GITA & MAR

GITA & MAR

001. Hari Apes Lainnya

Kalau dibilang membosankan, Gita tidak pernah merasa bahwa hidupnya membosankan. Kariernya bagus, ia berkecukupan meski tidak terlampau kaya raya. Pergaulannya cukup luas dan bonafit meski bukan hidup di kalangan pejabat dan artis. Gita bisa dibilang sebagai wanita dinamis yang mencintai hidupnya.

Gita menggeser pintu kaca untuk beberapa ekor merpati yang mampir ke balkon. Ia berjingkat-jingkat meletakkan sepiring makanan burung yang dibelinya di online shop. Lebih dari empat ekor merpati langsung mendekati dan mematuk-matuk piring. Gita mundur dan kembali menutup balkonnya. Sengaja memberi waktu pada merpati yang belum akrab agar mau ikut makan.

“Udah makan semua, kan? Aku mau berangkat kerja. Doakan semuanya lancar, ya ….” Gita bicara pada merpati yang ia akui sebagai hak milik. Lalu menepuk pintu kaca sebelum bersenandung meninggalkan kamar dan masuk ke kamar mandi.

Unit apartemen satu kamar yang ditempati Gita mendadak menjadi lebih kecil karena musik yang diputar keras. Itu adalah ritual Gita setiap pagi. Bernyanyi keras mengikuti musik. Tapi pagi itu Gita belum sempat bersenandung saat lagu yang didengarnya mendadak berganti dengan dering ponsel. Gita berdecak dan menyambar ponselnya. “Halo? Masih pagi banget. Selesai siap-siap Aku telepon balik. Tenang aja. Aku yang bakal presentasi. Persetan sama si Braja.”

“Bukan soal presentasi, eh, maksudnya presentasi urusan kedua. Yang pertama soal Monic.”

“Monic cuti. Aku udah bilang berapa kali soal presentasi hari ini aku yang bakal gantiin Monic. Kamu cukup duduk tenang. Heran, deh …. Kenapa semua orang kantor underestimate kalau project ini dipegang Monic? Kasian dia. Monic cuti karena ibunya hari ini operasi bypass jantung.” Gita melepaskan pakaian dengan ponsel masih menempel di telinga.

“Bisa dengar dulu? Sebelumnya aku harus bilang kalau Monic memang tidak terlalu handal bicara di depan umum. Sahabat yang kamu puji-puji itu public speaking-nya memang jelek. Dan yang kedua … kamu harus segera tiba di kantor. Aku mau bawa kamu ke suatu tempat.”

“Aku enggak bisa. Bukannya aku harus presentasi? Pak Braja bakal….”

“Ini soal Rama Pramudya. Kamu kenal?”

Sepotong nama yang baru disebutkan Lily; temannya sesama manajer, membuat Gita terdiam. “Rama Pramudya? Rama tunanganku?” Diamnya Lily di seberang membuat Gita mundur dan bersandar ke dinding. Ia tak kuat jika harus mendengar kabar buruk. “Rama kenapa? Sakit? Kecelakaan? Kamu tau dari mana…apa….”

“Aku tunggu di kantor secepatnya.”

Pembicaraan terputus sebelum Gita sempat menyetujui. Yang jelas ia mandi secepat kilat. Hanya membasuh tubuh dengan air hangat dan menyikat giginya terburu-buru. Pagi itu Gita melewatkan tahapan skincare-nya yang panjang dan mengunci unit apartemen setelah menyambar tas dan terpincang-pincang memakai heels.

Namun setelah mengunci apartemennya dan pergi beberapa langkah, Gita kembali lagi untuk mengambil sesuatu yang biasa ia bawa. “Hampir aja ketinggalan.” Gita meraup beberapa sachet makanan kucing dan menjejalkannya ke tas.

Perjalanan yang biasanya tak terlalu jauh, pagi itu jarak rasanya berlipat-lipat. Pikiran Gita sudah merembet ke mana-mana. Ingatan percakapan pertemuan ia dan Rama terakhir kali pun berseliweran di pikiran.

