NovelToon NovelToon
GITA & MAR

GITA & MAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Fantasi Wanita / Pengasuh
Popularitas:4.8M
Nilai: 5
Nama Author: juskelapa

Gita yang gagal menikah karena dikhianati sahabat dan kekasihnya, menganggap pemecahan masalahnya adalah bunuh diri dengan melompat ke sungai.

Bukannya langsung berpindah alam, jiwa Gita malah terjebak dalam tubuh seorang asisten rumah tangga bernama Mar. Yang mana bisa dibilang masalah Mar puluhan kali lipat beratnya dibanding masalah Gita.

Dalam kebingungannya menjalani kehidupan sebagai seorang Mar, Gita yang sedang berwujud tidak menarik membuat kekacauan dengan jatuh cinta pada majikan Mar bernama Harris Gunawan; duda ganteng yang memiliki seorang anak perempuan.

Perjalanan Gita mensyukuri hidup untuk kembali merebut raga sendiri dan menyadarkan Harris soal keberadaannya.


***

Cover by Canva Premium

Instagram : juskelapa_
Facebook : Anda Juskelapa
Contact : uwicuwi@gmail.com

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juskelapa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

029. Pertanyaan Jebakan

Suara Harris yang mengandung banyak tanda seru membuat Mar teringat akan hubungan ‘benci tapi butuh’-nya pada sosok Direktur perusahaan tempatnya bekerja. Nada penuh perintah itu membuat Mar segera menyusul Harris. Ia juga penasaran dengan hal yang akan disampaikan pria itu pada diri seorang Mar.

“Tutup pintu dan duduk di seberang saya.” Harris duduk di balik mejanya dan membuka laptop.

Mar menuruti perkataan Harris. Menutup pintu dan duduk di kursi kantor yang ketinggiannya bisa disetel tinggi atau rendah. Mar duduk dan meraba tuas di bagian bawah kursi dan menyetel ketinggian kursi itu seideal mungkin menyesuaikan tinggi badan dan jarak pandangnya pada Harris.

Sepuluh menit pertama Mar hanya memandangi wajah Harris yang serius mengetikkan sesuatu di laptopnya. Entah apa, tapi dahi Harris mengernyit.

“Ehem!” Mar memberi kode kalau ia sudah berada di situ cukup lama.

Harris langsung mengangkat kepala. “Oh, kamu sudah duduk,” kata-kata Harris lebih menyerupai basa-basi. Wajahnya masih serius saat satu jarinya menekan tombol enter.

“Iya, Pak. Duduk atau berdiri, tinggi saya memang nggak ada bedanya.” Mar menunduk. Cukup lama memandangi sepasang betis dan kakinya yang berjinjit di lantai meski sudah duduk.

Betis Mar bulet banget begini. Apa mungkin karena kecapekan turun naik tangga? Apa karena sepatunya nggak nyaman?

Harris terlihat sedikit tidak enak dengan hal yang baru dikatakan Mar. “Kamu jangan sedih,” kata Harris pelan. Merasa bersalah karena Mar terus menunduk.

Mar tidak mendengar perkataan Harris. Ia semakin menunduk mengamati betisnya.

“Saya nggak marah kamu menyalakan vacum cleaner tadi. Itu bukan masalah besar.” Kali ini sorot mata Harris berubah menjadi sorot iba pada Mar.

Tiba-tiba Mar menegakkan tubuh dan berbicara cukup keras. “Kayaknya Mar perlu sepatu olahraga biar nggak capek turun naik tangga pakai sepatu begini. Betisnya nggak akan kayak pukulan baseball kalau sepatunya cocok.” Ia lalu mengembuskan napas kasar lalu mendongak menatap Harris. Mereka beradu pandang dan Mar membulatkan matanya. “Bapak ada ngomong sesuatu?”

Raut wajah Harris langsung berubah. Sorot matanya kembali tajam dan tatapan kasihan pada Mar menghilang. “Silakan beli sepatu olahraga untuk Mar kalau kamu rasa itu perlu.” Harris mendengar semua ucapan Mar. Belakangan mendengar banyak hal ganjil dari sosok Mar membuat Harris semakin terbiasa.

