"Lepaskan aku , Jika kau tak bahagia bersama ku, maka aku pun sudah siap membebaskan mu dari segala tanggungjawab mu terhadap diriku"
Kalimat terakhir yang Asmara ucap sebelum dia benar-benar berpisah dari suaminya.
Sebongkah hati yang kini berubah menjadi sayatan kecil , menyisakan luka yang teramat mendalam.
Tidak ada alasan untuk dirinya tetap bertahan di tempat itu, karena ternyata tidak hanya dirinya yang tidak di terima oleh suaminya, Bahkan anak yang telah dia lahirkan pun tidak pernah di harapkan oleh Bima yang jelas-jelas merupakan ayah kandungnya.
Akankah Asmara mendapatkan cintanya ??..
Ataukah Asmara akan semakin terluka ??
Yukk Saksikan Terus Kisahnya ....
Selamat Membaca , Semoga Suka dengan Karya Baru saya
SENJA ASMARALOKA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabila.id, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30. Kejujuran Loka
...Sejauh mata memandang, Sekuat hati bertahan dengan Pilihan, Tetap Takdir yang akan menentukan Tujuan ...
...🍁...
Waktu menunjukan 15.45 Hampir magrib dan Asmara masih betah berada di pangkalan ojek, tempat dimana dia dan Senja berteduh sebelumnya.
Beberapa warung di taman sudah banyak yang tutup. Dengan mengendarai mobil pickup satu persatu dari mereka beranjak pulang kerumah masing-masing.
Jika tidak hujan mungkin taman akan ramai Samapi malam tiba, namun karena ini hujan banyak pedagang memutuskan untuk pulang.
Suasana khawatir dan takut seketika menyeruak begitu saja, terlebih saat senja mulai menggigil kedinginan.
Asmara memilih duduk di sisi kursi bagian belakang, dengan senja berada dalam pangkuannya.
"Setelah hujan reda kita pulang ya sayang"
Senja hanya menganggukkan kepalanya, sejujurnya Asmara sangat tahu jika putrinya kini ketakutan, namun Asmara juga sangat paham jika sang putri tidak akan membuatnya kerepotan dengan tangisan dan rengekan Senja.
Senja memang sangat pengertian terlebih setelah perceraian Asmara dan Bima. Tidak banyak menuntut dan sangat paham dengan kondisi Asmara yang memang harus banting tulang untuk menghidupi Senja dan tentu mbok Jum seorang diri.
Asmara kembali merasakan cengkeraman tangan kecil dibalik punggungnya semakin erat, hal itu tentu karena Senja yang semakin merasa takut.
Udara semakin dingin, kabut tebal semakin menambah suasana semakin sunyi, hingga terangnya lampu pangkalan seolah tersamarkan dengan kabut yang semakin menghitam.
Sorot lampu mobil tampak dari kejauhan, hingga laju Kendaraanya berhenti tepat di depan pangkalan ojek dimana Asmara dan Senja berada.
Besar harapan Asmara itu adalah pak Basuki yang datang menjemput keduanya, namun setelah sosok dari balik mobil turun ternyata bukan pak Basuki seperti harapannya.
"Mas Loka ?"
Asmara sedikit lega, meski bukan pamannya, setidaknya dengan kedatangan Loka cukup membuat Asmara tenang.
"Apa kalian sudah lama ?" Loka tampak bertanya dengan wajah cemasnya. Sementara Asmara menjawab dengan anggukan kepala.
Tanpa bertanya, Loka segera saja membawa keduanya masuk kedalam mobilnya, entah Asmara akan menerima atau menolak perlakuannya, itu akan dia pikirkan nanti.
Namun nyatanya Asmara tidak menolak sedikitpun ajakan Loka, meski tanpa loka bertanya dan meminta izin sebelumnya.
Kabut semakin pekat, beruntung Loka datang disaat yang tepat.
Asmara cukup beruntung dengan bantuan Loka yang tiba-tiba.
"Terima kasih mas, Maaf Merepotkan Mas Loka lagi"
Loka terkekeh mendengar ucapan Asmara, bukan tanpa alasan, sejujurnya Loka sengaja menemui Asmara dan Senja disana. Hal itu karena sebelumnya Loka ke rumah Asmara, sementara mbok Jum mengatakan keduanya pergi berjalan-jalan ke taman.
Tentu bayangan kejadian sebelumnya muncul begitu saja di benak loka, dan tanpa pikir panjang Loka langsung saja menyusul keduanya.
Asmara agaknya sedikit merasa kaget dengan penuturan Loka, pasalnya dia tidak menyangka Loka akan sigap menjemput dirinya.
Sudut hati Asmara menghangat seketika, wanita mana yang tidak meleleh jika diberikan perlakuan yang manis dari lawan jenis. Begitu juga dengan Asmara.
Sebagai wanita normal pada umumnya, Asmara mungkin juga haus akan cinta, namun selama ini Asmara selalu berhasil menutupinya.
Pekerjaan dan tuntutan hidup yang harus dia jalani membuat dirinya sejenak teralihkan dengan persoalan cinta yang sejujurnya tidak pernah ada habisnya.
Kedatangan loka didalam hidupnya cukup memberi warna baru bagi Asmara terlebih untuk sang putri tercinta yang mendadak merasakan figur seorang ayah.
Asmara merasakan pipi nya terasa panas, rona merah di wajahnya tidak dapat lagi dia sembunyikan. Terlebih tatkala Loka menatapnya dengan senyum yang begitu menawan.