“Buatku, kamu itu kayak rumah, Git. Tempat aku pulang dan istirahat. Aku mau kita nikah nggak Cuma modal cinta, tapi modal komitmen yang paling sempurna. Jadi … di saat cinta di antara kita udah pudar, kita masih bisa ngejalanin rumah tangga dengan komitmen dan kasih sayang.”

Entah apa yang ingin ditunjukkan Lily padanya. Gita sama sekali tidak memiliki perkiraan. Jika Rama kecelakaan, reaksi Lily terlalu tenang. “Ya Tuhan …. Aku enggak akan kuat kalau ada apa-apa dengan Rama. Aku enggak akan ketemu laki-laki sebaik dan sesempurna dia.” Air mata Gita menggenang. Lampu merah yang cukup lama membuat Gita sempat meneteskan air mata karena menatap cincin mungil yang melingkari jari manisnya.

Gita menginjak pedal gas dalam-dalam. Berharap city car mungil 1000 CC berwarna hitam itu mau melesat lebih laju dari biasanya.

Sebelum tiba di kantor, sepanjang jalan tadi Gita sudah menimbang-nimbang beberapa kemungkinan. Ia memarkirkan mobilnya seperti biasa lalu menemui Lily di ruangannya, atau meletakkan mobilnya di depan kantor dengan resiko akan bertemu Braja, direktur perusahaan yang bermulut tajam. Ternyata semua kemungkinan itu tak terjadi. Lily melambai-lambai di depan pintu masuk kantor seakan menyetop taksi.

Gita menghentikan mobil dan membuka kaca. “Kenapa jadi di sini? Tunggu aku di lobi aja. Aku parkir dulu.”

“Buka pintu!” Lily mengetuk kaca mobil yang terbuka setengah. “Aku, kan, udah bilang mau ngajak kamu ke suatu tempat. Cek pesan masuk. Aku udah ngirim lokasinya. Ikuti peta aja.” Lily masuk, memakai seat belt sambil mengatur napasnya.

Kebingungan dengan apa yang sedang terjadi membuat Gita menyetir dalam diam. Suara Lily hanya mampir di telinganya ketika memberi instruksi harus berbelok atau mengingatkan lampu lalu lintas berganti hijau. Gita membawa mobilnya masuk ke daerah yang belum pernah ia datangi.

“Ini perumahan baru. Yang tinggal di sini masih dikit banget. Satpam-nya juga lagi enggak ada. Serem,” gumam Gita.

“Perumahan baru dan murah lebih tepatnya. Lihat, dong. Satu lantai. Paling banyak punya tiga kamar. Carport-nya cuma untuk satu mobil. Kita berhenti di depan.” Lily menunjuk beberapa mobil yang parkir di tepi jalan.

Gita kembali terdiam. Ketenangan Lily malah membuatnya gelisah. Kalau ada sesuatu yang bisa menunda presentasinya di kantor, hal itu pasti sangat penting. Lily membuat presentasinya tertunda.

“Oke, dengar aku.” Lily menarik napas panjang. “Kamu tau kalau aku nggak pernah mencampuri urusan pribadi siapa pun, kan? Sedekat apa pun aku dan anak-anak kantor lainnya, aku enggak pernah mencampuri urusan orang. Termasuk urusan kamu. Jadi, apa pun yang terjadi setelah kita masuk ke rumah itu, aku enggak mau kamu bertingkah murahan dan mempermalukan diri sendiri. Aku cuma mau menunjukkan langsung karena kalau hanya sekedar omongan kamu nggak akan perc….”

“Ly! Diem! Cukup. Ayo turun.” Belum apa-apa Gita sudah merasa jantungnya diremas. Hal yang akan ditunjukkan Lily padanya pasti bukan hal biasa. Tapi … hendak ditunda seberapa lama lagi? Hari itu ia tetap harus presentasi.

