Menikahi Calon Ipar

Menikahi Calon Ipar

Menikahi Calon Ipar ~ 1

...Siapa yang menyangka jika hari bahagia akan berubah menjadi hari duka. Tangis kebahagiaan akan berubah menjadi tangisan duka....

...~Husna~...

Hari yang telah dinantikan sekian lama dengan melewati segala proses panjang dan persiapan yang sudah sangat matang, tiba-tiba harus terkubur dalam suasana duka untuk selama-lamanya.

Tepat di hari pernikahannya, mobil yang dikendarai Yudha mengalami sebuah kecelakaan yang harus merenggut nyawanya. Namun, sebelum Yudha menghembuskan napas terakhirnya, dia berpesan kepada Huda untuk menggantikan dirinya menikahi Husna, calon istrinya.

Kecelakaan itu terjadi ketika Yudha tidak bisa mengendalikan kecepatan laju mobilnya. Dimana dia sedang memburu waktu agar bisa segera sampai ke tempat tujuannya. Namun, naasnya, saat dia hendak menyalip mobil yang ada di depannya tiba-tiba ada sebuah mobil dari arah berlawanan. Tak dipungkiri lagi, kecelakaan maut itu terjadi.

BRAAAAAKKKKK ....

Mobil yang dikendarai Yudha terpelanting beberapa meter membuat mobil hampir tak berbentuk lagi.

Entah darimana kabar kecelakaan itu terjadi hingga ambulans datang untuk menyelamatkan Yudha dan segera membawanya ke rumah sakit terdekat.

"Tidak Mas. Mas Yudha harus bertahan. Sebentar lagi kita akan sampai di rumah sakit dan dokter akan menyelamatkan Mas Yudha," isak Huda yang juga sedang menahan rasa sakitnya. Namun rasa sakit yang dialaminya tidak sebanding dengan rasa sakit yang sedang dialami oleh kakaknya.

Terlihat dengan jelas jika Yudha sudah tidak sanggup lagi untuk bernapas. Alat bantu pernapasan pun juga telah terpasang ke tubuh Yudha.

"Hu-da, ingat pesanku! Kamu harus menjaga Husna untukku. Nikahi dia, jaga dia dan sayang dia!" pesan Yudha dengan napas kembang kempis.

"Tidak, Mas! Hari ini adalah hari pernikahanmu! Aku tidak akan menggantikanku, karena kamu yang akan menikahinya!"

Tak berselang lama ibu dan juga calon istrinya pun juga sudah sampai di rumah sakit. Husna yang masih terbalut gaun pengantin menangis histeris saat melihat keadaan Yudha yang sudah terpasang berbagai alat medis di tubuhnya.

"Mas Yudha." Tangis Husna pecah saat dia melihat dengan jelas kondisi calon suaminya yang terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit.

Yudha yang masih sadar mengulurkan tangannya untuk menyentuh Husna, calon bidadari surganya.

"Hus-na," ucap Yudha terbata.

"Mas Yudha, bertahanlah!" Husna menggenggam erat tangan Yudha dengan air mata yang terus membanjiri pipinya.

"Hu-da." Yudha terbata lagi.

Huda yang berada di sampingnya segera mendekat ketika tangan Yudha terulur untuk menyentuhnya.

"Husna, ma-afkan a-ku ti-dak bi-sa mene-pati janjiku," kata Yudha dengan sisa napas yang dia miliki.

"Ta-pi ka-mu te-nang saja, a-da Hu-da yang a-kan mengganti-kanku setelah a-ku pergi," lanjut Yudha yang sudah tidak semakin kesulitan untuk bernapas.

"Mas Yudha ngomong apa? Kamu gak akan pergi kemana-mana. Kita akan segera menikah, Mas. Ingat kita pernah bermimpi untuk hidup sampai menua," kata Husna dengan isak tangisnya.

"Hu-da ... ni-ka-hi Husna!" Meskipun dengan terbata, tetapi ucapan Yudha sangat jelas di telinga semua orang, termasuk Husna.

Tangan Huda dan tangan Husna sudah berada dalam genggaman Yudha. Yudha berharap jika Huda bersedia untuk menggantikan dirinya menjadi penggantinya untuk Husna. Bagaimanapun Yudha berharap jika pernikahan ini tetap berlanjut, meskipun bukan dia yang menjadi pengantin pria untuk Husna.

Huda menggeleng pelan. "Tidak, Mas! Kamu-lah yang harus menikah dan menjadi imam untuk mbak Husna," tolak Huda, yang berusaha menarik tangan yang sedang digenggam boleh Yudha.

Namun, Yudha tak melepaskan genggaman tangannya, begitu juga dengan Husna yang mencoba untuk melepaskan.

Yudha hanya bisa memejamkan matanya sambil menahan rasa sakit yang sudah menyebar keseluruhan tubuhnya.

"Huda, to-long! Aku mohon, agar a-ku bi-sa pergi dengan tenang!"