“Oke, nanti saya beli. Bapak ada perlu apa cari saya?” Mar melipat tangannya di pangkuan.

“Sebentar,” kata Harris. Ia membaca hasil pencariannya di laptop dan mengangguk kecil. Layar laptopnya sedang menampilkan artikel ‘Orang Kerasukan Bisa Melakukan Perlawanan Jika Arwah Yang Merasukinya Terdesak.’ Harris berdeham pelan sebelum kembali berbicara. Ia sudah menyiapkan ancang-ancang seandainya Mar mengamuk.

“Sebelum saya bicara panjang lebar dan kamu kemungkinan besar mempertanyakan kewarasan saya, saya mau bertanya satu hal. Apa kamu percaya dengan kerasukan? Raga yang dimasuki arwah orang lain? Atau jin iseng yang mempergunakan raga orang lain untuk kepentingannya sendiri?” Harris menautkan tangannya di meja.

Mar tidak langsung menjawab. Diam sebentar sebelum menjawab, "Percaya."

Harris mencondongkan tubuh. “Mar … saya panggil kamu Mar, atau saya panggil kamu dengan … Gita? Gita Safiya Nala, Sales Manager PT. Puteri Ayu yang meninggalkan mobilnya di stasiun lalu naik kereta ke daerah ini? Kamu Gita, kan?” Harris berdiri mengitari meja dan mendekati Mar yang terperangah. “Kamu arwah Gita yang merasuki Mar dan menguasai tubuhnya. Kamu tidak berniat meninggalkan tubuh ini dan kembali ke tubuhmu?” Suara Harris meninggi. Kini ia membungkuk dan memandang Mar dari jarak beberapa sentimeter. Ia tidak peduli Mar yang membeku di tempatnya.

Harris memang ganteng. Dari jarak sedekat ini pori-porinya bahkan nggak keliatan. Jadi penasaran skincare-nya merek apa. Siapa tau dia pakai produk kompetitor perusahaanku.

Mar menelengkan kepalanya saat Harris bergeser. Pandangan Mar tidak lepas dari Harris.

Katanya udah jadi duda hampir dua tahun ini. Kenapa betah menduda? Nggak mungkin nggak ada yang naksir.

Ternyata selama pikiran Mar sibuk, Harris terus mencecar Mar dengan pertanyaan. Sepasang mata Harris berkilat karena semangatnya. “Saya sudah memikirkan semua hal yang masuk akal yang terjadi pada kamu. Kamu bukan Mar. Itu sebabnya kamu sekarang sangat berani ke saya. Benar begitu, kan?”

Semangat Harris mengungkapkan semua isi pikirannya tidak diimbangi dengan Mar yang malah tampak santai. Mar mengerjap. “Bapak baik-baik aja?” tanya Mar. Suaranya kecil mencicit seperti biasa.

“Kamu bukan Mar, kan?” tanya Harris lagi dengan putus asa. Wajah Harris masih beberapa sentimeter dari Mar. Belum beranjak.

“Kalau saya bukan Mar, apa Bapak bakal percaya dengan semua hal yang akan saya bicarakan?” Mar mendadak serius. Membuat Harris seketika menjauhkan dirinya.

“Saya akan mendengar dengan cermat sebelum memutuskan saya percaya atau tidak.” Harris mundur dan bersandar di meja kerjanya.

“Bapak bisa kembali duduk di kursi seberang sana.” Mar menunjuk kursi yang ditinggalkan Harris. “Saya mau cerita dan Bapak bisa menanggapi setelah saya selesai bicara. Tapi sebelumnya saya mau bertanya soal mobil. Apa Bapak udah ngeliat mobil Gita? Berapa tagihan parkirnya? Kalau bisa kirim orang buat ngambil mobil itu. Sayang juga kalau harus kena ujan dan kena terik matahari. Cicilannya baru lunas.” Mar menggeleng dengan wajah prihatin.

