Virginia Fernandes mencintai Armando Mendoza dengan begitu tulus. Akan tetapi kesalah pahaman yang diciptakan Veronica, adik tirinya membuatnya justru dibenci oleh Armando.
Lima tahun pernikahan, Virginia selalu berusaha menjadi istri yang baik. Namum, semua tak terlihat oleh Armando. Armando selalu bersikap dingin dan memperlakukannya dengan buruk.
Satu insiden terjadi di hari ulang tahun pernikahan mereka yang kelima. Bukannya membawa Virginia ke rumah sakit, Armando justru membawa Vero yang pura-pura sakit.
Terlambat ditangani, Virginia kehilangan bayi yang tengah dikandungnya. Namun, Armando tetap tak peduli.
Cukup sudah. Kesabaran Virginia sudah berada di ambang batasnya. Ia memilih pergi, tak lagi ingin mengejar cinta Armando.
Armando baru merasa kehilangan setelah Virginia tak lagi berada di sisinya. Pria itu melakukan berbagai upaya agar Virginia kembali.
Apakah itu mungkin?
Apakah Virginia akan kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Semua akan kubalas
Rumah keluarga Fernandez.
“Apa Pa? Apa Papa tidak salah dengar? Putra tunggal grup Garcia ingin datang berkunjung ke sini? Apa itu benar?” Veronica begitu antusias dengan kabar yang baru saja ia terima dari papanya.
“Mana mungkin Papa salah. Asistennya yang menghubungi Papa secara langsung, karena itu Papa langsung pulang dan menyuruhmu bersiap.” Tuan Fernandez pun terlihat begitu bersemangat. “Dan sepertinya mereka akan segera tiba. Cepatlah siapkan dirimu!”
“Baik, Pa.” Veronica berlari menuju kamarnya. Ia harus berdandan secantik mungkin. Keluarga Garcia adalah orang terpandang nomor tiga di negara mereka. Bisa dekat dengan putra sulung tentu sebuah keberuntungan besar.
...****************...
Hari telah berganti malam. Tugas matahari menyinari bumi telah digantikan oleh lembutnya cahaya bulan.
Veronica dan Tuan dan Nyonya Fernandez berjalan mondar-mandir di ruang tamu.
“Papa, mana orangnya? Papa mau membohongiku, ya?” Veronica berseru kesal. Ia sudah berdandan sejak menjelang siang dan ini sudah malam, tetapi tamu yang disebut oleh papanya tak juga muncul.
“Mana mungkin Papa berbohong untuk hal seserius ini. Bersabarlah, Tuan Muda Garcia orang yang sangat sibuk. Pasti beliau sedang menyelesaikan sesuatu.”
Veronica menghempaskan bokongnya dengan kesal ke atas sofa. “Tunggu sebentar, Sayang. Benar kata papamu. Pasti Tuan Muda Garcia sangat sibuk.” Nyonya Fernandez mencoba menghibur putrinya. Wanita tua itu menggenggam jemari dan mengusap punggung Veronica.
“Kalau memang sibuk, seharusnya tidak membuat janji!” Veronica menghempaskan tangan mamanya.
Sementara itu di kediaman keluarga Garcia
“Semua sudah siap, Tuan. Anda ingin berangkat sekarang?”
Bernardo, asisten Alessandro menatap tuannya tak mengerti. Menyuruh membuat janji segera, tetapi dirinya malah dengan santai mengerjakan pekerjaannya. Dan setelah selesai, bukan segera pergi malah berkumpul makan malam dengan teman, lalu asyik bermain bilyard. Setelah puas baru pulang.
“Yaa, sepertinya berangkat sekarang juga boleh. Pasti mereka sudah sangat kesal. Ha ha ha…” Alessandro tertawa terbahak. Ternyata pria itu memang sengaja mengulur waktu.
“Apa aku sudah tampan?” tanyanya saat Bernardo memakaikan dia jas eksklusif.
“Anda selalu sempurna!” Jawaban jujur dari seorang asisten. Siapapun yang melihat tuannya, tak pernah ada yang tak terpesona.
“Mereka mungkin kesal.” Bernardo memberikan isyarat pada orang-orangnya untuk bergerak.
“Orang-orang seperti mereka, walaupun kesal akan tetap menjilat.” Suara Alessandro terdengar dingin, berselimut dendam yang membara. “Menjijikkan,” desisnya.
Kembali ke kediaman keluarga Fernandez.
Tiga orang masih diam menunggu. Meskipun kesal, calon tambang emas tak boleh dilewatkan.
Beberapa saat kemudian beberapa orang pria berjas hitam datang dengan membawa banyak hadiah. Lalu dua orang pria tampan datang dan duduk tanpa dipersilakan. Gayanya yang dingin dan arogan menjadi pesona tersendiri baginya.
“Ini hadiah dari Tuan Muda Garcia untuk keluarga Fernandez,” ucap asisten sambil menunjuk hadiah-hadiah yang masih berada di tangan barisan pria berjas hitam.
“Ini adalah suatu kehormatan bagi keluarga Fernandez.” Tuan Fernandez membungkukkan sedikit badannya. “Walaupun saya tidak tahu alasannya. Seorang ahli waris grup Garcia merendahkan diri datang ke keluarga Fernandez.” Tuan Fernandez sungguh pintar bermulut manis.
Veronica yang berdiri di samping papanya, memasang senyum manis. Hatinya begitu bahagia dan berbunga-bunga melihat kedatangan pria tampan itu.
“Pria ini bahkan lebih tampan dari Armando, sepertinya juga lebih kaya. Aku rasa tidak masalah meskipun Armando tak lagi mencintaiku,” ucap wanita itu dalam hati.
