Warning.!!! 21+
Anindirra seorang single parent. Terikat perjanjian dengan seorang pria yang membelinya. Anin harus melayaninya di tempat tidur sebagai imbalan uang yang telah di terimanya.
Dirgantara Damar Wijaya pria beristri. Pemilik perusahaan ternama. Pria kesepian yang membutuhkan wanita sebagai pelampiasannya menyalurkan hasratnya.
Hubungan yang di awali saling membutuhkan akankah berakhir dengan cinta??
Baca terus kisah Anindirra dan Dirgantara yaa 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon non esee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cahpter 19
Setelah pembicaraan dengan Dirga selesai, Bayu undur diri kembali ke ruangannya.
Dirga baru teringat ia belum sempat mengecek ponselnya karena pekerjaannya yang tidak bisa ia kesampingkan. Ia membuka ponsel mahalnya dari dalam saku jasnya.
Ia tersenyum melihat pesan masuk dari wanitanya. Ia segera menekan nomor dan menghubunginya. Entah kenapa ia ingin mendengar suaranya. Tak lama terdengar suara wanita menjawab telfonnya.
“Halo." terdengar suara serak khas bangun tidur
“Kamu baru bangun tidur?" Dirga bertanya
“hu’um … aku ketiduran." masih dengan suara lemas.
“Apa masih berada di Rumah Sakit?"
"Tidak, Mas. Kami sudah kembali sore tadi." suaranya mulai normal.
"Kenapa tidak mengabariku kalau sudah pulang?"
"Maaf, sepertinya Mas sibuk hari ini. Aku tidak mau menganggu."
“Naik apa?"
"Aku pesan taksi online mas,"
"Kenapa tidak menghubungi Supir?"
"Emm... Tidak perlu Mas, aku baru mengetahui kalau Alea di ijinkan pulang hari ini setelah aku sampai."
"Lagi pula, aku tidak menyimpan nomor Pak Dadang."
“Hahh! Dirga menghela nafasnya.
"Maaf, aku tidak menyadarinya. Lain kali jangan naik taksi. Aku mengijinkanmu menyimpan nomor kontak supirku. Sebelum aku mencarikan Supir untukmu."
“Tapi Mas!"
"Aku tidak suka di bantah, Sayang!"
Pria itu menekan suaranya. Walaupun terdengar lembut.
"Bersiap-siaplah, sebentar lagi supir akan menjemputmu." Dirga langsung memutuskan panggilan dan beralih ke panggilan yang lain.
*
*
Anin terbangun karna mendengar suara dering telfon yang memekakkan telinga. Di lihat, satu nama menghubunginya. Kesadarannya belum begitu pulih saat mengangkat telfon. Setelah pembicaraannya dengan pria itu terputus, ada pesan masuk dari nomor baru.
“Non Anin, saya Dadang. Tolong kirimkan alamat rumah Nona?" ataw sharelock melalui aplikasi." - Dadang
Anin segera beranjak dari tempat tidur. Di lihatnya jam di dinding sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Hampir dua jam ia tertidur. Keluar dari kamar Anin bergegas masuk kamar mandi yang berada di samping Dapur. Ia harus membersihkan diri sebelum bersiap.
Tercium bau masakan dari dapur. Wanginya sungguh menggoda selera. Bu Rahma baru selesai memasak untuk makan malam mereka.
"Alea sudah bangun Bu?" Anin bertanya saat keluar dari dalam kamar mandi.
“Sudah, sedang menonton TV dan bermain dengan bonekanya." Bu rahma menjawab sambil fokus memindahkan masakan yang sudah matang.
Anin merias diri hanya alkadarnya. Menggunakan dres santai, namun sangat pas di tubuh kurusnya. Nampak berisi di beberapa bagin tubuhnya. Tidak lupa tas cangklong yang biasa ia gunakan untuk menyimpan dompet dan ponselnya. Bercermin sebentar memastikan Penampilannya agar tidak berlebihan.
Penampilannya yang sederhana tidak menghilangkan kecantikannya, tubuh indah yang di milikinya, membuat apa saja yang melekat di tubuhnya tampak membuatnya menarik.