Harris tidak menuruti perkataan Mar. Ia masih bersandar di meja dan menyilangkan tangan di dada. “Saya cari mobil kamu setelah saya mendapatkan semua informasi soal Gita alias kamu. Kamu terlihat terakhir kali di kantor setelah mendapat perintah skors dari atasan bernama Braja. Lalu kamu berkendara ke stasiun dan membeli tiket kereta ke sini. Lalu … kamu berjalan kaki keluar stasiun. Dan sedikit hal yang saya ketahui soal penyebab kamu berdiri di pinggir jembatan lalu melompat.” Harris berjalan kembali ke kursinya.

Saat Harris duduk, pandangannya kembali beradu dengan Mar. Sorot mata Harris sangat serius sedangkan Mar terlihat muram.

“Saya tau penyebab kamu melompat dari jembatan. Seorang tunangan yang menghamili sahabat kamu. Dan mereka sudah menikah. Kamu dikhianati tunangan dan sahabat kamu. Rama dan Monic? Benar begitu?” Harris sengaja menyudutkan Mar dengan pertanyaan bertubi-tubi yang harusnya tidak sulit untuk dijawab.

“Maaf saya bukan orang yang Bapak maksud. Saya nggak ngerti dengan yang Bapak bicarakan. Kalau Bapak memanggil saya ke sini hanya untuk mengklarifikasi soal cerita orang-orang yang tidak saya kenal, saya lebih baik ke belakang dan mengurusi anak-anak saya.” Harusnya tidak perlu dipertanyakan lagi kenapa ia begitu muak mendengar nama Rama dan Monic. Dua manusia bejat yang melakukan tindakan asusila di belakangnya. Andai Harris tidak menyebut nama kedua orang itu mungkin saja ia akan sedikit bercerita.

Enggak…enggak. Aku belum boleh percaya siapa pun. Terakhir kali percaya laki-laki uangku ludes dan aku berdiri di pinggir jembatan. Rama harus jadi laki-laki manipulatif pertama dan terakhir yang aku kenal.

Meski ganteng dan terlihat baik, aku baru kenal Harris beberapa hari. Bisa aja sebegitu ngaku kalau aku bukan Mar, Harris malah menjebloskannya babysitter anaknya ke rumah sakit jiwa. Isi kepala orang kaya nggak bisa ditebak.

Harris tidak menyangka dengan jawaban yang ia terima dari Mar. Wajahnya sedikit memerah karena malu. Detik itu ia merasa seperti orang bodoh. Sedikit penyesalan dan rasa penasaran yang benar-benar baru terlintas di benaknya.

“Kamu bukan Gita? Maaf kalau saya keliru. Di awal tadi saya sudah mengatakan bahwa kemungkinan besar kamu akan menganggap saya gila. Jadi, maaf atas kelancangan saya.” Harris mengamati reaksi Mar. Asisten rumah tangganya itu tercenung sebentar, lalu mengangguk samar.

Memang bukan Mar, batin Harris. Wanita di depannya bukan Mar yang biasa dan jelas-jelas tersinggung karena ditanya soal dua nama yang sepertinya memang haram untuk disebut. Entah itu arwah Gita, Roh Gita atau Jiwa Gita yang jelas wanita di ICU sakit hati dengan Rama dan Monic. Harris merasa ingin menonjok dirinya sendiri karena salah mengambil topik pembicaraan. Harusnya ia bisa memulai perlahan-lahan. Tidak langsung memberondong dengan pertanyaan itu. Harris menarik napas dan diam beberapa saat.

“Mmmm … kalau saya memang berkhayal tentang sosok wanita bernama Gita yang kamu akui sebagai saudara kamu …. Apa saya boleh mengenal Gita sedikit lebih dekat melalui kamu, Mar?” Harris menghitung satu sampai sepuluh menunggu jawaban Mar yang bukan Mar di seberangnya.

Waktu yang dipergunakan Harris menunggu jawaban Mar cukup lama. Pria itu sudah kembali bersiap akan mendapat jawaban ketus atau bahkan penolakan. Namun sebuah anggukan samar membuat Harris mengembuskan napas lega.

“Jadi … kita anggap kalau kamu menjadi perantara antara saya dan Gita. Bagaimana? Boleh?” Harris kembali bersemangat dengan ide yang baru saja ia dapatkan.

“Boleh,” sahut Mar disertai anggukan.