Gita merasa sepasang kakinya bagai diberi bola besi. Berat. Berapa mobil yang bertamu pagi hari di rumah paling pojok terlihat tidak wajar. “Ini mobilnya Rama …. Katanya masih di luar kota.” Kata-kata yang baru diucapkan Gita tenggelam di kerongkongannya. Mobil kekasihnya memang menjadi salah satu mobil yang bertamu ke rumah pojok. Lily yang berjalan di sebelahnya sedang pura-pura tak mendengar. Ia semakin penasaran sedang apa Rama di rumah itu.

“Kayaknya kita berhenti di sini aja. Kita cukup dengar dari luar. Aku nggak yakin kamu bisa mendekat."

Lily memegangi lengan Gita di dekat jendela. Sengaja berdiri di depan Gita untuk menghalangi langkah andai temannya hendak berbuat gila. Tak lama keheningan yang berlangsung di dalam ruangan terpecahkan. Pelan tapi dengan sangat jelas suara seorang pria menyahuti perkataan seseorang.

“Saya terima nikahnya Monica Melania binti Azwar Ferdian dengan maskawin sebentuk cincin berlian satu krat dibayar tunai!”

“Sah!”

Gita sempoyongan. Satu tangannya refleks memegang bahu Lily. “Itu … itu suara Rama, kan? Rama tunanganku. Kenapa nikah sama Monic?”

