Pernikahan Arya dan Ranti adalah sebuah ikatan yang dingin tanpa cinta. Sejak awal, Arya terpaksa menikahi Ranti karena keadaan, tetapi hatinya tak pernah bisa mencintai Ranti yang keras kepala dan arogan. Dia selalu ingin mengendalikan Arya, menuntut perhatian, dan tak segan-segan bersikap kasar jika keinginannya tak dipenuhi.
Segalanya berubah ketika Arya bertemu Alice, Gadis belasan tahun yang polos penuh kelembutan. Alice membawa kehangatan yang selama ini tidak pernah Arya rasakan dalam pernikahannya dengan Ranti. Tanpa ragu, Arya menikahi Alice sebagai istri kedua.
Ranti marah besar. Harga dirinya hancur karena Arya lebih memilih gadis muda daripada dirinya. Dengan segala cara, Ranti berusaha menghancurkan hubungan Arya dan Alice. Dia terus menebar fitnah, mempermalukan Alice di depan banyak orang, bahkan berusaha membuat Arya membenci Alice. Akankah Arya dan Alice bisa hidup bahagia? Atau justru Ranti berhasil menghancurkan hubungan Arya dan Alice?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erna BM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34 Persaingan Perusahaan
Di sudut cafee yang tidak terlalu ramai, Ranti dan Andy duduk berhadapan.
"Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan Andy," ucap Ranti.
"Apa? Sepertinya ada yang serius?" Tanya Andy menatap tajam wajah Ranti.
Aroma kopi yang baru diseduh menguar di udara, bercampur dengan suara pelayan yang sibuk mencatat pesanan pelanggan lain.
Ranti menyeruput minumannya perlahan. Sementara Andy menatapnya dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Andy, Aku punya kabar baik," Ranti membuka pembicaraan dengan nada penuh percaya diri.
Andy mengangkat alisnya. "Kabar baik seperti apa maksudmu?" tanya Andy penasaran.
Ranti tersenyum licik sebelum bersandar ke kursinya. "Kakak iparku akan memberiku harta warisan dari Arya," ucapnya santai. Seolah itu bukan sesuatu yang besar.
Andy menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengaduk kopi. Matanya membelalak. "Warisan dari Arya?" ulangnya dengan penuh ketidakpercayaan. "Bukankah dia mantan suamimu? Kenapa bisa begitu?"
Ranti tersenyum puas. "Karena Arya tidak mendapatkan sepeser pun dari warisan itu. Kakak ipar aku yang memutuskan untuk memberikannya padaku," jelasnya sambil mengangkat bahu.
"Mantan kakak ipar maksudnya?" Arya mencoba mengingatkan.
"Yah, seperti itulah. Karena aku masih berhubungan baik dengannya"
Andy bersandar ke kursinya, otaknya mulai bekerja dengan cepat. Bayangan tentang uang dalam jumlah besar memenuhi pikirannya. Jika Ranti mendapatkan harta warisan itu, berarti dia juga bisa ikut menikmatinya.
"Berapa jumlahnya?" tanyanya dengan suara yang lebih rendah.
Ranti mengangkat alis. "Cukup besar," jawabnya penuh teka-teki.
Andy menatapnya lekat-lekat, mencoba mencari tahu seberapa besar nominal yang dimaksud Ranti. "Kalau begitu, kita harus memastikan warisan itu benar-benar jatuh ke tanganmu," katanya sambil tersenyum tipis.
Ranti mengangguk. "Tentu saja. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menghalangi jalanku. Arya sudah cukup menyakitiku selama ini. Sekarang giliranku untuk menang," katanya dengan nada penuh kebencian.
Andy tersenyum licik. "Aku bisa membantumu memastikan semuanya berjalan lancar," katanya. "Tapi aku butuh tahu siapa saja yang mungkin jadi penghalang dalam urusan ini."
Ranti berpikir sejenak. "Sejauh ini belum ada, namun begitu, kita harus merahasiakannya pada Arya, sampai menunggu rumah itu terjual,dan Mike kakak Arya pergi ke Amerika" gumamnya.
Andy mendecakkan lidahnya. "Oh begitu. Tutuplah mulutmu? "Dia mungkin tidak semudah itu untuk ditipu, tapi bukan berarti mustahil."
Ranti menyeringai. "Aku suka caramu berpikir," katanya. "Kita harus memastikan semuanya berjalan sempurna. Aku ingin Arya menyesali semua yang sudah dia lakukan padaku."
Andy tertawa kecil. "Jangan khawatir, Ranti. Aku akan membantumu mendapatkan semua yang kau inginkan."
Ranti tersenyum puas. Dia tahu, dengan Andy di sisinya, rencananya akan berjalan lebih mulus.
"𝐌𝐮𝐬𝐮𝐡 𝐃𝐢 𝐁𝐚𝐥𝐢𝐤 𝐏𝐞𝐤𝐞𝐫𝐣𝐚𝐚𝐧 𝐀𝐫𝐲𝐚 "
Siang itu, suasana di kantor begitu sibuk. Para karyawan mondar-mandir, menyelesaikan tugas mereka dengan penuh semangat.
