Dewina gadis dari keluarga biasa memiliki kepekaan yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar , sampai tetangganya bahkan orang lain melihatnya aneh , dengan kemampuannya ia bisa merasakan apa yang orang lain raskan , dan Ia bisa merasakan kehadiran makhluk astral meskipun tidak bisa melihat makhluk tersebut .
Kedua orang tuanya berpisah karena takdir ,ayahnya meninggal ketika Dewina sekolah menengah pertama .
Bagaimana Dewina menjalani kehidupannya yang tidak biasa ,mampukah ia melewati itu semua ?
Ikuti kisahnya dan beri tanggapan kalian dikomentar , terimakasih .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keduapuluh Tujuh Sebuah Petunjuk
Dua bulan berlalu sejak penemuan mayat di desa sebelah ada satu fakta bahwa pemilik rumah tempat di temukannya mayat perempuan adalah Yanto sekarang menjadi buronan polisi , semua berita viral tentang Yanto .
Pagi itu Maharani dikejutkan oleh tamu seorang perempuan cantik di depan rumahnya namun pandangannya kosong . Maharani yang hendak membuka pintu terkejut menatap perempuan yang berdiri di depan pintu rumahnya .
"Maaf mbak ini siapa dan apa keperluan mbak datang ke rumah saya ?“ tanya Dewina dengan perasaan tak enak . Suasana pagi mendadak menjadi horor angin semilir dengan begitu sangat lembut dan dingin menusuk kulit .
"Tolong saya ,"katanya dengan suara lirih . Dewina tidak tahu maksudnya ." Minta tolong apa ya mbak perasaan mbak baik-baik saja ," Dewina meneliti tubuh perempuan di depannya dari atas sampai bawah . Namun ketika melihat wajahnya Dewina merasa seperti pernah melihat tapi dimana lalu mencoba mengingatnya .
"Tolong saya , mbak ," katanya lagi tanpa sambil menangis tapi suara tangisnya sangat menyedihkan membuat Dewina merinding . "Duduk dulu mbak biar saya buatkan minum untuk mbak ,“ Dewina pergi ke dapur membuatkan minuman untuk perempuan di depan .
Dewina keluar dan duduk di seberang perempuan tersebut . "Kalau boleh tahu nama mbak siapa dan asal mbak dari mana ?" Dewina dengan perasaan heran menatap perempuan itu .
"Nama saya Rahma saya bekerja di rumah tangga di kampung itu dulu ," jawabnya dengan menunduk , Dewina merasa tidak asing dengan tatapan perempuan di depannya ,
“Sepertinya mbak sakit lebih baik mbak menginap di sini saja dulu sampai besok baru mbak bisa pulang," sahut Dewina memberi saran . Perempuan itu mengangguk lalu berjalan masuk ke dalam rumah mengikuti Dewina .
Dewina membuka pintu sebuah kamar kosong , "Mbak istirahat saja di sini silahkan masuk ,“ Dewina mempersilahkan masuk ke dalam kamar lalu ia mengambil pakaian dan minum .
Ketika kembali perempuan itu tidak ada Dewina memanggil perempuan itu sambil berteriak namun tak ada siapa - siapa di rumah selain dirinya , "Kamu sudah tau siapa saya tapi kamu bersikap seolah tidak tahu apa-apa ," Dewina mendengar suara tapi tidak melihat .
“Terus maumu apa datang ke rumahku , tunjukkan dirimu yang sebenarnya ," tantang Dewina sambil melihat ke seluruh ruangan . Sebuah bayangan sekilas terbang melewati Dewina kemudian masuk ke dalam cermin .
Dewina melihat ke arah cermin ada sosok perempuan berpakaian putih dengan rambut menjuntai ke bawah sambil tertawa nyaring , "Siapa kamu dan apa tujuanmu ke mari ?“ tanya Dewina kembali menatap tajam ke arah cermin .
“Aku ingin kamu membantuku membunuh Yanto ," jawabnya sambil tertawa cukup keras dan panjang kali ini membuat Dewina terkejut mendengarnya menyebut nama Yanto .
"Apa urusanmu dengannya dan ada hubungan apa kamu dengannya ?"tanya Dewina dengan serius. "Dia telah memperkosaku lalu membunuhku dengan cara sadis ,"jawabnya dengan sedih kemudian terdengar suara tangisnya yang memekakkan telinga.
"Bagaiamana caranya aku membunuhnya sedangkan aku tidak tahu keberadaannya ?“sahut Dewina . “Kamu bisa melihat dengan instingmu karena hanya kamu yang bisa melakukannya sedangkan aku hanya perantaramu , oh iya bukankah kamu juga berteman dengan sebangsa kami ," Perempuan itu menyelidik melihat wajah Dewina .
"Kamu benar aku bisa melakukannya tapi aku tidak mau mengotori tanganku , biar pihak berwajib saja yang menanganinya aku hanya sekedar membantu saja ," jelas Dewina memikirkan dampaknya.