“Jika bicara soal keluarga Fernandez, sebenarnya memang tidak layak bagi keluarga besar Garcia.” Alessandro dengan lidahnya yang tajam melontarkan hinaan.
Tuan Fernandez dan Veronica dalam hati memaki, tapi bibir harus tetap tersenyum. Memangnya mereka bisa apa? Apalagi otak mereka telah silau akan banyaknya hadiah yang menggoda di depan mata.
“Tapi aku datang untuk membalas budi.” lanjut Alessandro.
Tuan Fernandez dan Veronica saling pandang dan mengerutkan kening. Apa maksudnya?
“Balas budi?” tanya Tuan Fernandez.
“Benar,’ jawab Alessandro. “Tiga tahun lalu aku datang ke kota ini untuk perjalanan bisnis. Aku mengalami kecelakaan, lalu seorang wanita yang mengaku berasal dari keluarga Fernandez menyelamatkanku. Saat itu aku luka parah dan dikirim ke luar negeri, jadi tidak sempat berterima kasih.”
Alessandro menatap penuh hina ke arah Veronica.
“Setelah sembuh aku mencari tahu, di kota ini satu-satunya keluarga Fernandez hanya kalian. Jadi sekarang aku langsung datang.’
Veronica maju dengan percaya diri. “Benar akulah yang menyelamatkanmu tiga tahun lalu,” ucap Veronica tanpa tahu malu. Mengakui sesuatu yang bukan haknya. “Aku satu-satunya Putri keluarga Fernandez,” lanjutnya.
Alessandro berdiri mendekatkan wajahnya menatap datar ke arah Veronica. “Oh ya? Benarkah? Tapi sepertinya yang aku lihat waktu itu bukan kamu?”
Veronica gelagapan dia segera memutar otak memikirkan alasan yang tepat. “Sebenarnya, setahun yang lalu aku sakit parah dan terpaksa melakukan beberapa operasi kecil. Jadi penampilanku sedikit berubah.” Veronica mengambil ponsel di sakunya lalu mencari foto lama Virginia.
“Lihat, inilah penampilanku yang dulu!” ucapnya seraya menunjukkan layar ponsel kepada Alessandro.
Alessandro mengambil ponsel itu melihat sebentar, lalu menyerahkannya kembali seraya tersenyum.
“Bagus sekali. Diselamatkan oleh seorang wanita cantik seperti Anda adalah suatu keberuntungan. Ternyata aku dan keluarga Fernandez cukup berjodoh.” Tersenyum misterius.
“Nona Fernandez tenang saja. Kedepannya aku pasti akan selalu membantu keluarga Fernandez.” Veronica dan Tuan Fernandez langsung senang mendengarnya. Keduanya saling pandang.
“Oh ya besok malam aku punya acara makan malam penting. Bolehkah aku meminta Nona Fernandez untuk menjadi pendampingku?”
Veronica langsung tersenyum, bagaikan mendapatkan jackpot besar. “Tentu saja aku tidak keberatan,” jawabnya.
“Baguslah kalau begitu. Aku akan mengirimkan gaun dan perhiasan untuk acara itu,” ucapnya.
"Baiklah." senyum Veronica semakin terkembang.
"Kalau begitu, aku pamit. Jangan lupa bersiap, dandan yang cantik untuk ku besok malam." mengambil helaian rambut Veronica dengan ujung jari, lalu menjatuhkan kembali.
"Tuan Muda. Sebenarnya kami ingin mengundang Anda untuk makan malam." nyonya Fernandez maju, ingin menahan.
"Ahh, maaf. Saya sedang terburu. Saya akan menerima undangan Anda lain kali." tanpa peduli apa pun, Alessandro segera pergi diikuti oleh asisten dan anak buahnya.
Virginia Fernandez semua yang menyakitimu tidak akan ku lepaskan termasuk suamimu yang kejam."
Di dalam rumah keluarga Fernandez setelah kepergian Alessandro….
"Menyebalkan. Mama sudah susah payah mengatur pelayan menyiapkan hidangan. Bahkan menahan perut sendiri yang lapar, tapi dia sama sekali tak menghargai!" Nyonya Fernandez menggerutu kesal.
"Sudahlah, Ma. yang penting kita dapat banyak hadiah." Tuan Fernandez juga kesal, tapi banyaknya hadiah mewah membuatnya silau.
“Pa, aku sudah berusaha mendekati Armando begitu lama. Apa sekarang kita melepaskannya begitu saja? Bukankah sangat disayangkan?” dengan tangan mengamati satu set kalung berlian yang baru saja diterima dari Alessandro Garcia, Veronica menatap ke arah papanya.
“Apa yang disayangkan,” bantah tuan Fernandez. “Armando sudah tahu kalau kamu menipunya. Lebih baik sekarang kamu diam saja, supaya dia tidak tahu hal lain. Kalau kamu memprovokasinya, dia bisa mencari tahu semua masa lalu. Jika itu terjadi sepuluh keluarga Fernandez pun tidak akan cukup untuk menghadapinya. Lagipula, kekayaan keluarga Garcia jauh lebih besar daripada Mendoza. Masa depan keluarga Fernandez tergantung padamu sebagai Nyonya keluarga Garcia.”
Veronica tersenyum lebar. Ucapan papanya benar. Untuk apa mengharap Armando lagi? Pria itu sudah tak lagi bisa diharapkan. Sekarang malah hanya mengingat Virginia. “Papa tunggu saja hasilnya!”
kl ga mh dia mti jg bkln sia2,mna yg jhat msh hdp enk pula.....bls mreka dong buat bkti cnta sm istrimu,biar sma2 mraskn gmna skitnya...