Tragedi Bachelor Party

"Kandungan nya baru memasuki usia 5 minggu jadi adik bayi belum terlalu kelihatan. Ukuran nya masih sebesar kacang hijau. Bulan depan dia mulai berkembang dan nampak sedikit lebih jelas" ucap sang dokter.

Loli terpaku menatap layar, meski yang terlihat baru berupa kantong kehamilan dan hanya ada titik kecil namun Loli merasakan perasaan tak biasa yang membuncah memenuhi dadanya. Ia menatap pada Marcell yang kini tersenyum padanya, namun mata pria itu tampak berkaca-kaca. Sepertinya Marcell sedang menahan rasa haru seperti yang tengah ia rasakan.

"Lihat anak kita dek" Bisik pria itu dengan suara bergetar. Loli tak bisa menahan getaran hatinya, gadis itu tersenyum namun ada tetes air mata yang bergulir di pipinya.

Marcell yakin sekarang naluri keibuan Loli mulai muncul dan rasa sayang Loli pada bayi mereka perlahan tumbuh. Marvell meraih tangan Loli dan menggenggamnya erat.

"Keadaan nya gimana dok? sehat?"

Marcell beralih menatap ke arah dokter dan bertanya dengan antusias.

"Sejauh ini sehat pak, karena kehamilan nya masih sangat muda maka asupan nutrisi sang ibu harus benar-benar terjaga. Jangan stres dan lebih berhati-hati. Karena usia kehamilan nya masih rentan" Marcell menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan sang dokter.

"Ada keluhan bu?" tanya dokter itu ramah.

"Sering lemas dan mual dok" ucap Loli.

"Jangan khawatir, hal itu memang wajar di trimester pertama. Saya akan resep kan vitamin dan obat pencegah mual" Loli menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Oh ya satu lagi ini pesan untuk bapaknya ya, disarankan untuk pelan-pelan saat berhubungan suami istri, pakai pengaman dulu ya pak."

Wajah Loli merona mendengar penjelasan sang dokter. Ia benar- benar merasa malu, ia bahkan tak berani menatap pada Marcell yang malah terkekeh.

"Tapi tetap boleh melakukan nya ya dok?" Loli ingin sekali melempar Marcell atas pertanyaan nya tersebut.

"Boleh, tapi itu tadi harus pelan dan lihat efeknya pada sang ibu. Kalau nggak ada keluhan artinya aman. Bapak nggak perlu berpuasa"

"Wah terima kasih dokter. Tuh sayang ternyata boleh. Jadi jangan nolak lagi ya kalau kakak minta" Tubuh Loli semakin memanas, ia tau Marcell sengaja menggodanya.

"Iya ibu, jangan ditolak. Kasihan bapaknya loh" Loli semakin dibuat mati kutu. Andai ada pintu ke mana saja ia ingin segera enyah dari tempat itu. Ia merasa sangat malu.

🍁🍁🍁

"Dek jangan marah dong, kakak cuma bercanda tadi" ucap Marcell saat mereka sudah dalam perjalanan pulang. Sejak tadi Loli memasang wajah sebal padanya. Tapi Marcell suka setidaknya Loli mulai menampakkan ekspresi lain selain ekspresi sedihnya.

"Tapi dokter ngiranya serius. Aku malu kak" keluh Loli.

"Biarin aja dek, cuek aja" ucap Marcell santai.

"Tau ah, sebel banget sama kak Marcell" Gerutu gadis itu.

"Jangan sebel-sebel nanti jatuh cinta loh" Marcell bermaksud menggoda Loli namun raut wajah Loli berubah. Gadis itu menatap sendu ke arah Marcell.

"Iya aku nggak boleh jatuh cinta sama kak Marcell, cuma kak Nala yang boleh cinta sama kakak" ucapnya.

Marcell meminggirkan dan menghentikan mobilnya. Ia tak menyangka Loli menangkap lain maksud ucapan nya.