To be continued

Terpopuler

Comments

Diyah Saja

Diyah Saja

baca ulang sambil nunggu mbak njus lanjut up lagi❤️

2025-03-29

1

ponii

ponii

moass...lamiss bnget tu mulut

2025-04-24

0

Nur Fadillah

Nur Fadillah

baru baca udah panas dingin

2025-03-18

0

lihat semua
Episodes
1 001. Hari Apes Lainnya
2 002. Kesialan Beruntun
3 003. Bukan Luka Biasa
4 004. Alasan Dikhianati
5 005. Tidak Sekedar Patah Hati
6 006. Rasanya Pupus Semua
7 007. Raga Lain
8 008. Menyelami Kisah Lain
9 Genre Romance Fantasy - Swap Soul (Bertukar Jiwa)
10 009. Kenyataan Mengejutkan
11 010. Sang Penjamin
12 011. Kisah Seorang Wanita
13 012. Review Dari Harris
14 013. Rumah di Gang Sempit
15 014. Pertarungan Sengit
16 015. Status Harris
17 016. Pak Harris Yang R-nya Dua
18 017. Laporan Berkala
19 018. Siapa Pak Harris?
20 019. Menjadi Seorang Mar
21 020. Gebrakan Mar
22 021. Bukan Sengaja
23 022. Mar Bersikap
24 023. Pencarian Harris
25 024. Pencarian Dimulai
26 025. Hasil Pencarian Harris
27 026. Percakapan Harris
28 27. Siang Di Rumah Harris
29 28. Sabotase Dari Mar
30 029. Pertanyaan Jebakan
31 030. Lovebird
32 031. Bertemu Bu Gendis
33 032. Sebuah Tempat Aman
34 033. Bertubi-tubi
35 034. Segala Kepanikan
36 035. Sebelum Kejadian Besar
37 036. Perspektif Banyak Orang (1)
38 037. Perspektif Banyak Orang (2)
39 038. Tepat Seminggu
40 039. Gita Membuka Mata
41 040. New Person
42 041. Sambutan Chika
43 042. Sesuatu Yang Mengganjal
44 043. Mengumpulkan Kesaksian
45 044. Menyesuaikan Diri
46 045. Di Tepi Kolam Renang
47 046. Hati Ke Hati
48 047. Harris Sebenarnya
49 048. Perkenalan Dua Pria
50 049. Bertemunya Dua Sohib
51 050. Motivasi Fisioterapi
52 051. Ucapan Terima Kasih
53 052. Babysitter Baru?
54 053. Antara Cemburu dan Rindu Ibu
55 054. Obrolan Kasih Sayang
56 055. Kuncir Model Baru
57 056. Pertemuan Babak Pertama
58 057. Pertanyaan Chika
59 058. Hari Pertama Kerja
60 059. Kesan Hari Pertama
61 060. Kekesalan Beralasan
62 061. Aku Sebagai Apa?
63 062. Efek Debat Tengah Malam
64 063. Apa Kabar Hubungan Kita
65 064. After Drama
66 065. Sebelum Makan Malam
67 066. Izin Ibu
68 067. Pria di Depan Pintu
69 068. Sehangat Hidangan
70 069. Percakapan Yang Benar-benar Serius
71 070. Kita Berdua Sama Saja
72 071. Bukan Sebatas Amarah
73 072. Bye-bye Darling
74 073. Apa Arti Diriku?
75 074. Menyadari Kesalahan Terbesar
76 075. Tidak Semudah Itu
77 076. Gita & Mar (1)
78 077. Gita & Mar (2)
79 078. Sebenarnya Sayang
80 079. Percakapan Sepanjang Hari
81 080. Yang Sebenarnya
82 081. Sisi Lain Cerita
83 082. Belum Bisa Kembali
84 083. Kunjungan Mendebarkan
85 084. Argumentasi Kenyataan
86 085. Beberapa Kenyataan
87 086. Sebelum Interogasi
88 087. Bukan Lawan Sepadan
89 088. Arti Sebuah Keputusan
90 089. Mungkin Negosiasi
91 090. Percakapan Alot
92 091. Penuh Rindu
93 092. Tangisan Penuh Kerinduan
94 093. Bersama Lebih Lama
95 094. Obrolan Absurd
96 095. Mengurai Lelah
97 096. Mungkin Terselamatkan
98 097. Perdebatan dan Pengakuan
99 098. Mengalah Bukan Kalah
100 099. Rumah Bekas Mertua
101 100. Percakapan Melempem
102 101. Quality Time
103 102. Obrolan Tengah Malam
104 103. Me Time Tak Sengaja
105 104. Obrolan Hangat Menjelang Tidur
106 105. Renungan Malam
107 106. Banyak Pikiran
108 107. Penyerta yang Penting
109 108. Mencari Kecocokan
110 109. Menelan Kenyataan
111 110. Mencari Jawaban Hati
112 111. Hari Hilir Mudik
113 112. Melepaskan Ingatan
114 113. Bukan Tanpa Persiapan
115 114. Malam Bercerita
116 115. Bukan Rasa yang Bisa Diabaikan
117 116. Kebutuhan Hati
118 117. Jaminan Rasa
119 118. Keluarga yang Dijanjikan
120 119. Sebelum Berangkat Tadi
121 120. Kembali ke Dapur Mungil
122 121. Bukan Lamaran Sederhana
123 122. Sindrom Pra-Nikah
124 123. Pengingat Masa Lalu
125 124. Actually, Miss You
Episodes

