Lea Miranda tak pernah menyangka, di usia pernikahannya yang Ke 12 tahun, ia mendapatkan ujian yang begitu berat. Yaitu, dikhianati oleh suami dan sahabatnya sendiri, Arya Dan Chelsea.
Awalnya, Lea memutuskan untuk bercerai dan merasa tak sudi melihat suami dan sahabatnya itu ketika mengetahui perselingkuhan mereka. Namun, ia berubah pikiran ketika teringat bagaimana ia dan Arya membangun rumah tangga, dan bagaimana mereka berjuang dari nol hingga mereka berada di titik yang sekarang.
Akhirnya, kini Lea memilih merebut suaminya kembali. Ia bertekad akan kembali membuat Arya bertekuk lutut di hadapannya dan menghempaskan Chelsea dari hidup mereka.
Bisakah Lea melakukan itu?
Bagaimana caranya ia merebut kembali suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai Lelah
"Aku nggak tahu mereka ternyata benar-benar anak yang nakal."
"Darrel bahkan bisa berteriak sama aku, Ma, padahal aku jauh lebih tua dari dia. Apa Lea nggak ngajarin anak-anaknya sopan santun?"
"Sudah gitu sedikit-sedikit teriak lagi, apa nggak bisa mereka tuh kalau manggil nggak usah teriak."
Bu Erni dengan sabar mendengarkan segala ocehan Chealse, ia tidak menginterupsi curhatan putrinya itu sedikit pun. Apalagi Chealse terlihat sangat kesal, jadi ia biarkan saja Chelsea mengoceh sampai selesai.
"Lea juga sok sibuk banget di luar, sampai semua tanggung jawab Darrel dan Jihan ditumpahkan sama aku dan mas Arya."
"Aku juga capek, aku kerja di luar."
Chelsea membuang napas kasar, ia mengambil air minum kemudian meneguknya sampai habis.
Hari ini ia pulang ke rumah ibunya karena Chealse butuh waktu untuk menenangkan diri, apalagi hubungannya dan Arya tidak lagi mesra dan erat seperti dulu, membuat Chelsea merasa semakin tertekan.
"Sebenarnya anak-anak itu nggak nakal, Chealse," kata Bu Erni setelah Chelsea tak lagi bersuara. "Ya namanya juga anak-anak, memang begitu modelannya."
"Tapi Darrel itu nakal, Ma, masa dia teriak sama aku? Nggak sopan!" tukas Chealse.
"Kamu pikir dulu kamu nggak teriak sama Mama?" kekeh Bu Erni. "Sama, kamu tuh kalau mau minum susu, teriak sampai tetangga ujung sana dengar."
"Oh ya?" ringis Chelsea.
Sementara di sisi lain, Arya membawa Darrel dan Jihan ke rumah orang tuanya. Arya benar-benar sudah sangat membutuhkan bantuan sekarang.
"Cariin aku pembantu atau Baby sitter ya, Ma," pinta Arya memelas.
"Aku capek banget ngurus mereka sendirian."
"Loh, bukannya sudah ada Chelsea di sana?" tanya Bu Erma. "Masa kalian bertiga nggak bisa ngurus Darrel dan Jihan?"
"Chealse kerja, Ma, Lea juga kerja," sahut Arya.
"Padahal dulu Lea juga ngurus Darrel sendirian loh, dia juga sambil kerja. Kalian punya pembantu juga setelah Lea melahirkan Jihan."
"Tapi 'kan beda, Ma, Lea itu wanita dan sudah pasti bisa mengurus rumah. Aku 'kan laki-laki, aku nggak biasa ngurus rumah sama anak begini."
Arya kembali menenuk wajahya.
"Seminggu full sudah aku ngurus mereka di rumah," gerutu Arya lagi.
"Lea itu bisa ngurus rumah, anak, sekaligus bisa kerja. Masa kamu kalah sama Lea?" sarkas Bu Erma. "Lagian kamu itu aneh sih, padahal sudah di bantuin sama calon istri ke dua kamu itu, masih nggak bisa juga urus rumah? Apa Chelsea cuma bisa menyenangkan suami orang di luar dan nggak tahu cara mengurus rumah dengan benar?"
"Mama?" tegur Arya.
"Buka mata kamu, Arya!" seru Bu Erma dengan tegas. "Lea itu sudah banyak berkorban buat kamu, dia rela melepaskan karirnya demi kamu dan anak-anak. Terus dia rela kamu menduakannya demi kebahagiaan kamu, demi anak-anak supaya nggak kehilangan sosok ayah. Lalu, sekarang dia bekerja menggantikan posisi kamu sebagai pencari nafkah."
Arya hanya bisa termangu mendengar ceramah panjang lebar dari sang Ibu.
"Masih nggak bisa kamu bantuin Lea dengan mengurus anak-anak, huh?" tambah Bu Erma.
"Masih mau ngeluh? Padahal Lea aja nggak pernah ngeluh mengurus kalian bertahan-tahun, kamu pikir dia juga nggak capek? Lahir batin dia itu capek, di tambah kamu selingkuh sama sahabatnya lagi. Emangnya Lea kurang apa? Kurang perhatian? Atau kamu yang kurang bersyukur?"
