NovelToon NovelToon
Mahar Satu Miliar Dari Pria Impoten

Mahar Satu Miliar Dari Pria Impoten

Status: tamat
Genre:Penyesalan Suami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pengantin Pengganti / Terpaksa Menikahi Suami Cacat / Tamat
Popularitas:396.4k
Nilai: 4.9
Nama Author: Aisyah Alfatih

Arum Mustika Ratu menikah bukan karena cinta, melainkan demi melunasi hutang budi.
Reghan Argantara, pewaris kaya yang dulu sempurna, kini duduk di kursi roda dan dicap impoten setelah kecelakaan. Baginya, Arum hanyalah wanita yang menjual diri demi uang. Bagi Arum, pernikahan ini adalah jalan untuk menebus masa lalu.

Reghan punya masa lalu yang buruk tentang cinta, akankah, dia bisa bertahan bersama Arum untuk menemukan cinta yang baru? Atau malah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21. Pergi kadang lebih baik dari pada tinggal tapi tak dihargai

Malam menjelang larut, rumah besar keluarga Argantara sunyi, hanya suara detik jam yang terdengar di antara temaram lampu lorong. Di salah satu kamar, Reghan duduk di sisi ranjang, wajahnya tegang dan mata merah karena tak bisa berhenti menatap tubuh Arum yang terbaring lemah.

Tubuh Arum penuh luka. Balutan kain putih di punggungnya sudah mulai berubah warna karena darah yang merembes keluar, napasnya terengah pelan. Reghan meremas ujung selimut, menahan perasaan bersalah yang menggerogoti dadanya.

Dia menyeka peluh di dahi Arum dengan tangan gemetar.

“Kenapa kamu tidak melawan…” bisiknya pelan. “Kenapa kamu tidak berteriak memanggilku?”

Arum membuka matanya setengah, suaranya serak. “Untuk apa? Supaya aku lebih menyedihkan lagi di depan mereka?”

Reghan terdiam, tidak bisa menjawab. Dia meraih baskom air dan handuk kecil, perlahan membersihkan luka Arum. Setiap sentuhannya membuat tubuh Arum sedikit menegang, tapi ia tak beranjak.

“Arum…” Reghan menatap wajah wanita itu lama. “Aku tahu kamu tidak seperti itu. Tapi semua orang ... semua bukti ... mengarah padamu. Aku … aku tidak tahu harus percaya siapa.”

Arum menatap balik, matanya kosong. “Kau tidak perlu percaya siapa pun, Tuan Reghan. Cukup ingat, aku tidak akan lupa bagaimana kau menatapku malam ini. Sama seperti mereka menatap seorang pembunuh.”

Kata-kata itu menancap dalam di dada Reghan, tangannya terhenti di udara.

“Aku tidak bermaksud...”

“Tidak perlu menjelaskan,” potong Arum pelan. “Aku tahu di matamu aku bukan siapa-siapa, hanya istri yang kau pilih karena kehendak Oma. Kau mencintaiku? Aku bahkan tak yakin kau mengenalku sepenuhnya.”

Reghan bangkit dari kursinya, menatapnya dengan rahang menegang.

“Jangan katakan aku tidak mencintaimu. Aku sudah memilih untuk tidak memenjarakanmu. Itu bukan hal kecil, Arum!”

Arum tersenyum getir, matanya mulai berkaca.

“Memilih cambuk sebagai gantinya? Itu yang kau sebut cinta?”

Reghan terdiam, memandang Arum begitu lama.

“kalau begitu, aku tidak ingin dicintai seperti itu,” lanjut Arum lirih. “Simpan cintamu untuk mereka yang pantas menerimanya. Aku sudah kehilangan rasa percaya … dan kau yang menghancurkannya.”

Hening panjang memenuhi ruangan. Hanya suara napas berat keduanya yang terdengar. Reghan menatap Arum sekali lagi, wajah yang dulu menenangkan kini justru membuat dadanya sesak. Ia menunduk, mencium punggung tangan Arum yang lemah, lalu berbisik,

“Maafkan aku, Arum. Tapi aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi, tidak peduli seberapa besar kau membenciku.”

Reghan meninggalkan kamar dengan langkah berat. Arum menatap pintu yang tertutup itu lama, lalu meneteskan air mata yang tak bisa lagi ia tahan.

“Jangan khawatir, Tuan Reghan,” bisiknya pelan. "Cinta kita takkan membuat aku benar-benar dicintai,"

Pagi itu, cahaya matahari menembus tirai kamar yang setengah terbuka. Udara dingin menelusup pelan, namun ranjang yang biasanya hangat kini terasa hampa. Reghan mengulurkan tangan ke sisi ranjang, kosong.

“Arum?” panggilnya pelan, tak ada jawaban. Dia bangkit, menatap seprai yang masih rapi di sisi lain. Tidak ada bekas tidur, dada Reghan mulai sesak. Ia berjalan ke lemari, menarik pintu perlahan namun kosong. Pakaian Arum lenyap, begitu juga barang-barang kecilnya.

Langkahnya semakin cepat. Dia keluar kamar, menuruni tangga dengan napas tersengal, seakan baru kehilangan sesuatu yang tak tergantikan.