Updated 125 Episodes

1
001. Hari Apes Lainnya
2
002. Kesialan Beruntun
3
003. Bukan Luka Biasa
4
004. Alasan Dikhianati
5
005. Tidak Sekedar Patah Hati
6
006. Rasanya Pupus Semua
7
007. Raga Lain
8
008. Menyelami Kisah Lain
9
Genre Romance Fantasy - Swap Soul (Bertukar Jiwa)
10
009. Kenyataan Mengejutkan
11
010. Sang Penjamin
12
011. Kisah Seorang Wanita
13
012. Review Dari Harris
14
013. Rumah di Gang Sempit
15
014. Pertarungan Sengit
16
015. Status Harris
17
016. Pak Harris Yang R-nya Dua
18
017. Laporan Berkala
19
018. Siapa Pak Harris?
20
019. Menjadi Seorang Mar
21
020. Gebrakan Mar
22
021. Bukan Sengaja
23
022. Mar Bersikap
24
023. Pencarian Harris
25
024. Pencarian Dimulai
26
025. Hasil Pencarian Harris
27
026. Percakapan Harris
28
27. Siang Di Rumah Harris
29
28. Sabotase Dari Mar
30
029. Pertanyaan Jebakan
31
030. Lovebird
32
031. Bertemu Bu Gendis
33
032. Sebuah Tempat Aman
34
033. Bertubi-tubi
35
034. Segala Kepanikan
36
035. Sebelum Kejadian Besar
37
036. Perspektif Banyak Orang (1)
38
037. Perspektif Banyak Orang (2)
39
038. Tepat Seminggu
40
039. Gita Membuka Mata
41
040. New Person
42
041. Sambutan Chika
43
042. Sesuatu Yang Mengganjal
44
043. Mengumpulkan Kesaksian
45
044. Menyesuaikan Diri
46
045. Di Tepi Kolam Renang
47
046. Hati Ke Hati
48
047. Harris Sebenarnya
49
048. Perkenalan Dua Pria
50
049. Bertemunya Dua Sohib
51
050. Motivasi Fisioterapi
52
051. Ucapan Terima Kasih
53
052. Babysitter Baru?
54
053. Antara Cemburu dan Rindu Ibu
55
054. Obrolan Kasih Sayang
56
055. Kuncir Model Baru
57
056. Pertemuan Babak Pertama
58
057. Pertanyaan Chika
59
058. Hari Pertama Kerja
60
059. Kesan Hari Pertama
61
060. Kekesalan Beralasan
62
061. Aku Sebagai Apa?
63
062. Efek Debat Tengah Malam
64
063. Apa Kabar Hubungan Kita
65
064. After Drama
66
065. Sebelum Makan Malam
67
066. Izin Ibu
68
067. Pria di Depan Pintu
69
068. Sehangat Hidangan
70
069. Percakapan Yang Benar-benar Serius
71
070. Kita Berdua Sama Saja
72
071. Bukan Sebatas Amarah
73
072. Bye-bye Darling
74
073. Apa Arti Diriku?
75
074. Menyadari Kesalahan Terbesar
76
075. Tidak Semudah Itu
77
076. Gita & Mar (1)
78
077. Gita & Mar (2)
79
078. Sebenarnya Sayang
80
079. Percakapan Sepanjang Hari
81
080. Yang Sebenarnya
82
081. Sisi Lain Cerita
83
082. Belum Bisa Kembali
84
083. Kunjungan Mendebarkan
85
084. Argumentasi Kenyataan
86
085. Beberapa Kenyataan
87
086. Sebelum Interogasi
88
087. Bukan Lawan Sepadan
89
088. Arti Sebuah Keputusan
90
089. Mungkin Negosiasi
91
090. Percakapan Alot
92
091. Penuh Rindu
93
092. Tangisan Penuh Kerinduan
94
093. Bersama Lebih Lama
95
094. Obrolan Absurd
96
095. Mengurai Lelah
97
096. Mungkin Terselamatkan
98
097. Perdebatan dan Pengakuan
99
098. Mengalah Bukan Kalah
100
099. Rumah Bekas Mertua
101
100. Percakapan Melempem
102
101. Quality Time
103
102. Obrolan Tengah Malam
104
103. Me Time Tak Sengaja
105
104. Obrolan Hangat Menjelang Tidur
106
105. Renungan Malam
107
106. Banyak Pikiran
108
107. Penyerta yang Penting
109
108. Mencari Kecocokan
110
109. Menelan Kenyataan
111
110. Mencari Jawaban Hati
112
111. Hari Hilir Mudik
113
112. Melepaskan Ingatan
114
113. Bukan Tanpa Persiapan
115
114. Malam Bercerita
116
115. Bukan Rasa yang Bisa Diabaikan
117
116. Kebutuhan Hati
118
117. Jaminan Rasa
119
118. Keluarga yang Dijanjikan
120
119. Sebelum Berangkat Tadi
121
120. Kembali ke Dapur Mungil
122
121. Bukan Lamaran Sederhana
123
122. Sindrom Pra-Nikah
124
123. Pengingat Masa Lalu
125
124. Actually, Miss You

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!