Di dalam ruangannya, Arya sedang fokus menatap layar komputernya, menyusun laporan yang harus dikumpulkan sebelum rapat siang nanti.
Tapi pikirannya tak bisa lepas dari sesuatu yang lebih besar. Yaitu promosi yang baru saja ia terima dari Davidson, pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Ia tahu, Davidson yang selama ini mengutamakan dirinya bekerja pada perusahaannya. Arya yang selalu di nilai baik oleh bosnya.
Kenaikan jabatan ini adalah sesuatu yang diimpikannya sejak dia bekerja disini. Dengan posisinya yang baru, ia bukan hanya mendapatkan gaji yang lebih besar, tetapi juga wewenang lebih luas dalam mengambil keputusan strategis.
Ia bisa lebih berpengaruh dalam jalannya perusahaan. Namun, kebahagiaan itu mendadak terguncang begitu ia menemukan sesuatu yang tidak pernah ia duga sebelumnya.
Saat ia membuka dokumen rahasia perusahaan, matanya langsung terpaku pada satu halaman yang bertuliskan "Daftar Musuh Perusahaan". Arya mengernyit, merasa penasaran sekaligus sedikit gelisah. Daftar ini berisi nama-nama perusahaan saingan yang selama ini menjadi penghalang bagi perusahaan Davidson untuk menguasai pasar.
Matanya terbelalak saat menemukan sebuah nama yang sangat familiar. Tulisan nama Mike.
Mike, kakak kandungnya sendiri. Pemilik perusahaan PT Style Mahendra Group.
Dada Arya berdebar kencang. Ia mengedipkan mata, memastikan bahwa ia tidak salah baca. Namun, tak ada yang berubah. Nama Mike dan perusahaan tertulis dengan jelas di daftar tersebut. Diikuti dengan detail tentang perusahaannya, kekuatan serta kelemahannya.
Sebelum ia sempat berpikir lebih jauh, Davidson tiba-tiba masuk ke ruangannya.
"Arya," katanya dengan nada serius. "Sekarang kau sudah menjadi bagian dari lingkaran dalam perusahaan ini. Aku punya tugas besar untukmu."
Arya segera menutup dokumen itu dan menatap Davidson. "Tugas apa, Pak?"
Davidson duduk di kursi di depan meja Arya, menatapnya tajam. "Aku ingin kau menghancurkan perusahaan PT Style Mahendra Group milik Mike."
Darah Arya seperti berhenti mengalir. Ia menelan ludah, berusaha menyembunyikan keterkejutannya.
"Mike telah menjadi penghalang bagi perkembangan bisnis kita," lanjut Davidson. "Perusahaannya memang tidak sebesar kita, tapi dia terlalu berambisi. Jika dibiarkan, dia akan semakin kuat dan bisa mengancam keberadaan kita."
Arya diam. Ada sesuatu yang menyesakkan di dadanya. Ia tahu hubungan mereka sebagai saudara tidak pernah baik. Mike selalu memandangnya rendah, tidak pernah menganggapnya sebagai bagian dari keluarga. Bahkan, sejak kecil, Mike sering meremehkannya, mengatakan bahwa ia tidak akan pernah sukses.
Namun, apakah ia benar-benar ingin menghancurkan kakaknya?
Davidson menatapnya lekat-lekat. "Aku tahu ini bukan tugas yang mudah, Arya. Tapi aku memilihmu karena aku percaya kau bisa melakukannya."
Arya menunduk, berpikir keras. Jika ia menerima perintah ini, maka ia bisa membalas semua rasa sakit yang selama ini ia pendam. Mike selalu melihatnya sebagai adik yang tidak berguna, tapi kini, Arya memiliki kekuatan untuk mengubah keadaan.
Apa yang harus saya lakukan?" akhirnya Arya bertanya, meskipun suaranya sedikit bergetar.
Davidson tersenyum tipis, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Kita punya banyak cara. Aku ingin kau mencari titik lemah perusahaannya. Mungkin ada masalah keuangan, korupsi, atau skandal yang bisa kita gunakan untuk menjatuhkannya. Jika tidak ada, kita bisa membuat satu team."
Arya mengerutkan kening. "Maksud Bapak?"
"Kita punya media, pengaruh, dan koneksi. Satu skandal bisa menghancurkan reputasi Mike selamanya."
Arya terdiam. Hatinya berkecamuk. Di satu sisi, ini adalah kesempatan untuk membalas dendam atas perbuatan yang Mike lakukan padanya selama ini. Namun di sisi lain, Mike tetaplah kakaknya.
Setelah Davidson pergi, Arya masih duduk terpaku di kursinya. Ia mencoba mengingat masa lalunya bersama Mike. Sejak kecil, ia selalu dianggap sebagai beban oleh keluarganya. Ayah mereka lebih menyayangi Mike, sedangkan ibunya sudah tiada sejak Arya masih balita. Mike tumbuh sebagai anak yang sombong, merasa dirinya paling hebat, sementara Arya selalu dipandang sebelah mata.
Namun, di balik semua perlakuan buruk itu, ada satu momen yang tak bisa ia lupakan. Saat mereka masih kecil, Mike pernah membelanya dari sekelompok anak yang mencoba merundungnya.