NovelToon NovelToon
Manuver Cinta Elang Khatulistiwa

Manuver Cinta Elang Khatulistiwa

Status: tamat
Genre:Tamat / Beda Usia / Kehidupan Tentara / Romansa
Popularitas:3.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: sinta amalia

Menyukai seseorang adalah hal yang pribadi. Zea yang berumur 18 jatuh cinta pada Saga, seorang tentara yang tampan.
Terlepas dari perbedaan usia di antara keduanya, Zea adalah gadis yang paling berani dalam mengejar cinta, dia berharap usahanya dibalas.
Namun urusan cinta bukanlah bisa diputuskan personal. Saat Zea menyadari dia tidak dapat meluluhkan hati Saga, dia sudah bersiap untuk mengakhiri perasaan yang tak terbalaskan ini, namun Saga baru menyadari dirinya sudah lama jatuh cinta pada Zea.

Apakah sekarang terlambat untuk mengatakan "iya" ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MANUVER CINTA~PART 30

Tenggelam dalam perasaan takut nan kacau, Zea hanya bisa mengikuti saja maunya si pembajak ini.

Selama menghirup oksigen di bumi, inilah kali pertama ia berurusan dengan penjahat terlebih lagi dirinya berjalan dengan todongan moncong senjata di kepala macam terpidana hukum mati. Tak ada kata yang lebih tepat selain dari takut, untuk menggambarkan suasana hatinya saat ini.

Zea bukan tak tau jika kondisi ini buntut dari kasus yang sekarang tengah ditangani oleh sang papa, Zea tak ingin menyalahkan siapapun disini apalagi papa'nya yang sudah benar-benar melakukan tugasnya dengan baik walau penuh godaan.

"Zea," gumam Clemira.

Zea berjalan dengan tangan terangkat di belakang kepala, ia melihat wajah-wajah takut dari teman-temannya dan penumpang lain, ia tak bisa menjadi lemah begini meski nyawanya berada di ujung tanduk.

"Jangan anak murid saya, tolong..." bu Wangi bereaksi bersama guru pembimbing lain.

"DIAM!"

"Tak ada yang boleh mengeluarkan pendapat disini, karena ini bukan sedang pemilu!" logatnya begitu njeplak bahasa daerah.

Zea memperhatikan postur tubuhnya dari atas hingga bawah, tak ada topeng atau masker yang menutupi wajah, berani sekali!

"Hey nona!" panggil salah satunya dari arah kokpit, ia berjalan dengan gaya sengaknya, rambut gimbal diikat satu bagian atas macam anak pantai, kaos bertuliskan mari juana berlogo daun haram tertutup rompi anti peluru, seperti mereka sudah mempersiapkan untuk semua ini begitu matang, apakah mereka akan mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk, baku tembak di atas pesawat? Jika iya....

Zea mengedarkan tatapannya ke sekeliling, bagaimana nasib kawan-kawannya, bagaimana nasib orang-orang yang tidak tau apa-apa? Matanya sedikit berkaca-kaca.

Hingga tak sadar si kuncir mengeluarkan selotip dan meminta Zea mengulurkan kedua tangannya.

"Nona punya tangan harus diikat biar tak nakal...." paksanya meraih tangan Zea dan memaksa kedua tangan bebas itu untuk bersatu dalam satu lakbanan selotip.

"Nona pu tangan indah," seringainya.

"Pantas, anak menteri!" tawa yang lainnya bernada mencibir, membuat Zea menatap sengit ke arah mereka.

"Sudah hidup enak ditanggung negara saja masih menyusahkan orang kecil!" hardik mereka, kini raut wajah mereka berubah seolah tengah mengemukakan curahan hati.

"Lo curhat?"

Diluar dugaan, bukannya takut atau menangis Zea malah dengan berani mengatakan hal yang tak semestinya. Raut wajah mencibir itu berubah serius dan semakin keruh bak air com beran yang item dan banyak sampahnya.

"Ze," tegur Maysa. Tapi gadis itu berdiri kokoh diantara ketakutannya.

"Gue bukan mamah dedeh apalagi beranda pace book tempatnya orang frustasi curhat," Zea malah semakin menantang. Zea sudah menyerahkan semua guratan nasibnya pada Yang Maha Kuasa sekarang, bukan berarti ia siap untuk mati sekarang...namun ia tau tak akan mungkin ia ditembak mati sekarang karena sudah pasti mereka akan membutuhkan Zea hidup-hidup untuk barang barter.

Geplakkkk!

"Aaaa!" jerit mereka.

"Astagfirullah, ya Allah..."

"Ze, diem!" ini bahkan teguran ketiganya Maysa menegur Zea.

Ngingggg-----

Nyut--nyutt-nyuuttt....

Zea kini merasakan juga sakitnya ditabok pake senjata.