Keluar dari kamar, Anin melangkah ke ruang tamu sekaligus menjadi ruang keluarg kecilnya berkumpul dan menonton TV. Anin duduk ikut bergabung. Sedangkan Alea sedang serius menonton kartun kesukaannya. Dengan tokoh Anak kembar yang tidak memiliki rambut seraya mendekap boneka kesayangannya.
"Kamu mau keluar An?" Bu Rahma bertanya. karna melihat penampilan Anin yang sudah rapih.
“Ya Bu, Anin ijin keluar ya. Maaf. Anin tidak bisa menemani Ibu dan Alea makan malam bersama. Anin harus pergi karna ada urusan kantor yang harus di selesaikan Bu."
"Iya tidak apa-apa. Jaga diri saat berada di luar. Malam hari tidak aman untuk seorang Wanita." Bu rahma mengingatkan.
“Ya, Bu. Akan ada Supir kantor yang akan menjemput kemari." Anin menyebut Pak Dadang sebagai Supir kantor bukan sebagai Supir pribadi.
“Maaf, Bu. Anin harus berbohong. Anin belum bisa menceritakannya kepada Ibu." batinnya bicara.
Terdengar suara mesin mobil berhenti di halaman rumah. Sebelum Pak Dadang turun dari mobil Anin segera keluar setelah berpamitan kepada Bu Rahma dan mennyempatkan mencium pipi mungil Alea.
Anin masuk ke mobil dan menyapa Pak Dadang.
“Malam Pak Dadang." Anin menyapa
“Malam Nona Anin." Pak Dadang menjawabnya dengan sopan. Ia melajukan kendaraannya menuju tempat yang di perintahkan tuannya.
Anin diam tidak banyak bertanya kemana tujuannya. Ia lebih menikmati udara malam hari dengan lampu-lampu terang yang menghiasi kota Jakarta. Di jam seperti ini, jalanan masih terlihat ramai dengan berbagai macam kesibukan dan lalu lalang kendaraan.
*
*
Anin baru menydari kalau mobil yang di kendarai Pak Dadang sudah berbelok masuk ke dalam parkiran sebuah Restoran ternama di tengah Kota. Restoran yang biasa di kunjungi oleh kalangan atas.
"Tuan sudah menunggu di dalam Nona." Sambil membukakan pintu Pak Dadang memberitahukan.
Anin terdiam sesaat. Tiba-tiba ia merasa tidak percaya diri. Apa lagi ia baru pertamakalinya datang ke restoran mewah seperti ini.
“Nona... Nona Anin!" Suara pak Dadang mengagetkannya.
“Ya, Pak." jawabnya.
Tuan Dirga sudah menunggu anda di dalam. Pak Dadang mengulang ucapannya.
Anin mengangguk mengiyakan. "Ya, Pak. Bapak tidak ikut masuk?"
"Tidak Nona, saya langsung pulang. Tugas saya sudah selesai."
"Terimakasih Pak."
Baru saja kakinya sampai di pintu restoran, seoarang Wanita berkulit coklat, berpenampilan rapih, memakai seragam menyambutnya dengan ramah.
"Dengan Nona Anindirra?"
Anin menganggukkan kepalanya pelan.
"Mari Nona" Pelayan itu meminta Anin untuk mengikuti langkahnya ke sebuah Privat Room.
"Silahkan Nona." Pelayan tersebut membukakan pintu dan mempersilahkan Anin masuk.
“Terimakasih Mbak." Anin membalas dengan senyum ramah.
Di dalam ruangan sudah tersedia meja bundar dengan alas kain berenda berwarna abu-abu, menjuntai ke bawah dengan ujung kain yang lebih panjang. Menampilkan kesan manis.
Di atas meja sudah terhidang macam-macam makanan, di tambah hiasan lilin kecil dan setangkai bunga mawar merah yang tergeletak cantik. Dengan posisi meja yang dekat dengan jendela.
Di luar jendela sejauh mata memandang. Di suguhkan dengan sebuah taman kecil, dengan air mancur bergemericik, yang menambah kesan romantis.
****
Bersambung❤️
karna saya sadar diri..
saya ga bisa nulis cerpen..
hee