NovelToon NovelToon
MELAWAN IBLIS

MELAWAN IBLIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Fantasi Timur / Iblis / Ahli Bela Diri Kuno / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:867
Nilai: 5
Nama Author: Cut Tisa Channel

MELAWAN IBLIS menceritakan tentang seorang gadis keturunan pendekar sakti yang hijrah dari Tiongkok ke Nusantara untuk mendapatkan kehidupan yang tenang.
Namun dibalik ketenangan yang hanya sebentar di rasakan, ada sebuah hal yang terjadi akibat kutukan leluhurnya di masa lalu.
ingin tahu bagaimana serial yang menggabungkan antara beladiri dan misteri ini?
mampukah wanita cantik itu lepas dari kutukan iblis?
simak selengkapnya dalam Serial Melawan Iblis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cut Tisa Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Percikan Pertama

Di tahun 1901, keadaan Nusantara kala itu masih sangat jauh dari kata modern. Hanya beberapa kota besar seperti Batavia dan Bandoeng yang menjadi pusat kompeni belanda di Nusantara (Hindia Belanda) yang sudah mulai mengenal kemajuan.

Seperti juga pimpinan kompeni, banyak pribumi yang menjadi antek dan bawahan penjajah kala itu sehingga mereka membuat kekuatan atau kelompok demi menyenangkan hati pimpinan dalam bekerja menyetor hasil kepada penjajah.

Tun Ai hari itu tampak sibuk melihat pekerja yang membangun sebuah rumah jauh dari pemukiman warga sekitaran gunung brahma.

Rumah itu sengaja dibuat untuk menjadi tempat tinggal bagi Ki Laut yang mengatakan ingin bertapa di tempat tersebut sambil menemukan cara membantu penyembuhan putri Tun Ai yang nantinya menjadi murid langsung Ki Laut.

Rumah sederhana itu di pagari sekelilingnya. Di tempat itu juga di buat beberapa lahan untuk menanam sayur mayur dan ada juga kolam ikan selain sawah ladang di belakangnya.

Beberapa penghuni dusun kaki gunung brahma menjadi pekerja dalam pembuatan rumah itu.

"Aku permisi pulang dulu. Besok siap kan?" Tanya Tun Ai pada pak wardi yang sedang memasang ubin.

"Ya Tun, besok rumah ini sudah bisa di tempati".

"Mari Ki, kita kembali". Ajak Tun Ai menaiki kereta kudanya bersama Ki Laut.

***~###~***

Bumi terus berputar, pagi siang sore malam terus berganti hingga tanpa terasa, sudah lima tahun berlalu dari waktu pembuatan rumah Ki Laut.

Di tahun itu, susah ada beberapa sekolah yang di bangun kolonial belanda untuk orang orang terkemuka saja.

Putra putri Tun Ai termasuk anak anak yang beruntung bisa mengenyam pendidikan di sekolah yang berjarak tiga kilometer dari rumah nya.

Hal itu tidak lah aneh, karena memang Tun Ai bukan pribumi yang termasuk di larang dalam mengenyam pendidikan.

Di hari itu sekitar pukul 11 siang, seorang warga yang juga menjadi tukang bersih bersih di sekolah menyambangi rumah Tun Ai.

"Permisi, permisi Tun, Nyonya, ada pesan".

"Ya kenapa man?" Tanya Tun Ai yang membuka pintu gerbang karna penjaga nya sedang kebelet.

"Ada pesan dari sekolah katanya Tun Ai di suruh segera kesana".

"Ada apa ya? Kok Tumben?"

"Non Sila sakit katanya. Kerasukan. Permisi Tun". Seru Manijan yang langsung pulang menuju rumah nya.

Dengan tergesa gesa Tun Ai berangkat ke sekolah setelah menitip pesan agar istrinya segera ke rumah Ki Laut.

Sesampainya disana, Tun Ai kaget setengah mati melihat Aisila dan Aisilya terbaring di pegang oleh masing masing lima orang yang menahan tubuhnya agar tidak mengamuk.

Sila yang kini usianya 13 tahun terlihat merah wajah nya. Matanya juga menyala seperti disiram air sirup.

Keadaan Silya pun tidak lebih baik dari Sila. Seluruh urat di wajah dan lehernya timbul dengan mata merah kehitaman berkata meracau tak tentu arah.

Tanpa terasa air mata Tun Ai yang panik melihat anak anak nya seperti itu menetes tajam tanpa suara.

Tenggorokannya seolah olah tak bisa mengeluarkan suara laksana tercekik oleh pemandangan yang di lihatnya itu.

Hampir setengah jam keadaan nya begitu hingga Ki Laut tiba dan membuat obat berupa ramuan di campur air yang di percikkan kemuka Sila dan Silya serta di basuh ke kepala mereka berdua.

Silya yang usianya 4 tahun lebih muda segera terpejam dan pingsan. Sementara Sila masih saja melawan meski kini gerakan nya semakin melemah.

