NovelToon NovelToon
Secercah Asa Untuk Utari

Secercah Asa Untuk Utari

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: emmarisma

Kehidupan yang semula diharapkan bisa mendatangkan kebahagiaan, rupanya merupakan neraka bagi wanita bernama Utari. Dia merasakan Nikah yang tak indah karena salah memilih pasangan. Lalu apakah Utari akan mendapatkan kebahagiaan yang dia impikan? Bagaimana kisah Utari selanjutnya? simak kisahnya di sini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Lima

Bian menghentikan mobilnya di sebuah bangunan rumah mewah. Pria berusia 27 tahun itu keluar dari mobil terlebih dulu dan lalu membantu Utari membukakan pintu mobil.

Bian mengambil Nisa dari gendongan Utari. Nisa sama sekali tidak melakukan perlawanan, tapi justru tampak nyaman dan bersandar di dada Bian, masih dengan memeluk bonekanya.

Bian menggendong Nisa diikuti Utari. Mereka masuk ke dalam rumah itu. Utari mengedarkan pandangannya. Dia dibuat takjub dan perasaan sedikit familiar dengan dekorasi rumah tersebut.

"Kalian sudah datang?" Mama Bian, langsung menyambut kedatangan Utari dan Nisa.

"Tante Sukma." Suara Utari bergetar memanggil nama mama Bian. Sukma langsung memeluk Utari. Dia memeluk Utari seperti anaknya sendiri.

"Kamu bagaimana kabarnya? Kenapa bisa sampai di kota ini?" tanya Sukma penasaran.

Dulu Utari dan Bian bersekolah SMA di pusat kota. Utari merupakan anak seorang pengusaha kaya. Namun, sejak kematian orangtuanya, Utari hidup sebatang kara, padahal dia memiliki beberapa paman dan bibi, tapi mereka menolak Utari tanpa memandang ikatan saudara.

Harta orang tua Utari juga tiba-tiba raib tak berbekas. Saat itu Utari masih sangat muda dan belum tahu bagaimana menghadapi situasi seperti ini seorang diri. Karena setahun sebelum orang tua Utari meninggal, Bian dan keluarganya pindah ke kota lain.

Berbekal uang di Atmnya, Utari pergi ke kota B untuk mengadu nasib. Dia melamar kerja dipabrik karena dia tidak bisa melanjutkan kuliah dan hanya memiliki ijasah SMA.

Hingga akhirnya Utari dan Akmal menikah, juga memiliki anak, dia kehilangan kontak dengan semua orang termasuk Bian dan keluarganya.

"Ceritanya panjang, Tan. Tante sendiri gimana kabarnya?"

"Tante sehat dan baik. Ini semua berkat orangtuamu," kata Sukma. Utari tidak terlalu mendengarkan ucapan terakhir Sukma. Dia seolah meresapi pelukan seorang ibu yang sudah lama tidak dia rasakan.

Saat Sukma melerai pelukannya, Utari merasa berat untuk melepasnya. Dia ingin sedikit lebih lama memeluk Sukma, tapi Utari ragu untuk meminta.

Sukma mengalihkan perhatiannya pada Nisa yang bersandar di dada Bian. Seolah tidak terganggu dengan mereka sama sekali.

"Ini anak kamu?"

"Ya, Tante. Ini Nisa anakku. Tan, apa aku boleh minta ijin nitip Nisa di sini?"

"Kamu jangan sungkan sama keluarga kita. Anggap saja saya dan papa Bian itu orang tua kamu juga. Tanpa bantuan dari ayah kamu, Keluarga saya tidak akan sebesar ini. Nisa boleh tinggal di sini selama yang dia mau. Saya lihat dia juga nyaman sama Bian."

"Itu karena selama ini dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ayahnya, Tante."

"Panggil saya mama. Saya lebih suka kamu panggil saya mama, Tari."

Utari tertegun, matanya memerah. Dia tidak menyangka ada hari dimana dia merasa memiliki sandaran lagi.

"Mama."

"Ya, Sayang." Sukma tidak tega melihat mata Utari yang memerah, dia pun kembali memeluk Utari. Kali ini Utari kembali menangis. Bian menghela napas. Dia duduk di sofa dengan Nisa yang ada di dekapannya.

"Nisa minum dulu, ya." Bian mengambil sebotol air putih yang ada di meja dan membukanya untuk Nisa.

"Ayo, Nisa harus pulih, kasihan ibu ga ada yang nemenin, ibu Nisa sering nangis," bisik Bian. Nisa mengangkat wajahnya dan menatap Bian. Kali ini Bian merasa tatapan Nisa tidak kosong lagi.

"Lihat, itu ibu Nisa sedih." Bian menunjuk Utari yang masih menangis di pelukan ibunya.

Nisa menoleh. Air mata gadis kecil itu tiba-tiba menetes. "Ibu."

Utari menegang. Dia melepas pelukan Sukma dan menoleh menatap Nisa.

"Ibu." suara Nisa begitu kecil, tapi Utari masih bisa mendengarnya.

"Nisa." Utari segera menghampiri Bian dan Nisa. Dia mengambil Nisa dari Bian dan memeluknya.