“Kalau gitu …. Saya mau menyampaikan permohonan maaf ke Gita karena barusan terlalu lancang membicarakan masalah pribadinya. Menurut kamu apa Gita mau memaafkan saya?” Nada suara Harris sangat lembut saat bertanya.

Lagi-lagi Mar mengangguk. “Gita pasti maafin.”

Harris tersenyum puas. “Lalu … pertanyaan berikutnya. Menurut kamu … apa Gita suka dengan anak kecil seperti Chika?”

Mar kembali mengangguk. “Gita suka dengan anak kecil.”

Harris kembali mengangguk disertai senyum sumringah. Sekarang ia malah merasa bisa lebih leluasa bertanya soal Gita. “Lalu … pertanyaan saya berikutnya. Bagaimana kira-kira tanggapan Gita tentang seorang pria berstatus duda?”

Mar yang tadi sibuk memainkan jemarinya di pangkuan, kini menegakkan tubuh memandang Harris. Pria itu mengangkat satu alisnya dan menelengkan kepala.

To be continued

1
نورالجنة √🍁 _✍︎
sesayang itu ya nenek Helena sama Yessica. makanya Nek, bantuin Dita dapet restu dari ibunya
نورالجنة √🍁 _✍︎
lah bener bgt Git, buat apa ngobrolin sesuatu yang belum pasti terjadi. jadi inget khayalan pelawak jadul " si A pengen punya sapi, si B pengen punya ladang. Ladang si B rusak langsung nuduh sapinya si A yang lepas ngerusak. ampe mo bacok2an. nah masalah nya satu, sapi sama ladangnya belom ada" kan ngakak tuh Git 🤣🤣🤣
Reni Novitasary
te o pe
ℳℯ𝓁𝒶𝓃
ayok buk Helena semangat turunin Ego nya ya..
biar masa tua nya bahagia udh cukup ngajakin memantu jadi musuh , cobain saran Gita buat ngobrol dari hati ke hati sama pak Harris
pak Harris ga pernh larang nenek nya mau ketemu Chika , beliau cuma takut di pisahkan sama Chika Bu..
kasian Chika jg kalau jadi rebutan gitu
ℳℯ𝓁𝒶𝓃
Sebenernya udh ngasih lampu ijo , cuma gengsi aja ya buk buat ngomong 😄

masih harus berjuang buat dapet restu dari ibu Gendhis
ℳℯ𝓁𝒶𝓃
Bu Helena cuma takut ga bisa ketemu Chika lagi yak
beneran kesepian
ℳℯ𝓁𝒶𝓃
Semangatt sehat kak Anda..
di lancarkan selalu urusannya ya sehat² 🥰
ℳℯ𝓁𝒶𝓃
rezeki nama nya itu mbak Gita.. jodoh dateng udh sepaket sama anaknya hihu
ℳℯ𝓁𝒶𝓃
ehem berani ya sekarang cium2 😄😄
ℳℯ𝓁𝒶𝓃
semogaa setelah ini damai yaa..
Tante Gita good job
ℳℯ𝓁𝒶𝓃
tumben peka pak Harris takut yaaa Gita ngambek lagi 🤭
ℳℯ𝓁𝒶𝓃
aduh untung ga bablas ya wkwkwk
sabar pak halalin dulu yok 😄
ℳℯ𝓁𝒶𝓃
aku yakin pak Harris langsung merem tuh , nyaman ya pak 🤭
Kelabu Biru
😭😭😭😭😭😭
ℳℯ𝓁𝒶𝓃
eh eh eh ngapain pak ikutan gabung 😂
Kelabu Biru
hah harusnya pak Hj Faisal belajar nih dari Gita
ℳℯ𝓁𝒶𝓃
aih Bunga udh bikin rencana biar jadi RAHASIA , eh Mar malah laporan yak...

wkwkw semoga ga terjadi huru hara ya 🤭
ℳℯ𝓁𝒶𝓃
sama2 rindu ..tumpah deh
ℳℯ𝓁𝒶𝓃
wuahh gak bisaa kan mah cuek jugaaa..
ℳℯ𝓁𝒶𝓃
lagian Chika nyaa mau gak ke rumah nenek nya
jangan Main paksa lah buk.. dah tua juga , hadeh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!