Arya terhenyak mendengar kata-kata sang Ibu, kata-kata itu menusuk tepat di hatinya.
Arya memang merasa Lea kurang perhatian setelah melahirkan Jihan, istrinya itu semakin sibuk mengurus dua anaknya.
Namun, kini Arya mengerti kenapa perhatian Lea berkurang padanya. Seluruh perhatian wanita itu sudah tercurah pada dua buah hati mereka, yang bahkan mungkin tidak membiarkan Lea tidur dengan nyenyak.
Arya menatap kedua anaknya yang kini sedang bermain, ia tersenyum melihat Darrel dan Jihan yang tertawa bersama.
Tiba-tiba Chelsea mengirim pesan ke ponselnya, pesan yang sebenarnya mesra dan manis seperti biasanya.
^^^Chealse^^^
^^^"Sayang, nanti malam aku masakin spesial ya buat kamu. Tapi aku masaknya dari rumah Mama, jadi kamu jangan makan dulu di rumah, ya. Aku masakin makanan kesukaan kamu." ^^^
Arya tidak mood untuk membalas pesan Chelsea, meskipun dulu dia senang saat mengatakan akan memasak untuk Arya.
Arya meletakkan kembali ponselnya dan ia kembali memandangi Darrel dan Jihan.
Sudah seminggu lebih Arya menggantikan posisi Lea mengurus rumah dan kedua anaknya, itu pun masih dibantu Chelsea, dan Lea juga masih sering membantu, yang masak setiap hari juga Lea sementara Arya dan Chealse yang membersihkan dapur.
Tapi Arya merasa sangat lelah, ia merasa seluruh tenaganya selalu habis mengurus dua bocah itu.
Ponsel Arya kembali bergetar, dan ia berdecak kesal saat kembali mendapatkan pesan dari Chelsea yang marah padanya.
^^^Chelsea ^^^
^^^"Kamu kenapa sih, Mas? Pesan dibaca tapi nggak dibalas." ^^^
Arya dengan kesal membalas pesan kekasihnya itu.
Me
"Aku sibuk ngurus Darrel sama Jihan."
^^^Chealse ^^^
^^^"Sesibuk apa sih sampai balas pesan aja nggak sempat? Lagian kamu sekarang ada di rumah ibu kamu, kan? Memangnya ibu kamu nggak bantu jagain Darrel dan Jihan? Balas pesan aku nggak sampai satu menit kok, Mas." ^^^
Emosi Arya langsung terpancig membaca pesan Chelsea yang menurutnya sangat lancang, dan juga tidak mengerti.
Ia hendak membalas pesan Chelsea dan ingin memarahi wanita itu, tapi pesan kekasihnya itu justru membuat Arya teringat dengan istrinya.
" Balas pesan aja nggak sempat?"
Arya menggumam dalam hati.
Ia baru sadar ternyata dirinya sesibuk itu dengan kedua anaknya, sampai membalas pesan saja tidak sempat.
Arya mengambil ponselnya kembali dan ia membalas pesan Chelsea.
Me
"Aku memang nggak sibuk ngurus mereka setiap detik, tapi aku lelah dan aku pengen pakai waktu yang ada buat istirahat."
Setelah mengirim pesan itu, Arya mematikan ponselnya agar tak ada lagi yang mengganggunya.
"Aku mau tidur dulu, Ma, sejam lagi bangunin aku."
Bu Erma hanya menggumam malas, tapi ia terlihat senang karena rencana Lea berjalan lancar.
Arya ke kamarnya dan tak butuh waktu lama baginya untuk terlelap.
Beda halnya dengan Chelsea yang kini menggerutu kesal karena Arya tidak bisa dihubungi.
"Kenapa mas Arya berubah sih?" keluh Chelsea. "Dulu dia selalu semangat kalau aku bilang mau masak buat dia?"
...🦋...
Satu hari yang melelahkan telah terlewati, dan hari yang baru, yang mungkin akan lebih melelahkan pun di mulai.
Awalnya, Arya pikir ia hanya butuh waktu untuk terbiasa dengan peran barunya yang harus mengurus anak. Namun, sudah seminggu lebih ia melewati peran itu, dan Arya masih selalu kesulitan.
"Aku mau cari kerja lagi," kata Arya pada Lea. "Dan aku minta kamu berhenti bekerja."
"Apa?" Lea menatap sang suami dengan dalam. "Kamu mau aku berhenti bekerja?"
Arya mengangguk yakin.
"Kamu tahu sendiri nggak mudah mendapatkan pekerjaan, Mas," tegas Lea.
"Aku tahu, aku akan berusaha mendapatkan pekerjaan secepatnya, Sayang, aku janji." Arya berujar penuh penekanannya. "Aku ... aku mau kamu seperti dulu, fokus mengurus anak-anak. Ya, please?"
Lea menatap suaminya itu dengan intens, ia bersandekap dada.
"Kamu capek ngurus anak-anak, ya? Lebih gampang cari uang 'kan dari pada mengurus mereka?"
Arya tak bisa menjawab pertanyaan Lea, meskipun jawabannya tentu saja 'iya'.