"Nisa ... Nisa, ini ibu, Dek."

Sukma memandang momen itu dengan air mata berlinang. Sungguh kasihan sekali nasib ibu dan anak ini. Dulu Utari sangat diratukan oleh orang tuanya, tapi sekarang dia harus berjuang untuk membesarkan anaknya tanpa mendapat perhatian dari suaminya. Sungguh ironi sekali. Andai saja saat itu keluarganya tidak pindah, mungkin kejadian seperti ini tidak akan pernah terjadi.

Setelah cukup tenang, Utari menatap Nisa. Wajah Nisa sembab, tapi matanya sudah memperlihatkan ada kehidupan.

"Adek, nanti ibu harus pulang. Adek tetap di sini sama Om Bian dan oma Sukma. Adek mau, kan?"

"Ibu di sini aja. Kita di sini aja, di sana ada orang jahat. Nisa ga mau di sana," ujar Nisa dengan suara parau.

"Ibu pulang mau ambil baju Nisa," kata Utari. "Di sini Nisa aman. Mereka orang baik."

Tak lama terdengar suara deru mobil, "Itu pasti papanya Bian sama abangnya Bian pulang," kata Sukma.

Keluarga Bian sedikit banyak sudah tahu masalah yang dialami Utari. Papa Bian sempat marah dan ingin membuat perhitungan pada suami Utari. Namun, Bian berhasil menahan amarah papanya. Dia tidak mau papanya memperburuk keadaan dan membuat Utari menjauh dari keluarga mereka.

"Om, Bang Dewa."

"Apa kabar Utari?"

"Seperti yang om lihat, cukup berantakan," kata Utari mencoba tersenyum dengan wajah sembabnya.

"Panggil saya papa, Utari. Mulai hari ini dan selamanya kami ini adalah keluargamu."

Bian kembali mengambil Nisa dari dekapan Utari. Dia melihat Utari masih pucat dan lemah. Beruntung Nisa tidak menolak Bian. Dia malah melingkarkan tangan mungilnya di leher Bian. Dewa yang melihat Nisa pun tanpa sadar mendekat.

"Bian mengajak Nisa ke taman yang ada di sebelah rumahnya. Sementara Utari duduk berhadapan dengan papa Bian dan mamanya.

"Tari, papa mau langsung to the point aja. Semua yang papa miliki ini, tidak akan ada tanpa campur tangan orang tuamu. Papa akan selalu mengingat kebaikan mereka. Papa akan senang jika kamu mau menerima niat baik papa. Kemarin saat Bian memberitahu kami jika dia menemukan kamu, hati kami luar biasa senang. Akhirnya kami bisa menyerahkan apa yang sudah menjadi hak kamu."

Papa Bian mengambil sesuatu dari saku jasnya dan menyodorkannya pada Utari. Utari menatap benda tipis berwarna hitam itu.

"I_ini apa, Om, eh, Pah?"

"Ini kartu untuk kamu. Di dalamnya ada sejumlah uang, itu semua deviden bulanan dari 10% saham perusahaan atas nama kamu. Dulu saat papa akan merintis usaha setelah ditipu itu, ayah kamu memberi papa modal. Dia bilang ini adalah bantuan, tapi papa menolak. Ayah kamu akhirnya mau menandatangani perjanjian, jika uang yang dia berikan sebagai modal, itu nanti akan dikembalikan berikut dengan bunga dan papa juga memberikan kembalian berupa saham. Saat itu ayah kamu memang tidak terlalu mempedulikan uang yang baginya tidak seberapa itu. Dia malah dengan enteng menulis nama kamu di sana."

"Jadi ...."

"Jadi sekarang kamu adalah salah satu pemegang saham di perusahaan Mega Adiatama persero."

1
Widia Sari
lanjut
Widia Sari
lanjut lagi dong
kaila
lanjut kak
Apthiana Devi
semua cerita2 nya bagus...
Ati Rohayati
Luar biasa
kaila
lanjut
kaila
lanjut kak
jiannafeeza 2201
jangan bilang dewa suka sm utari
utari pokoknya untuk Bian gak boleh sm yang lain 😁
jaran goyang
𝚍𝚎𝚠𝚊 𝚗𝚘 𝚢𝚊 𝚗𝚘
jaran goyang
𝚙𝚜𝚝 𝚍𝚊 𝚢𝚐 𝚖𝚗𝚌𝚕𝚔𝚊𝚒.... 𝚖𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚖𝚒𝚜𝚝𝚎𝚛𝚒𝚞𝚜
jaran goyang
𝚐𝚔 𝚍𝚊 𝚘𝚝𝚊𝚔
Widia Sari
dasar si ibu gak tau malu
ni karena mau merasakan kekayaan utari makanya di bujuk utari buat rujuk sm si akmal ...
Bagus utari jawaban yang bagus biar kapok tuh si ibu
jaran goyang
𝒓𝒔𝒌𝒏..𝒏𝒆𝒙𝒕
kaila
lanjut kak
Widia Sari
lanjut lagi dong
kaila
lanjut kak
kaila
lanjut
kaila
lanjut kak
Widia Sari
lanjut lagi dong kk
kaila
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!