Revan Santiago adalah seorang pemuda biasa yang telah menjadi menantu mitralokal di keluarga Barnes. saat ini, dia sedang berjuang untuk mencari biaya untuk pengobatan ibunya dirumah sakit. ketika dia meminta bantuan kepada temannya, Revan bukan hanya tidak mendapatkan pinjaman namun, dia malah di pukuli hingga sekarat. dalam kondisi sekarat dia tiba-tiba mendapat warisan, "Selamat datang pewaris Dewa semesta!" tiba-tiba Revan mendengar suara seorang pria tua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudoelf Nggeok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ke Pasar Barang Antik
Herry menatap Lukas yang saat ini sedang menundukkan kepalanya sambil berkata, "Herry, aku sudah meminta maaf padanya!"
"Kemari!" teriak Herry.
"Apa yang akan kamu lakukan? jangan lupa, aku adalah adikmu!" kata Lukas dengan suara bergetar.
"Katakan padaku, apa yang telah kamu lakukan kepada Tuan Revan?" Herry berjalan menghampiri Lukas dengan tatapan yang tajam.
"Aku ..." Lukas mengingat kembali saat dia menyiksa dan mempermalukan Revan. "Sial!" gumamnya dalam hati. "Seharusnya aku tidak main-main dengan orang ini!"
Melihat ekspresi Lukas, Herry langsung memahami situasinya. dia kemudian mengangkat kakinya dan menendang Lukas dengan kejam. "Kamu hanya tahu bagaimana cara membuat masalah. Jika kamu selalu membuat onar, baiknya kamu segera meninggalkan keluarga Samos!" bentak Herry.
Mendengar ancaman Herry, Lukas gemetar ketakutan lalu buru-buru berkata, "Kakak, aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku berjanji padamu. Aku tidak akan melakukannya lagi di masa depan!"
Setelah setiap anggota keluarga Samos tewas dalam perang, Herry menjadi orang yang paling di segani di keluarga Samos.
"Minta maaf dan berlutut di hadapan Tuan Revan sekarang juga!"
Dengan suara yang bergetar, Lukas merangkak ke arah Revan dan berkata, "Tuan Revan, maafkan aku, tolong maafkan atas apa yang telah aku lakukan sebelumnya."
Revan menatap sekilas ke arah Lukas sambil berkata, "Aku tidak punya waktu untuk memaafkan orang sepertimu."
Mendengar itu, Herry menghela nafas panjang lalu bertanya, "Tuan Revan, apakah anda bersedia mengobati putriku?"
Revan menatap lurus ke arah Herry lalu berkata, "Tidak ada masalah dalam beberapa hari kedepan. Tetapi, jika dia kembali mengalami kejang-kejang, hubungi aku. Aku curiga penyebab dari penderitaan. Yang di alami putrimu berada di suatu tempat di kediamanmu." jelas Revan.
"Baiklah!" kata Herry, namun ekspresi menunjukan khawatir.
Melihat ekspresi khawatir Pria itu, Revan pun berkata, "Jangan khawatir, putrimu akan baik-baik saja dengan bantuanku!" Revan meyakinkannya.
Setelah mendengar jaminan dari Revan, barulah Herry menghela nafas lega.
Revan merasa pekerjaannya sudah selesai, dia pun hendak pergi meninggalkan tempat itu.
Namun tiba-tiba Direktur Roy manggilnya, "Tuan Revan tunggu sebentar!"
Revan menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap Direktur Roy. "Tuan Direktur, apa ada masalah?" tanya Revan.
"Itu ..." Direktur Roy terlihat canggung kemudian dia memberanikan diri untuk bertanya, "Apakah teknik jari yang kamu gunakan barusan adalah Teknik Gerakan Yin-Yang?"
"Oh ... apa anda tahu tentang metode ini juga?" tanya Revan dengan ekspresi terkejut. Ternyata teknik yang dia gunakan bukan hanya dirinya yang tahu, ternyata direktur Rumah Sakit Renville juga mengetahuinya.
Mendengar jawaban pasti dari Revan, mata sang Direktur berbinar, kemudian dia menggelengkan kepalanya dengan malu lalu berkata, "Aku tidak tahu terlalu banyak tentang teknik itu, tapi aku pernah membacanya di sebuah buku kuno. Namun, teknik ini sudah lama hilang. Aku tidak menyangka jika anda mengetahuinya. Aku sangat terkesan. Aku mengira itu hanya ada dalam legenda saja."
Revan terdiam sesaat lalu berkata, "Seorang guru yang mengajariku!"
Mendengar itu, mata Direktur Roy berbinar. Dia buru-buru bertanya, "Guru yang mana?"
"Maaf, guruku memintaku untuk merahasiakannya!" jawab Revan tenang.
"Ahh ... Aku mengerti! Aku seharusnya tidak bertanya tentang itu. Tentu saja hal seperti itu harus di rahasiakan!" direktur Roy tersenyum dan menambahkan, "Tapi, apakah tidak masalah jika kamu ..."
Sebelum Direktur Roy menyelesaikan kalimat, tiba-tiba ponsel Revan berdering.
"Maaf, aku harus menerima panggilan telpon ini!"
Yang menelpon adalah Laura, dia meminta Revan untuk segera kembali, "Maafkan aku Tuan Direktur, istriku memanggilku untuk cepat pulang!"
