Hari harusnya menjadi hari bahagia tiba-tiba berubah menjadi hari duka. Pernikahan yang sudah berada di depan mata harus terkubur untuk selama-lamanya.
Tepat di hari pernikahannya Yudha mengalami sebuah kecelakaan dan tidak bisa terselamatkan. Namun, sebelum Yudha menghembuskan nafas terakhirnya dia berpesan kepada Huda, sang adik untuk menggantikan dirinya menikahi calon istrinya.
Huda yang terkenal playboy tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan berat hati dia pun menyanggupi permintaan terakhir sang kakak. Mampukah Huda menjadi pengganti kakaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teh ijo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikahi Calon Ipar ~ 30
"Mbak! Mbak Husna!" panggil Huda sambil menggedor pintu kamar mandi.
Husna yang masih tak percaya dengan garis dua pun langsung tersentak dengan panggilan Huda. Dengan cepat dia keluar untuk menunjukkan hasilnya pada Huda.
"Mbak, kamu gak papa kan? Gimana hasilnya?" tanya Huda yang sudah sangat penasaran.
Dengan ragu-ragu, Husna langsung memberikan hasil tesnya pada Huda.
"Apa ini, Mbak?" tanya Huda saat disodori hasil tesnya.
"Itu hasilnya, Hud!" ucap Husna dengan malu-malu.
Huda langsung menautkan kedua alisnya dan mengamati hasil tes yang dilakukan oleh Husna.
"Ini apaan, Mbak. Aku gak tau!"
"Itu garis dua garis merah Hud! Kayaknya aku hamil, deh!" jelas Husna.
"Ha-mil. Wah ... keren, bentar lagi aku jadi papa muda dong, Mbak! Ibu harus tau ini, Mbak!" Huda segera bergegas untuk mencari ponselnya.
Dia tidak sabar untuk memberitahu pada ibunya jika saat ini Husna sang istri sudah hamil. Berarti bibit yang dimiliki oleh Huda adalah bibit unggulan.
"Mbak, dimana hapeku?" teriak Huda saat tak menemukan keberadaan ponselnya.
Husna hanya bisa menarik panjang napas kasarnya. "Bisa gak sih Hud, dicari dulu baru nanya? Kebiasaan deh enggak mau nyari dulu!" gerutu Husna yang akhirnya harus turun tangan untuk mencari ponsel Huda.
"Udahlah, mbak Husna gak usah marah-marah, gak baik tau untuk kesehatan anak kita."
"Siapa juga yang marah? Aku cuma kesel aja sama kebiasaan kamu yang suka nanya daripada nyari dulu!"
"Iya mbak. Aku salah. Aku minta maaf," ujar Huda dengan lemah.
Waktu yang seharusnya digunakan untuk beristirahat malah digunakan untuk heboh dengan kehamilan Husna. Bukan hanya ibunya saja yang langsung berikan kabar, tetapi Umi dan Abi juga langsung dikabari oleh Huda. Tak puas sampai disitu, ketiga temannya pun ikut dipameri hasil tespek milik Husna.
"Gimana, Mbak. Aku keren kan? Bibitku sudah berkembang biak di rahimmu. Jadi gak sabar mau cepet-cepet lihat dia lahir. Kira-kira mirip aku atau mirip Mbak Husna ya. Tapi kayaknya mirip aku deh, soalnya aku yang lebih aktif. Mbak Husna kan cuma diam dibawah," gumam Huda dengan penuh rasa bangga.
"Serah kamu aja deh, Hud!" Husna merasa lelah untuk menanggapi Huda yang heboh sejak tadi.
"Iya, sih. Mbak Husna mau anak kita cewek apa cowok? Kalau aku sih pengennya cewek, biar gak punya saingan," celetuk Huda yang kemudian langsung tertawa.
"Hud, ini udah malam. Tidur gih!"
"Tapi aku belum ngantuk, Mbak. Gimana kalau kita main satu ronde biar langsung bisa tidur dengan nyenyak. Aku janji pelan-pelan kok. Kan sekarang ada calon dedek di dalam sama," ujar Huda dengan menaikkan satu alisnya.
"Dih mulut kamu emang manis ya! Pantesan cewek-cewek banyak yang tergoda," cibir Husna.
"Eh, Mbak. Kok gitu sih! Itu kan dulu! Sekarang aku udah insaf. Cuma mbak Husna aja yang bisa merasakan manisnya bibirku. Eh, tunggu. Masa sih aku manggil istri sendiri dengan sebutan Mbak-mbak. Kayaknya sekarang harus ganti deh. Enaknya panggil apa ya? Umi, ayang, atau beb?"
Husna memang harus menyetok kata sabar saat harus menghadapi Huda dengan segala tingkahnya.
"Panggil Sayang aja deh. Gimana?" Huda meminta persetujuan dari Husna.
"Sayang." Huda memangil Husna seraya tertawa karena merasa lucu. Padahal selama ini bibirnya biasa saja saat menyebut pacar-pacarnya dengan panggilan sayang. Namun, berbeda saat dia manggil Husna dengan sebutan Sayang. Rasanya terlalu berat.
"Apaan sih, Hud! Udah tidur aja. Besok kamu ada jadwal kuliah pagi!"
"Eh, besok kan hari minggu. Berati malam ini aku bebas untuk tidur larut malam dong. Kita main dulu ya, Sayang."
Husna tak bisa melawan kemampuan Huda, karena Huda terus akan merengek jika keinginan belum terpenuhi. Dengan pasrah, Husna pun memberikan apa yang diinginkan oleh Huda agar dia bisa tidur dengan nyenyak tanpa ada rengekan dari suaminya kecilnya.
...*TAMAT*...
segala sesuatu memang harus dibiasakan kok
kak author beneran nih ditamatin,,,,,,,
astagfiruloh
torrr ini beneran tamat