“Oma!” panggilnya begitu melihat sosok tua itu keluar dari ruang keluarga. Oma Hartati menatap cucunya sebentar, wajahnya datar. “Kau mencari Arum?”

“Di mana dia?” suara Reghan bergetar. “Di mana Oma menyembunyikannya?”

Oma menghela napas berat. “Tidak ada yang menyembunyikan siapa pun, Reghan. Arum pergi. Dia meninggalkan rumah ini sebelum subuh.”

Reghan menatap tak percaya. “Pergi?”

“Ya, dan aku tidak menghentikannya. Mungkin dia memang tak pantas lagi tinggal di bawah atap yang menuduhnya tanpa bukti.”

Suasana tegang itu tiba-tiba pecah oleh suara Maya yang turun dari tangga.

“Bagus,” katanya dengan nada dingin. “Satu benalu sudah pergi. Rumah ini akhirnya bisa tenang tanpa drama murahan dari perempuan itu.”

Belum sempat Maya menurunkan langkah terakhir, suara Reghan menggema keras.

“Diam!”

Nada suaranya begitu tajam hingga membuat semua orang menatap kaget. “Sekali lagi kau sebut namanya seperti itu, Maya, aku akan buatmu menyesal.”

Maya membeku, tak berani bicara lagi. Saat itu pintu depan terbuka, Alena dan Elion baru saja tiba dari rumah sakit. Alena masih tampak pucat, namun bibirnya melengkung lemah.

“Reghan,” katanya pelan, "terima kasih … karena kau sudah memilih kebenaran waktu itu. Kau...”

Reghan menatapnya tajam, dingin. “Aku tidak memihak siapa pun, Alena. Aku hanya memilih diam karena kebenaran belum sepenuhnya terungkap.”

Nada suaranya membuat Alena menelan ludah, matanya bergetar menahan gugup. Tanpa menunggu respon siapa pun, Reghan meraih kunci mobil di atas meja, langkahnya cepat menuju pintu. Oma memanggil, tapi ia tak menoleh.

Dia mengemudi tanpa arah, menelusuri jalan menuju gubuk tua di tepi hutan tempat Arum datangi beberapa waktu lalu. Setiap tikungan yang ia lewati membawa bayangan tentang Arum, tawa kecilnya, senyum gugupnya, mata teduhnya. Namun ketika sampai, gubuk itu sunyi.

Pintu terkunci rapat, rantainya tergembok. Tidak ada jejak kaki di tanah basah. Tidak ada secarik pesan pun tertinggal.

Reghan berdiri lama di depan pintu itu, kedua tangannya mengepal, rahangnya mengeras. Angin berhembus, membawa aroma tanah dan kenangan yang menyesakkan.

“Arum…” suaranya serak, nyaris berbisik. “Kau benar-benar pergi dariku.”

Reghan, berdiri di bawah langit yang mendung menatap ke atas berharap ada bayangan Arum di sana. Namun, yang dia temukan hanya langit yang semakin gelap dan hujan akan turun.

1
Mama AldyNovi
kyaknya tiap malam hujan deh
Nidah Hanidah
dehhhh heran, emang disitu gak ada cctv ya, kok gak di cek dlu
Surati
Bagus ceritanya 👍🙏🏻
Sunny Sunny
bagus, gak bertele2 alurnya, tokoh Dr Gavin sgt mulia, mencintai tidak berarti memiliki 🙏, cuma sayang tokoh yg jahat kok gak bertobat ya, kyk si mantan
Aisyah Alfatih: buang mantan pada tempat nya 🙊
total 1 replies
Zila Kamsirah
Terima kasih saya suka jalan cerita ini
Nilovar Beik
novel ini AQ tamatkan bacanya dlm sehari...bagus banget
Aisyah Alfatih: terima kasih kak 💕
total 1 replies
Nilovar Beik
bagus Oma...gercep sekali
Nilovar Beik
kasiannya Arum...tega bener ya
Wonti Sudarmi
foto Arum Revano dan reghan mana auotor



foto Arum Revano dan reghan mana
ken darsihk
Arum masih ragu dngn semua nya
ken darsihk
Pelan2 Reaghan jangan memaksa semua nya akan baik2 sajah , klo kamu nya sabar
ken darsihk
Semoga sajah x ini tidak ada lagi prahara yng mengacaukan rumah tangga mereka
ken darsihk
Aq lanjut baca lg thor 🌹🌹👍
Shankara Senja
baru nemu,trus baca eh..pengen tutup buku..maaf saya ga suka wanita lemah dngn berbagai alasan..yg tdnya kabur dngn satu alasan ga masuk akal kembali lg..byeeeee
Shankara Senja
kan..gampang,simpel..udah bucin..mo berdarah darah jg balik lg..
Shankara Senja
ga usah pake kabur deh klo ujung ujung nya bersatu lg....cape cape in aja
ken darsihk
Syedih 😭😭😭😭
Rajo kaciak
/Sun//Sun//Sun/
Rahpuji Haningrum
Oma Hartati sadar diri, kamu dulu yang membiarkan hukum cambuk tanpa dengarkan siapa yang salah
Rahpuji Haningrum
rasakan reghan, cinta kok membiarkan istri dicambuk.
lihatlah dulu siapa yang salah.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!