"Kalo gue mesti mati disini, hari ini gue belum rido....soalnya gue pengen ngerasain haji dulu, ngelaksanain rukun islam yang kelima sebagai seorang muslim. Gue juga ngga mau mati berdiri kaya gini karena gue ngga ngerasa lagi dzolimin anak yatim," ucap Zea.

"Hey, nona. Apa nyawamu ada 9? Nona punya mulut meledak seperti petasan? Kami tidak segan untuk membunuh siapapun yang berani bersuara seperti anda," sepertinya si kuncir temennya almarhum mbah Surip ini ketuanya, karena sejak tadi ialah yang bertindak dominan atas laporan dan perintah disini.

"Aamiin." jawab Zea. Sungguh drama pembajakan ini dianggap lelucon oleh Zea, padahal penumpang lainnya sudah berwajah pucat sampai roh-rohnya saja ikutan meninggalkan mereka sepertinya.

Terpaksa mereka ikut menyelotip mulut pedas Zea daripada harus terpancing dengan ucapan-ucapan Zea, "nona pu mulut harus ditutup juga biar tak berbicara seenaknya."

"Ngga mau! Lepas! Ngga usah pegang-pegang, tangan lo banyak dosanya!" oceh Zea berontak menolak, namun mereka menahan dan memaksa menutup mulut Zea.

"Ze!"

"Jangan sakiti Zea!" Maysa ingin membantu namun ia pun di todong oleh pembajak lain, "kamu diam!"

"Maju! Kecil-kecil sudah menyebalkan!" ucapnya mendorong dan menekan punggung Zea dengan ujung senjata, mereka menaruh Zea jauh di belakang dan meminta yang lain duduk di tempatnya masing-masing tanpa bergerak.

Zea melirik sekilas ke arah belakang dimana Maysa dan Clemira duduk dengan masih menatapnya, Zea menyipitkan matanya tersenyum dibalik selotip yang membungkam mulutnya.

Gue baik-baik aja....

Diantara kursi yang terpisah oleh jalan berlalu lalang, mereka membagi personel untuk mengawasi semuanya, layaknya mercusuar kapal di bibir pantai mata mereka menyorot tajam setiap penumpang, membuat aura mencekam semakin gelap menyelimuti.

"Laporkan status pada ATC!" dorongnya di kepala pilot.

"I..iya...iya."

Lelaki dengan gelar pilot itu sepertinya mimpi bok3r semalam bisa se sial ini, jakunnya naik turun menelan saliva yang begitu berat nan kering di kerongkongan saat senjata laras panjang itu menempel di belakang kepala.

"May day, Singaputih airline boeing 789 dengan nomor penerbangan 1234 rute Singaputih--Batavia telah dibajak di titik koordinat...."

Suara pilot menggema pula di setiap sudut pesawat memancibg kerjapan pasrah nan frustasi para penumpang, bahkan hampir semua penumpang menitikan air mata ketakutan, mulut mereka komat-kamit melangitkan do'a, berharap posisi mereka cukup tinggi untuk mencapai pintu langit.

Sirine berbunyi begitu keras, pihak maskapai ketar-ketir setelah mendengar status pesawat yang mengangkut 94 orang bersama 6 awak pesawat, ditambah arah laju pesawat tidak mengudara sesuai rute, mereka terkesan berputar-putar saja di dekat perairan tengah.

Status pesawat segera dilaporkan pada pihak aparat oleh maskapai.

Berita ini belum sampai di media massa, maklum lah kejadian ini terjadi disaat semua orang terlelap dalam alam mimpi.

Cetrek!

Lampu seketika menyala di ruangan rumah, komandan batalyon turun masih dengan piyama tidurnya saat mendapati ketukan keras di pintu kamar dari ajudannya.

"Lapor ndan! Pangdam mengirimkan pesan untuk segera menghadap, dikarenakan ada kondisi darurat nasional!"

"Ya. Tunggu, saya harus berganti pakaian terlebih dahulu..." ujar komandan Surya.

Ankara yang memang baru saja terpejam belum bisa terlelap sepenuhnya ikut keluar dari kamar, "ada apa?" tanya nya masih dengan kaos putih dan celana selutut.

"Ankara, nanti susul papa ke kantor. Ada keadaan darurat nasional..."

Ankara mengangguk langsung bergegas mengambil jaket dari kamarnya ketika sang papa keluar dari rumah bersama salah satu perwira.

Ankara melirik sekilas ponselnya dimana room chat bersama Zea masih enggan dibalas oleh gadis itu, "masih di pesawat kamu Ze?" tanya nya, sebuah foto boarding pass yang dipegang Zea terkirim atas permintaannya, segitu posesifnya Ankara pada Zea yang masih belum siapa-siapanya.

Ankara memasukan kembali ponsel ke dalam saku celana dan bergegas menyusul papanya.

Dalam keheningan malam berteman udara dingin, alis beberapa perwira kini menukik tajam.