Tanpa sengaja mata Huda dan Husna saling bertemu. Husna yang menyadari langsung segera membuang pandangannya.

Yudha tidak memberikan celah untuk mereka melepaskan tangannya, sebelum Huda menyetujui permintaan Yudha.

"Maaf Mas, aku tidak bisa menikahi calon istrimu karena aku juga sudah memiliki calon sendiri," tolak Huda.

"Mas Yudha harus optimis. Aku yakin Mas Yudha bisa melewati semua ini. Kita akan menikah, Mas! Saling mencintai hingga menua bersama anak cucu kita," sambung Husna dengan rasa sesak di dada.

Humaira adalah wanita pilihan dari mendiang ayah Yudha sebelum meninggal. Namun, karena saat itu Yudha masih harus menyiapkan sebuah rumah untuk calon istrinya, Yudha meminta sedikit waktu untuk mengkhitbah Husna. Yudha berjanji setelah rumah itu selesai, dia akan segera mengkhitbah Husna dan akan langsung menikahinya

"I-bu," panggil Yudha dengan terbata. Yudha terlihat sangat kesulitan untuk bernapas lagi.

"Iya, Nak. Ini ibu." Dengan berurai air mata ibu Yudah menggenggam erat tangan anaknya. Bisa dilihat jika saat ini Yudha telah menggunakan alat bantu pernapasan. Yudha mengalami benturan kuat di kepala dan mengalami pendarahan di otak kecilnya. Bahkan dokter saja tidak bisa menjamin apakah Yudha masih bisa diselamatkan atau tidak.

Namun, semua itu bisa saja terjadi ketika mukjizat itu datang. Nyatanya saja dengan luka yang parah dan sempat tidak sadarkan diri, Yudha masih bisa untuk berbicara.

"I-bu. Ma-maaf Yu-dha be-lum bisa menja-di anak yang berbakti kepada i-bu. Ja-ngan me-nangis."

Bagaimana perasaan seorang ibu ketika melihat anaknya sedang berjuang antara hidup dan matinya. Dengan berurai air mata ibu Yudha mencoba untuk menyekanya. Dia tidak ingin menunjukkan kesedihan didepan Yudha.

"Iya, ibu tidak menangis, Nak," ucap wanita itu dengan dada yang terasa sesak.

Detik kemudian Yudha menatap kearah Huda dan Humaira. Dengan sisa napas yang masih dimiliki, Yudha berkata, "Hu-da, ti-tip Husna."

Tatapan penuh cinta untuk Husna. Namun, Yudha sadar jika dia tidak bisa untuk menjaganya lagi.

Sebagai manusia hanya bisa berencana, tetapi Allah yang menentukan. Mungkin ini adalah garis takdirnya Yudha sampai disini, karena Allah lebih menyayanginya.

Yudha tidak menginginkan ada air mata di hari kepergiannya. Senyum terakhir dia ukir sebelum dia menyebut asma Allah untuk menuntun kepergiannya.

"Mas Yudha!" teriak Husna yang melihat Yudha sudah tak bergerak lagi.

"Mas Yudha!" Kini giliran Huda yang sangat panik saat sang kakak sudah tak bernapas lagi.

Di waktu yang bersamaan, layar monitor telah menunjukkan garis lurus, yang artinya tidak ada detak jantung yang berdetak.

Dengan gaun pengantin yang masih menempel, Husna tidak bisa membendung tangisnya. Dia memeluk Umi untuk menumpahkan kesedihannya.

"Umi ... Mas Yudha ... Umi," isak Husna.

Sambil menyeka air matanya, Umi Salwa mengelus punggung anaknya. "Kamu harus kuat, Nak. Allah lebih menyayangi Yudha." Air mata yang ditahan akhirnya mengucur dengan deras.

"Yudha," teriak ibunya berusaha untuk membangunkan Yudha. Tangis itu pecah sejadi-jadinya ketika Yudha tak bisa dibangunkan lagi.

Umi Salwa berusaha untuk tegar meskipun terasa sesak. Dia memeluk tubuh besannya yang sudah tak sadarkan diri. Sementara Husna terus menangis tubuh Yudha yang sudah terbujur kaku tak bernyawa lagi.

"Innalilahi wa innailaihi ro'jiun," ucap Abi dengan tegar.

Sesungguhnya hidup dan mati telah ditentukan oleh sang pencipta. Seperti sebuah firman Allah yang menjelaskan bahwa setiap nyawa pasti akan mengalami kematian. Cepat atau lambat, itu sudah pasti.

...***...

Halo Assalamualaikum cerita Huda kembali kita sambung lagi ya. Yang udah pernah baca pasti udah tau ceritanya, tapi disini Humaira othor ganti dengan Husna. Semoga terhibur dengan cerita receh ini 💜

Terpopuler

Comments

💘💞Ratunya Bo Qingang💕💘.

💘💞Ratunya Bo Qingang💕💘.

yudhaaaaaaaa.........😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

2023-05-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!