Tak lama kemudian keduanya pun sadar dan kaget melihat sekeliling mereka telah ramai bahkan terdapat ayah dan guru mereka disana.

"Apa yang terjadi? Ayah?" Tanya Silya dengan wajah bingung.

"Tak ada apa apa. Yuk kita pulang duluan". Tun Ai yang sudah izin ke pihak sekolah segera membawa kedua putrinya pulang.

Setibanya mereka dirumah, ke empat ibu mereka sudah menunggu dengan khawatir dan langsung memeluk anak anak nya itu.

"Mereka tak apa apa kan?" Tanya Nyonya Na sambil menangis.

"Sudah tak apa lagi. Ajak mereka masuk dulu. Beri makan dan suruh istirahat". Ki Laut menjawab.

Selama mereka mengetahui keahlian Ki Laut dalam hal kebatinan, mereka sudah menganggap pria tua itu seperti ayah sendiri.

Hubungan para istri Tun Ai dan Ki Laut sedikitpun tidak terlihat canggung. Apalagi memang selama ini berkat di tangani Ki Laut, perkembangan anak anak mereka khususnya Sila dan Silya semakin berkembang baik dalam hal ilmu kebatinan maupun ilmu beladiri yang langsung mereka pelajari dari ayah dan keempat ibu mereka.

Beberapa hari kemudian, akibat getaran dahsyat yang terjadi dengan gunung brahma, Tun Ai memutuskan untuk mengajak seluruh keluarganya dan juga Ki Laut bersama karyawan dan pembantunya pindah ke kota ke tempat salah seorang kenalannya yang tinggal di daerah Hujung Galuh (Surabaya Sekarang).

Pada tahun itu juga kota Hujung Galuh diresmikan sebagai Kotamadya surabaya dimana seluruh daerah jawa timur tunduk kesana.

Di rumah kenalan dagangnya yang dikenal dengan panggilan Raden Soekemi, Tun Ai tinggal sementara sambil menunggu rumah barunya selesai di bangun di dekat rumah Raden Soekemi.

Mulai saat itu, mereka pun tinggal di daerah kota meski sesekali mereka menyambangi rumah nya di dusun kaki gunung brahma.

Selama bertahun tahun, Tun Ai hidup dengan aman dan damai tanpa mengalami perkelahian atau pertarungan dengan pihak manapun.

Hanya gangguan setan dan iblis kepada putri dan keluarganya saja yang sangat mengganggu ketenteraman hati keluarga itu.

Di belakang bangunan rumah barunya, Tun Ai bersama empat istrinya yang merupakan pendekar wanita ternama dulunya, melatih buah hati mereka.

Cara melatih Sinkang, Khikang, Lwekang, Gwakang dan Ginkang di ajarkan dengan sungguh sungguh.

Ke tujuh putra putrinya pun mendapat pelajaran ilmu beladiri tingkat tinggi yang kelak membuat mereka menjadi ahli silat ternama di kehidupannya masing masing kelak.

***~###~***

Malam itu, dua sosok bayangan mengintai rumah pemimpin Naga Hitam bernama Kumba dari arah belakang.

Kedua nya memiliki langkah yang ringan sekali sehingga para anak buah Naga Hitam yang berjaga tak mengetahui sedikitpun penyusupan mereka kesana.

Ketika keduanya meloncat ringan ke atas genteng, telinga Kumba yang super sensitif menangkap suara gesekan halus yang membuat nya bersiaga.

"Barong, coba lihat penjaga piket malam ini. Apa mereka tidur?"

"Baik ketua. Sebentar". Jawab Barong yang merupakan bawahan paling di percayanya.

Tak lama kemudian, Barong kembali ke kamar dan berkata, tak ada apa apa ketua, semuanya aman".

"Aman kepala mu!! Lihat di atas genteng, siapa yang berani menyusup kemari. Cari mati". Seru Kumba yang langsung bangkit dari tidurnya kemudian berdiri sambil menggenjot kaki menabrak pecah genteng dari dalam.

Alangkah kagetnya dua pria itu yang melihat Kumba sudah ada di belakang mereka.

"Lari,," Seru pria yang memakai penutup wajah bersama rekannya.

Tanpa menunggu anak buahnya, Kumba mengejar dari belakang di susul Barong dan Burna yang mengikuti sang ketua berlari cepat.

"Berhenti,,, hei,, kurang ajar!!" Kumba yang kian dekat mengumpat sehingga membuat kedua penyusup itu menambah kecepatan lari mereka.

Kedua bayangan yang ternyata adalah Indrayan bersama seorang bawahannya bernama Badhu terus berlari hingga melewati sebuah lapangan luas memasuki sebuah ladang milik warga sekitar.

Kumba yang kini berhasil menyusul mereka segera menghadang dan terjadilah perkelahian dua lawan satu di tempat itu.

"Sihir Sakti berani cari gara gara dengan ku ya?"

BERSAMBUNG. . .

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!