Ditinggalkan di hari pernikahan membuat Abigail, gadis yang memiliki berat badan berlebih memutuskan untuk berubah. Dibantu seorang teman lama yang sudah menyukainya sejak lama, Abigail mewujudkan keinginannya untuk memiliki tubuh ideal tapi sahabat yang dia anggap sebagai sahabat baik, berusaha menghalangi langkahnya. Disaat keinginan itu sudah terwujud, Abigail berubah menjadi gadis cantik dan pada saat itu sang mantan kembali dan ingin memperbaiki hubungan mereka. Akankah Abigail menerima ajakan sang mantan sedangkan secara diam-diam, ada seorang pria yang begitu tulus mencintai dirinya. Antara cinta lama dan cinta baru, yang mana akan dipilih oleh Abigail?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10
Abigail terlihat tidak bersemangat di meja makan, itu karena dia harus makan sayur. Segelas susu rendah lemak sudah berada di atas meja, jika bisa memilih dia lebih suka yogurd dari pada susu itu.
Sang ayah juga berada di meja makan, mereka akan sarapan bersama sebelum sang ayah berangkat ke kantor. Pria itu hanya menggeleng melihat putrinya yang lesu dan tidak bersemangat.
"Ada apa denganmu? Apa semalam kau bertemu gorila?" goda ayahnya.
"Daddy tidak lucu!" Abi menghembuskan napas dan menusuk sayurannya dengan tidak niat.
"Lalu?"
"Dad, aku bosan makan sayur!"
"Bagus, sini lima puluh dolar!" pinta sang ayah.
"Enak saja, aku hanya bilang bosan!"
Ayahnya terkekeh, dia tahu tidak mudah tapi putrinya harus terbiasa. Lagi pula semua itu makanan sehat yang disiapkan oleh istrinya untuk mereka.
"Abi, ini baru hari kedua tapi kau sudah menyerah. Bagaimana kau bisa kurus kalau seperti ini?"
"Dad, mau kurus juga tidak mudah!"
"Sebab itu kau harus berusaha!" ucap sang ibu yang saat itu menghampiri mereka dengan semangkuk makanan.
"Nanti siang ikut Mommy, kita pergi cari tempat Gym yang bagus untukmu," ajak ibunya.
"Tidak perlu, Mom."
"Apanya yang tidak perlu?!" sang ibu menatap galak ke arah putrinya.
"Semalam aku bertemu dengan sahabat lamaku, dia bilang dia seorang instruktur dan bekerja di sebuah tempat fitnes."
"Lalu?"
"Dia bilang akan memberiku diskon lima puluh persen jika aku fitnes di tempatnya bekerja."
"Bagus, segera hubungi sahabatmu. Jangan sampai diskon lima puluh persennya hangus!" perintah ibunya.
"Tapi Mom, aku?"
"Segera lakukan, Abi! Jangan sampai diskonnya hangus!" perintah ibunya lagi.
"Dad?" Abi memandangi ayahnya dengan tatapan memelas, berharap ayahnya membantu.
"Sudah sana, hasil lima puluh persen kita bagi dua nanti," ucap sang ayah.
"Enak saja, siapa yang membuat taruhan, hah?" sang ibu sudah menekuk kepalan tangannya, sekarang dia harus keluar lima belas dolar agar Abigail mau makan sayur.
"Mom, tidak boleh marah-marah. Nanti kau tambah tua dan jelek," ucap sang ayah.
"Sialan, jadi maksudmu aku sudah tua dan jelek!" sang istri kembali menekuk kepalan tangan.
"Ampun Mom, aku hanya bercanda!" ucap suaminya.
"Abi, segera hubungi temanmu. Awas jika harga diskon yang diberikan hangus!" ancam sang ibu.
"Ya," Abi meneguk susunya sampai habis dan setelah itu dia beranjak pergi masuk ke dalam kamarnya.
Ini masih pagi, apakah tidak masalah menghubungi Justin sepagi ini? Kartu nama yang diberikan oleh Justin di keluarkan, entah kenapa dia jadi ragu. Jujur dia tidak begitu percaya jika Justin adalah seorang instruktur fitnes.
Abi terlihat memutar kartu nama di tangan, dia terlihat ragu untuk menghubungi Justin. Tapi jika tidak dia lakukan, maka ibunya akan marah. Dari pada menunda, lebih baik dia segera menghubungi Justin. Keputusan sudah diambil. ponsel juga sudah di tangan. Abi siap menghubungi Justin tapi sayangnya Sarah menghubunginya.
"Sarah, ada apa?"
"Aku ingin mengajakmu makan nanti malam, Abi," jawab Sarah. Dia yakin Abi tidak mungkin menolak.
"Sorry, aku tidak bisa," tolak Abi.
"Apa? Kenapa?" Sarah tampak heran, ini pertama kalinya Abi menolak ajakannya.
"Aku sedang diet."
"Sudah, dietnya besok saja. Malam ini aku akan mentraktirmu makan sampai puas!"