"Bukan gitu maksud kakak dek. Kakak cuma bercanda. Kan kakak uda bilang kalau mulai sekarang kita harus belajar untuk saling mencintai. Sebentar lagi kita akan menikah, kakak mau kita menjalani nya dengan bahagia, dengan penuh cinta. Masa lalu kakak jangan sampai merusak apa yang akan kita bangun, karena kita memiliki pengikat yang nggak dimiliki oleh kakak dan kak Nala ataupun kamu dan pacar kamu yaitu bayi kita"

"Ralat kak, aku nggak punya pacar. Kalo yang mau deketin emang banyak" ucap Loli polos. Marcell terhenyak, ia merasa tak suka dengan pernyataan Loli tersebut.

"Yang deketin banyak? dari sekian banyak yang deketin ada nggak yang adek suka?" Tanya Marcell cemas. Pria itu tersenyum getir saat dengan polosnya Loli mengangguk.

"Siapa Loli?"

Loli menggelengkan kepalanya. Ia merasa tak penting untuk menceritakan hal itu pada Marcell.

"Kita berdua akan menikah Loli, sekecil apapun harus jujur nggak boleh ada yang dirahasiakan."

"Namanya Zayn, kakak kelas aku. Sekarang lagi kuliah di Luar Negeri. Karena aku mau fokus sekolah nggak mau pacaran dan nggak pernah mau mikirin soal cinta dulu akhirnya kak Zayn minta aku buat nunggu dia sampai dia lulus kuliah dan kerja. Setelah itu kak Zayn akan datang buat lamar aku" Marcell merasa gelisah mendengar cerita dari gadis itu. Entah mengapa ia merasa posisinya terancam.

"Perasaan kamu ke dia itu gimana? suka aja atau uda cinta? gantengan mana dia sama kakak?" Marcell benar-benar kelabakan.

"Aku nggak tau sekedar suka atau cinta, tapi dulu aku mengiyakan permintaan nya. Dia ganteng dan baik" ucap Loli, gadis itu begitu tanpa beban menceritakan nya Loli sama sekali tak menyadari bahwa Marcell sudah ketar ketir dibuatnya.

"Ganteng mana sama kakak?" Marcell menunggu dengan cemas jawaban Loli. Gadis itu tampak berfikir.

"Kak Zayn ganteng nya imut karena masih muda, kalo kak Marcell ganteng nya khas pria dewasa" Jawaban itu sama sekali tak memuaskan Marcell.

"Loli suka yang ganteng imut apa ganteng yang dewasa?" Desak pria itu lagi. Loli mengernyitkan keningnya melihat Marcell yang tampak gugup.

"Yang ganteng dewasa" Nalurinya menuntun Loli untuk menjawab demikian. Ia merasa harus menyenangkan calon suaminya.

"Yah harusnya memang begitu. Kamu harus lebih menyukai kakak dan lupakan si Jin itu. Seperti hal nya kakak yang sedang belajar melupakan Nala dan belajar mencintai kamu, begitupun dengan kamu harus melupakan Jin itu dan belajar mencintai kakak"

"Namanya Zayn kak, bukan Jin. Nggak boleh mengolok-olok nama orang. Karena di balik nama yang diberikan ada doa dan harapan yang disematkan orang tua terhadap anaknya" Ucap Loli yang membuat Marcell salah tingkah.

"Iya maksud kakak itu nama nya, kakak lupa" Marcell tertawa namun terkesan dibuat-buat.

"Tapi adek ngerti kan yang kakak maksud? mulai sekarang nggak boleh ingat-ingat orang itu lagi. Adek cuma boleh ingat kakak aja. Oke?" Loli mengangguk patuh seketika Marcell menghela nafas lega.

"Kak nanti kalau bisa abis nikah kita jangan tinggal di rumah mama ya? aku nggak enak sama kak Nala. Kak Nala juga pasti sedih, soal permintaan mama dan papa sebelum kakak nikah sama kak Nala duku nanti aku akan bicara sama mama supaya mengubah permintaan nya"

"Iya dek, kakak juga sudah memikirkan hal itu. Kakak memang akan menyiapkan rumah untuk kita tempati saat menikah nanti. Biar adil kita tinggal sendiri. Tidak di rumah mama Dita, tidak juga di rumah mama Rina"

🍁🍁🍁🍁