Entah mengapa hati yang selama ini mati seolah hidup kembali, desiran aneh yang mendadak menggetarkan jiwa dan relung hati Asmara.
Setelah beberapa saat, mobil yang di kemudikan Loka telah terparkir di depan rumah Asmara.
Kedatang mereka telah disambut oleh mbok Jum yang tentu sedari tadi mengkhawatirkan keduanya.
Mbok Jum segera lari menghampiri Senja yang kini tengah dalam gendongan Asmara, meraih tubuh kecil yang kini nyenyak dalam tidurnya.
"Makasih ya mbok Jum" Asmara menyerahkan Senja dalam gendongan Mbok Jum
"Iya buk, Syukurlah ibuk dan Senja sudah pulang"
Asmara tersenyum manis, mengingat bagaimana Mbok Jum begitu perhatian pada dirinya dan juga Senja, hingga Asmara tidak pernah merasa kesepian karena tidak ada seorang keluarga pun yang menemaninya.
Setelah urusan Senja diambil alih oleh mbok Jum, kini tinggal Asmara yang harus melayani tamu nya.
"Mas Loka mau Asma buatkan teh atau minuman lain ?" Asmara menawarkan.
"Kopi saja" Jawab Loka dengan mengulas senyum manis di wajahnya.
Asmara pun mengangguk, dan bergegas meninggalkan Loka untuk membuatkan minuman dan mengambil beberapa cemilan.
Tidak butuh lama , secangkir kopi hitam panas dengan Secangkir Jahe hangat yang di sandingkan dengan pisang goreng buatan mbok Jum, terasa pas menemani dinginnya suasana sore itu.
Setelah meletakkan minuman dan makanan diatas meja, Asmara berpamitan pada tamu nya, tujuan Asmara kali ini adalah tentu untuk melaksanakan kewajiban 3 raka'at sebagai muslimah yang baik.
Menyesap sedikit demi sedikit kopi hitam buatan Asmara, membuat ingatan Loka menerawang pada ucapan sang Oma beberapa hari yang lalu.
Entah mengapa Oma nya meminta untuk Loka segera menentukan pilihannya, bukan tanpa alasan, selain karena usia Oma yang sudah semakin tua, juga karena Loka yang juga semakin dewasa dang matang dari segi usia.
Mungkin orang tua Loka tidak begitu mempermasalahkan hal itu , namun bagi sang Oma kebahagiaan Loka sangat dia harapkan, tentu sebelum sang Oma dipanggil oleh sang Maha Kuasa.
Cukup menjadi beban sejujurnya bagi Loka, terlebih sebelumnya juga kedua orang tuanya mengatakan akan mencarikan jodoh untuk dirinya.
Beberapa ucapan orang tua dan Oma nya cukup mengganggu pikiran Loka, terlebih dirinya kini tengah fokus terhadap beberapa pekerjaan yang juga tidak bisa dia tinggalkan begitu saja.
"Mas !"
Panggil Asmara sedikit meninggi, entah sudah berapa kali Asmara memanggil Loka.
"Ha.. Maaf, aku tidak tahu kamu disini" Loka tampak gelagapan mendengar suara Asmara yang sedikit mengagetkan.
Asmara beranjak dari duduknya, meraih cangkir miliknya yang berisikan jahe hangat, berdiri tepat di samping Loka yang kini menatap kearah luar jendela.
"Jelas mas Loka tidak tahu, orang lagi melamun"
Loka terkekeh mendengar ucapan Asmara, begitu juga Asmara yang juga tertawa melihat tingkah tamunya.
Suasana terasa lebih hening dari sebelumnya, hanya gemericik air yang seolah mendominasi keberadaan mereka.
"Asmara" lirih Loka dengan tatapan lurus kedepan.
"Iya"
"Mengenai Ucapan ku tempo hari --"
Deg.
Agaknya Asmara paham dengan kemana arah pembicaraan Loka, begitu juga Loka yang menjeda ucapannya.
"Aku serius ingin menjadikanmu sebagai pendamping hidupku"
Lagi lagi Asmara sedikit terkejut dengan ucapan Loka, hanya tidak menyangka jika Loka akan mengatakan itu sebagai keseriusan.
Asmara hanya menundukkan wajahnya , entah jawaban atau tanggapan apa yang ingin dia berikan, rasanya Asmara masih belum bisa untuk mengambil keputusan.
"Bagaimana ?"
"Tapi kita baru kenal mas, mas Loka belum tahu bagaimana Asma, Begitu juga sebaliknya "
Loka berbalik, menatap wajah ayu Asmara yang kini tengah menunduk, dia raih dagu runcing asmara dan menatap lekat-lekat lawan bicaranya.
Tentu hal itu cukup membuat debaran kencang di hati Asmara yang sejujurnya tidak kuasa menolak ketampanan Loka.
"Jika yang kamu takutkan adalah masa lalu seperti saat dirimu bersama Bima, aku pastikan hal itu tidak akan terjadi"
Loka dengan mantap mengatakan keinginan dan niat baiknya pada Asmara
Tatapan sendu dari wajah asmara tidak lagi dapat di tutupi, sejujurnya dia begitu bahagia, namun dia tentu juga masih merasakan trauma.
***
Yang belum sempat Liat Visualnya Pemeran utama ini ya Author Spil lagi, Mohon maaf jika tidak sesuai Ekspektasi Pembaca, Silahkan bebas memvisualkan dengan karakter /tokoh lainya Bebas.. 🤗🥰🙏
Loka Wiratmaja
Asmara
Bima Dirgantara