"Sorry Sarah, tapi hari ini aku dan Mommy mau pergi ke tempat Gym."
"Gym? Kau akan fitnes?" Sarah semakin terdengar tidak percaya.
"Ya, aku dan Mommy mau menemui Justin hari ini jadi aku tidak bisa menemuimu."
"Justin? Hei, apa maksudmu?" tanya Sarah penasaran.
"Justin adalah seorang instruktur jadi dia yang akan mengajari aku nanti."
"Yang benar?" untuk kesekian kali Sarah terdengar tidak percaya tapi ini kesempatan.
"Dia bilang begitu padaku semalam," jawab Abi.
"Baiklah, aku ikut. Aku juga mau fitnes," Sarah terdengar begitu bersemangat, dia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan.
"Benarkah? Tapi kau sudah kurus."
"A-Aku ingin menemanimu. Mungkin kau akan lebih bersemangat jika aku temani," jawab Sarah beralasan.
"Kau benar, aku pasti akan semakin bersemangat. Jika begitu, aku akan menghubungi Justin terlebih dahulu."
"Jangan lupa kabari aku," pinta Sarah. Abi bisa jadi batu loncatan untuknya mendekati Justin. Dia sudah banyak mendengar tentang Justin semalam jadi dia tidak boleh melewatkan hal ini dan akan memanfaatkan situasi dengan baik.
Abi terlihat senang, dia semakin bersemangat karena dia akan fitnes bersama dengan sahabat baiknya. Dia benar-benar tidak memiliki pikiran buruk sama sekali apalagi dia dan Sarah sudah bersahabat sejak lama. Setelah menghubungi Sarah, Abi menghubungi Justin, dia harap dia tidak mengganggu Justin.
"Hallo," terdengar suara Justin.
"Justin, ini aku," Abi terdengar sedikit ragi.
"Abi?" Justin terdengar senang, akhirnya yang dia tunggu.
"Hm, ya. Maaf mengganggumu sepagi ini, Justin."
"It's oke, ada apa?"
"Mengenai fitnes?"
"Oh, jadi kau mau daftar jadi anggota?"
"Yes, tapi kau masih memberikan aku diskon lima puluh persen bukan?" tanya Abi, jangan lupa dengan diskonnya jika tidak ibunya akan menjadi seperti Godzilla yang mengeluarkan api dari dalam mulutnya.
"Tentu saja, Nona," jawab Justin sambil terkekeh.
"Jika begitu aku akan mendaftar dengan Sarah."
"Baiklah, dua anggota baru," Justin pura-pura menulis sesuatu.
"Thanks, kapan kami bisa memulai?" tanya Abi ingin tahu karena dia harus mengabari Sarah dan ibunya akan hal ini.
"Aku akan mengabarimu nanti, Nona," jawab Justin.
"Baiklah, aku tunggu kabar baik darimu," Abi mengakhiri pembicaraan mereka, dia terlihat begitu senang. Tidak saja akan fitnes ditemani oleh sahabat baiknya tapi dia juga masih mendapat diskon lima puluh persen. Setelah berbicara dengan Justin, Abi menghubungi Sarah. Tentunya Sarah sangat senang, ini benar-benar kesempatan luar biasa yang tidak dia duga.
Dia tidak menduga Abi akan mengatakan hal itu dan dia tidak menduga Justin berpura-pura menjadi instruktur fitnes. Entah apa tujuan Justin melakukan hal itu dia tidak peduli karena dia juga punya tujuan. Setelah berbicara dengan Sarah, Abi mencari ibunya. Bagaimanapun dia harus memberi laporan jika Justin masih mau memberikannya diskon lima puluh persen.
Sementara itu, Justin menghubungi seseorang karena dia membutuhkan bantuannya. Apa benar dia bekerja sebagai pelatih fitnes? Ya jelas tidak. Dia hanya asal bicara saja, dia bahkan tidak punya tempat itu. Walau begitu, dia akan tetap berpura-pura menjadi instruktur fitnes.
"Aku ingin kau membelikan aku sebuah tempat Gym dalam waktu setengah jam," pintanya.
"Serius?" seorang pria berteriak tidak percaya.
"Lakukan saja!"
"Hei, ada apa denganmu? Apa kau baru saja dihajar seseorang menggunakan barbel?"
"Cerewet, sekali lagi kau bertanya akan aku kirim kau ke Afrika!" Ini adalah ancaman yang paling ditakuti oleh seorang pegawai.
"Oke.. Oke, istriku tidak suka tinggal di Afrika jadi jangan coba-coba kau kirimkan kami ke sana!" ucap pria itu yang ternyata adalah sahabat baik Justin.
"Jika begitu lakukan dan ingat, kau adalah bosnya!"
"Serahkah padaku, dalam waktu setengah jam kau akan mendapatkannya!" ucap sahabatnya.
"Bagus!" Justin mematikan ponsel-nya dan tersenyum, setengah jam? Rasanya sudah tidak sabar menunggu.