cerita ini masih bersetting di Dunia Globus di sebuah benua besar yang bernama Fangkea .
Menceritakan tentang seorang anak manusia , dimana kedua orang tua nya di bunuh secara sadis dan kejam serta licik oleh sekelompok pendekar kultivator .
Trauma masa kecil , terbawa hingga usia remaja , yang membuahkan sebuah dendam kesumat .
Dalam pelarian nya , dia terpisah dari sang kakak sebagai pelindung satu satu nya .
Bagai manakah dia menapaki jalan nya dalam hidup sebatang kara dengan usia yang masih sangat belia .
Bisakah dia mengungkap motif pembunuhan kedua orang tua nya , serta mampu kah dia membalas dendam ? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengemis Buta.
Tanpa menghiraukan pemuda yang sok hebat itu, Cin Hai meneruskan makan nya. Tanpa terganggu sedikitpun juga.
"Saudara ku, apa yang mereka maksud dengan Thien Giok itu?" tanya Cin Hai pada Yu Ming Can sambil meneruskan makan nya.
"Oh iya, bukankah saudara berasal dari lembah yang angker itu, pantas saja saudara Cin Hai tidak tahu apa yang telah terjadi di Gunung Thien Shan itu, beberapa purnama yang lalu, sebuah benda langit bercahaya biru terang, jatuh di gunung itu, para Biksu mengatakan bahwa benda itu bernama Thien Giok (Kemala Langit), dan memiliki energi yang luar biasa besarnya, siapa saja yang dapat menundukkan Thien Giok itu, niscaya akan menjadi pendekar kultivator nomor satu di jagat raya ini, namun benda ini memiliki nyawa sendiri, dia cuma akan tunduk pada orang berhati suci yang dia kehendaki, siapapun yang tidak dia kehendaki, tidak perduli setinggi apapun tingkat kultivasi nya, tidak bakalan bisa menundukkan benda langit bertuah tinggi ini Kong Cu" ujar Yu Ming Can menjelaskan kepada Cin Hai.
Cin Hai terdiam mendengar penjelasan dari sahabat baru nya itu.
"Dimanakah Gunung Thien Shan itu saudara Ming Can?" tanya Cin Hai lagi.
"Gunung Thien Shan itu berada di sebelah barat kota Kung Ciau, dari tepi sungai Liong, Gunung Thien Shan itu sudah terlihat, apakah Kong Cu berniat kesana juga?" tanya Ming Can.
"Entahlah nanti Ming Can, besok aku mau kekota Tao dulu, mencari dua sahabat ku itu" jawab Cin Hai sambil meneruskan makan nya.
"Baiklah Kong Cu, bila Kong Cu mengalami kesulitan, jangan sungkan untuk meminta bantuan kami orang orang Pek I Kai Pang, dengan memperlihatkan benda itu, Kong Cu pastikan di bantu di mana saja ada Pek I Kai Pang" ujar Yu Ming Can.
Pemuda Bu Ban Jian yang tidak mendapatkan respon apapun dari orang orang disekitar nya, apalagi dari Cin Hai, bahkan pemuda itu terus saja makan tanpa merasa terganggu sedikitpun juga, merasa semakin gusar sekali.
Tiba tiba, sebatang sumpit melesat kearah Cin Hai dengan begitu cepat nya, mengarah tepat pada tenggorokan nya.
Namun secara ajaib, sumpit itu tiba tiba berhenti di udara sekitar dua jengkal dari leher Cin Hai. Sumpit itu melayang di udara tanpa jatuh sedikitpun juga. Sedangkan Cin Hai tetap saja meneruskan makan nya, seakan akan dia tidak melihat sumpit yang melayang hampir saja mengancam jiwa nya itu.
Pemuda Bu Ban Jian segera melemparkan sumpit yang satu nya lagi kearah leher Cin Hai, namun peristiwa tadi terulang kembali. Kali ini dia sumpit mengapung diudara , persis dua jengkal dari tenggorokan Cin Hai.
Pemuda Bu Ban Jian mengambil sebuah sumpit kembali dan ingin melemparkan kearah Cin Hai. Namun belum lagi sumpit itu dilemparkan, tiba tiba kakek Yuma Chong menekan kepala nya, hingga dia terduduk kembali di kursi nya.
"A' ,,,ada apa kakek melarang ku?" tanya pemuda Bu Ban Jian merasa sangat heran.
"Sudahlah!, jangan bangunkan naga yang sedang tidur, atau kau akan menerima resikonya" ujar kakek Yuma Chong sambil menoleh kearah kakek Uday Chan, "kau melihat yang aku lihat Uday?"...
Kakek Uday Chan balas menatap kearah sahabat nya itu sambil menganggukkan kepala nya, "ya Yuma, aura itu sangat jelas terlihat oleh ku, konon menurut dongeng dari mulut ke mulut, pemilik aura itu cuma ada dua orang di Dunia ini, mungkin kah dia ada hubungan nya dengan leluhur dari dongeng itu?, baru sekali ini seumur hidup ku menyaksikan aura itu, benar benar luar biasa Yuma, aku bisa merasakan nya" ujar kakek Uday.