Tanpa menunggu jawaban dari Direktur Roy, Revan berbalik dan pergi meninggalkan ruangan UGD dengan langkah yang terburu-buru.
Melihat kepergian Revan, Direktur Roy bergumam, "Sepertinya ada banyak orang yang lebih berbakat dariku!"
...
Kediaman Laura Barnes.
Saat sampai di rumah, Revan melihat Laura sedang duduk di sofa sambil menonton TV. Saat melihat kedatangan Revan, dia melempar uang sebanyak lima puluh ribu Dollar keatas meja, "Gunakan uang itu untuk membeli hadiah ulang tahun nenek dua hari lagi." Kata Laura dengan suara dingin.
Setelah mengatakan itu, dia pun kembali masuk ke kamarnya.
Revan hanya menggelengkan kepalanya, lalu mengambil uang lima puluh ribu Dollar di atas meja dan mulai berpikir, hadiah apa yang harus dia beli. Tiba-tiba matanya berbinar. Dia punya ide di mana dia bisa menemukan hadiah terbaik.
Revan kemudian pergi ke sebuah toko barang antik.
Saat melihat Revan memasuki toko itu, seorang pelayan langsung menghampirinya dan menawarkan beberapa barang, "Halo tuan, toko kami menyediakan beberapa lukisan langkah dan Liontin Giok dari bahan terbaik. Silahkan anda melihat-lihat. Kami menjualnya dengan harga seratus Dollar." kata pelayan itu.
Ayah Revan adalah seorang penjual barang antik, jadi dia tahu sedikit tentang pengetahuan barang antik. Barang-barang antik yang di jual di toko ini, adalah barang yang sudah di turunkan dari generasi ke generasi dan merupakan barang yang sudah tidak layak untuk di jual lagi, sehingga harganya tidak lagi mahal.
Namun, Revan tampak tidak tertarik dengan barang-barang Yang ada di toko tersebut. Dia pun pergi ke tempat lain, namun sebelum Revan pergi, penjual lain menghampirinya dan menawarkan barang-barang miliknya, "Halo Tuan, coba lihat barang-barang milikku!" namun Revan tidak menemukan yang dia inginkan jadi dia terus berjalan ke stan lainnya.
"Silahkan mampir Tuan, saya memiliki beberapa koleksi langka di toko saya." kata seorang pria paru baya sambil tersenyum menatap Revan.
Saat dia melihat deretan barang-barang itu, Revan tertarik dengan sebuah teko.
Pria paru baya itu menyadari bahwa Revan tertarik dengan teko tersebut, "Sobat, kamu punya selera yang bagus. Teko ini adalah barang paling berharga di sini!"
Mendengar itu, Revan terkekeh Tania sadar. "Ya benar, ini adalah barang yang paling berharga."
"Ini adalah barang berharga dari dinasti Tang. Konon dewa puisi dulu memiliki teko khusus ini. Dan juga menurut legenda, seorang pendekar pedang pada zaman dinasti Tang bepergian hanya mengunakan pedang. Dan teko ini juga pernah di milikinya. Sayangnya, pedangnya tidak di temukan hingga saat ini dan hanya teko ini yang berhasil diturunkan. Teko ini terbuat dari cetakan kasar yang di rendam selama berhari-hari. jika tidak, teko ini tidak akan terlihat begitu menakjubkan. Lihatlah teksturnya. Jika kamu mengetuknya dengan lembut, akan menghasilkan suara yang lembut dan merdu." jelas pedangan itu.
Revan tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya, "Bukankah pendekar pedang itu hanya meminum alkohol?"
Penjual itu tertegun sejenak sebelum menjawab, "Kenapa kamu peduli kalau dia hanya meminum alkohol? bagaimana pun, teko ini berasal dari dinasti Tang dan merupakan barang antik yang berharga dan langkah. kenapa kamu tidak mencoba untuk mengetuknya?"
Revan pun mengikuti apa yang di katakan pemilik toko itu dan memegang teko tersebut dan menempelnya di telinga sambil mengetuknya.
Sesaat kemudian Revan bisa mendengar suara lembut nan merdu dari teko tersebut. pemilik toko ini benar, dia tidak sedang berbohong.
Revan sangat tertarik dengan barang-barang antik. Dia menyimpulkan bahwa teko ini kemungkinan asli. penjualnya juga tidak terlihat seperti seorang penipu.
"Berapa harga teko ini?" tanya Revan.
Pria tua itu menggosok tangannya dengan penuh semangat sambil mengangkat jempolnya. "Seratus Ribu Dollar."
"Seratus ribu Dollar?" seru Revan dengan kaget. "Bagaimana teko ini bisa begitu mahal?"
"Anak muda, harga itu masih di anggap murah. Ini adalah barang langkah yang diturunkan dari dinasti Tang. Harganya bisa mencapai satu juta Dollar. jika aku tidak sedang membutuhkan uang, aku bahkan tidak akan menjual barang berharga ini."
"Tapi, aku tidak punya uang sebanyak itu." Revan memegang teko itu dengan canggung. Dia sangat menyukai teko itu. Terlihat cantik dan sangat ringan saat di pegang.
Bahkan, ketika di ketuk, teko ini bisa menghasilkan bunyi yang sangat lembut dan indah.
Ditambah lagi, neneknya Laura sangat sangat suka minum teh. Dia kasti akan menyukai teko ini.
**********