pasti akan aku kabulkan." ucap Gathan datar namun pasti.
Freya menyeringai lalu berjalan mendekati Gathan dan mendekap tubuhnya. Freya memainkan jemarinya di dada Gathan seraya melukis pola-pola abstrak.
Nanda yang berada di belakang Gathan hanya bisa memalingkan wajahnya yang tiba-tiba memerah. Bukan karena malu, tapi rasa tak suka. Entah mengapa ia tiba-tiba bereaksi seperti seorang istri yang di sakiti, istri yang merasa diselingkuhi, hatinya begitu panas dengan dada bergemuruh. Ingin rasanya ia menarik tangan Freya yang melingkari punggung Gathan dan menjauhkannya. Tapi ia tak mungkin melakukan itu, bagaimana pun dirinya lah orang ketiga diantara kedua orang itu.
"Aku yakin sebenarnya kau mampu mengabulkannya. Aku hanya meminta hakku. Sudah berulang kali kau menolaknya, aku harap kali ini kau mampu mewujudkannya." desis Freya dengan nada sensual membuat Nanda yang mendengarnya kian bergemuruh.
Lalu Gathan mendorong pelan badan Freya dan menarik tangannya menunju keluar kamar Nanda. Sebelum keluar, Gathan melirik Nanda yang memalingkan wajahnya. Sedangkan Freya tersenyum penuh kemenangan. Ia yakin, kali ini ia akan mendapatkan apa yang telah lama ia inginkan.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...