"Telah terjadi pembajakan pesawat komersil Singaputih airlines boeing 789 dengan rute penerbangan-----" sang jubir pangdam memberikan penjelasan di ruang rapat.

Hingga sekitar 30 menit berlalu, komandan Surya memasuki kantornya, sang putra rupanya sudah berada disana cukup lama, Ankara bahkan duduk sambil merebahkan kepala dan punggung di kursi.

"Pa?"

"Satriaa!" panggil komandan Surya.

"Siap ndan!"

"Segera panggil pasukan khusus untuk mencari tau titik koordinat pesawat Singaputih airlines boeing 789 di sekitar perairan tengah, segera laporkan statusnya dan bentuk pasukan bergerak sigap!"

"Siap ndan!" ia menghornat dan pergi.

"Ada apa pah?"

"Ankara, siapkan personel skadron khusus untuk melakukan misi senyap mendekati target dan melumpuhkan sasaran, telah terjadi pembajakan pesawat komersil rute singaputih--Batavia dengan nomor penerbangan 1234 baru saja pukul 10 waktu tengah di dekat perairan tengah nusantara," ucapnya tegas.

Ankara mengerutkan dahinya merasa tak asing dengan pesawat komersil dengan penerbangan itu.

"Sebentar pah...." ia segera mengecek ponsel dan room chat bersama Zea, memastikan firasat hati yang mulai tak enak.

"Tadi itu nomor penerbangan berapa?"

"Ada apa? Ada sesuatu yang kamu tau? Pesawat Singaputih airlines boeing 789 dengan nomor oenerbangan 1234 rute Singaputih---Batavia..."

Ankara langsung meloloskan nafas berat, degupan jantungnya berubah menjadi genderang perang, "Zea...."

"Kenapa?"

"Zea ada disana pa, Zea anak om Rewarangga," Ankara semakin menperjelas.

Sagara harus terbangun disaat ia baru saja menyusuri mimpi bersama bayangan Zea karena panggilan tugas. Diantara rasa lelah dan setengah sadarnya, ia segera menampar dirinya.

Langkah besar ditengah dinginnya malam seiras dengan keriuhan yang mulai terjadi di gedung B.

"Telah terjadi pembajakan pesawat di titik koordinat----"

"Ibu pertiwi memanggil bro, bakal gue tembak mati orang yang udah ganggu gue mimpiin Raisa!" bisik Izan, candaan Izan setidaknya membuat suasana sedikit segar, meski kepalanya masih sedikit kleyengan.

Luki terkekeh, "si alan. Raisa bini orang, bro!"

"Masih mimpi kayanya dia," timpal Sagara menyunggingkan senyuman.

Sagara mendengarkan intruksi sang komandan, hingga mulut hitam itu lirih mengucapkan lantang identitas pesawat.

"Zea? Clemira?"

Saga mengerjap menukikan alisnya, ingat betul dengan boarding pass Clemira juga Zea.

"Kenapa Ga?" tanya Luki.

Sagara bergegas merogoh ponselnya dan menghubungi Clemira di belakang sana, ia berdecak karena hasilnya nihil. Begitupun selanjutnya, ketika ia mencoba menghubungi Zea.

"Arghhhh, Zea ngga aktif!" kesalnya mematikan ponsel kasar.

"Ada hubungan apa kamu dengan Zea?" tanya seseorang yang tak sengaja mendengar Sagara mendumel.

.

.

.

.

.

1
8G-Carrisa Talitha Sinaga
ka g ada lanjutanny nih,,sampai baby lahir giti,,😉
Ani
😂😂😂😂😂😂senjata makan tuan niat hati pengen ngerjain malah dikerjain
Mmh Alfatih
berasa nonton film barat deh tegang banget
Christine Liq
Luar biasa
Bilqis Nabilla
ceritanya bagus sekali
Eka Sari Agustina
👍👍👍👍
Fidelia Jika
sangat baik dan menarik untuk di baca, boleh jadi drama filem pendek
Fidelia Jika
tunggu karya kamu lagi Thor
Ujung Harapan
Luar biasa
Dewi Kasinji
astaghfirullah 😅😅
Dewi Kasinji
berasa ikut di adegan ini
..deg degan banget
Dewi Kasinji
ankara ... ckckck...segitu gak percaya dirinya dia.
Dewi Kasinji
bayangin tarian zea dkk kyk e wuahhhh banget....
Dewi Kasinji
Luar biasa
As Ngadah
aku mau doong bang saga diikat
Dewi Kasinji
anjirrrr ...
Dewi Kasinji
Jian ngakak puollll
As Ngadah
abang saya love you pulll
Dewi Kasinji
bahasanya bikin ngakak
Dewi Kasinji
ijin baca kak ... janji baca dari awal sampai akhir no skip2 ,😘 tapi maaf aku baca saat karyanya sdh tamat , karna aku gak bisa konsekuen baca tepat waktu , takut malah bikin retensi jelek 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!