"Kau benar sahabat ku, bila perkiraan kita itu benar, Dunia ini segera akan di gegerkan oleh muncul nya pendekar muda yang mumpuni" kata kakek Yuma Chong lagi.
Nalina dan Bu Ban Jian cuma bisa diam melongo, mendengar obrolan kedua laki laki tua itu, tanpa mengerti sedikit pun juga.
Meskipun ada sejuta kejengkelan terpendam di dalam hati kedua nya, namun kedua nya hanya bisa berdiam diri, tanpa berani membantah ucapan dari kedua laki laki tua itu.
Setelah selesai acara makan nya, Cin Hai segera beranjak. Kearah kasir, membayar harga makanan yang dia makan bersama Yu Ming Can tadi.
Setelah selesai membayar makanan mereka berdua, Cin Hai segera menoleh kearah meja tempat kakek Yuma dan kakek Uday makan, sambil membungkukan kepala nya, Cin Hai mengucapkan maafnya, "maafkan saya kekek berdua, bukan maksud saya menghina cucu kakek, maafkan saya, saya mohon diri" ujar Cin Hai membungkukan badan nya beberapa kali.
Keluar dari rumah makan itu. Cin Hai meminta tolong kepada Yu Ming Can untuk diantarkan ke sebuah penginapan sederhana.
Dengan senang hati, Yu Ming Can mengantarkan Cin Hai ke sebuah rumah penginapan yang tidak terlalu jauh dari tempat itu .
Rencana Cin Hai, pagi pagi, setelah sarapan, dia akan segera meneruskan perjalanan nya ke kota Tao dengan berjalan kaki, meskipun perjalanan dari kota Sian Tao ke kota Tao bisa di lakukan lewat sungai, tetapi Cin Hai memutuskan untuk lewat jalan darat saja.
Pagi pagi sekali, setelah sarapan dan mempersiapkan bekal nya di jalan, Cin Hai segera berjalan menuju kearah gerbang selatan kota Sian Tao.
Perjalanan dari kota Sian Tao ke kota Tao memakan waktu tiga hari perjalanan, namun karena Cin Hai menggunakan ilmu meringan kan tubuh nya, sehingga perjalanan itu bisa di pangkas separuh nya, menjadi satu setengah hari saja. Hingga tengah hari berikutnya, dia sudah mencapai gerbang kota Tao.
Kota Tao adalah kota menengah, namun dua atau tiga kali lipat lebih besar dari kota Sian Tao, tetapi sama sama berada di tepi sungai Liong.
Setelah membayar biaya masuk ke kota Tao, Cin Hai segera melangkah ringan kedalam kota yang cukup padat dengan berbagai aktivitas nya itu.
Sekali lagi Cin Hai merasa takjub melihat banyak nya manusia berlalu lalang dengan kesibukan mereka masing masing.
Di berbagai sudut jalan, nampak beberapa orang pengemis, tua muda, laki laki dan perempuan, duduk sambil menadahkan tempurung kelapa milik mereka masing masing.
Di pinggir alun alun kota Tao yang besar, Cin Hai duduk dibawah sebuah pohon Tao tua yang tumbuh disekeliling alun alun kota itu. Tidak jauh dari tempat dia duduk, terdapat seorang pengemis laki laki tua, duduk sambil menggoyang goyangkan batok kelapa milik nya.
Cin Hai menatap kearah mata kakek pengemis tua itu, ternyata biji mata nya putih di kedua mata nya, alias kekek tua itu buta.
Cin Hai segera meletakan dua keping tail emas kedalam batok kelapa milik kakek tua itu.
"Kakek tua itu memalingkan wajah nya, menghadap kearah Cin Hai, sambil tersenyum ramah, kakek itu berkata, "terimakasih Kong Cu, Kong Cu sangat pemurah, semoga keselamatan selalu menyertai Kong Cu"...
Hati Cin Hai sedikit tercekat mendengar sapaan kakek tua itu. Bagai mana dia bisa mengetahui jika diri nya laki laki dan langsung menyapa Kong Cu (tuan muda), padahal dia sendiri belum berbicara sedikitpun juga.
"Tidak apa apa kakek, tecu masih muda, dan masih kuat bekerja, berbagi rejeki adalah kewajiban orang yang memiliki kelebihan, doakan tecu sehat dan banyak rejeki nya ya kek" ujar Cin Hai sambil duduk di samping kakek tua itu.
"Iya, semoga Kong Cu selalu sehat dan mendapat rejeki yang banyak, oh ya Kong Cu, apakah Kong Cu juga mau ke Gunung Thien Shan juga?" tanya pengemis buta itu.
"Ah, tidak kek, tecu ke kota ini hanya ingin bertemu dengan dua sahabat tecu semasa tecu kecil dulu kek, tidak ingin ke Gunung Thien Shan itu segala" jawab Cin Hai sambil mengeluarkan tempat air nya yang terbuat dari kulit buah labu yang sudah tua, lalu mereguk isi nya beberapa tegukan.
...****************...