"Assalamualaikum, boleh nggak Alice masuk ke hati Om dokter?" Alice Rain menyengir.
Penari ice skating menyukai dokter yang juga dipanggil dengan sebutan Ustadz. Fakhri Ramadhan harus selalu menghela napas saat berdiri bersisian dengan gadis tengil itu.
Rupanya, menikahi seorang ustadz, dosen, sekaligus dokter yang sangat tampan tidak sama gambarannya dengan apa yang Alice bayangkan sebelumnya.
Happy reading 💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesel banget!
Hasan bin Ziyad meriwayatkan dari Abu Hanifah RA, bahwa laki- laki boleh melihat telapak kaki perempuan merdeka bukan mahram, sebab perempuan itu perlu membuka telapak kakinya ketika berjalan dengan kaki telanjang atau memakai sandal.
Sebab, ia tidak pasti menemukan khuff atau semacam kaus kaki setiap waktu. Selain itu, juga terdapat Mazhab Hanafi yang membolehkan laki- laki melihat betis wanita, asalkan tidak disertai syahwat.
"Kapan siapnya?" Fachry bersabar jika Alice ingin menunggu siap. Tapi, apakah Tuhan sabar menunggu pertaubatan Alice nantinya?
Tidak ada yang tahu kapan berakhirnya usia kita. Bukankah sebaiknya menunaikan kewajiban seolah- olah esok kita akan mati?
"Belum pokoknya, Dok!" Alice menggerutu kembali ketika meraih piyamanya.
Fachry menghela napas, dia pernah melihat tahap demi tahap orang berhijrah, dan Alice termasuk tidak begitu sulit untuk ditujukan ke arah yang lebih baik, buktinya Alice mau saat dia minta untuk menghapal surah pendek.
Hanya perlu waktu, karena Alice memang dibiasakan begitu sedari dulu. Fachry sabar selagi Alice tak kurang ajar, dan sejauh ini, Alice tetap menjaga tata karma.
"Dokter tolong Alice!!" Dari pintu kamar mandi Alice melongok keluar, dan Fachry menatap gadis yang agaknya sudah melepas pakaian.
"Apa lagi?" Sebentar lagi Ashar, gadis itu mulai drama seperti pagi tadi rupanya, minta ini, minta itu, bahkan menggodanya.
"Biasanya Alice kan ke spa, tapi karena uang jajan Alice cuma 15 juta. Makanya sekarang, Dokter yang bantu Alice gosok punggung!"
"What?" Fachry membelalak. Dia sudah cukup tersiksa ketika Alice mendesah, jangan lagi menyiksanya dengan tubuhnya yang licin.
"Nggak mau ya?" Alice pura pura menangis dengan suara manja. "Cepetan!"
Fachry bisa apa? Dia memang hanya memberi Alice 15 juta karena menurut dirinya, Alice perlu belajar menghemat.
Masih banyak anak- anak yang kelaparan di luar sana dan Alice menghabiskan uang untuk produk yang harganya belasan juta untuk satu botolnya.
"Gosokin punggung Alice!" Alice membelakangi Fachry. Duduk di dalam bathtub dengan kondisi sedikit genangan air.
Alice ingin menggosok seluruh tubuhnya dengan lulur dan wewangian. Itulah kenapa dia memanggil Fachry untuk pertolongan.
Lumayan, sekali spa bisa jutaan rupiah, makanya dengan meminta tolong kepada Fachry, dia bisa menghemat uang jajan yang tidak seberapa banyak.
"Ayok, Dok!"
Fachry mulai mengusap kening karena sedikit pening melihat punggung licin istrinya, apa lagi matanya telah lancang untuk berlari ke bawah, tepatnya di kedua bulatan sintal yang juga licin karena sabun.
Fachry berjongkok, dulu dirinya tak pernah mengenakan bathtub. Dan ternyata setelah istrinya datang, bak ini ada gunanya.
"Pakai ini!" Alice memberikan lulur kasar pada Fachry, dan diterima dengan baik. Fachry lalu meraih krim bertekstur seperti pasir itu untuk di balurkan ke punggung Alice.
Alice rasa, pijatan dan gosokan Fachry lumayan enak juga. "Ahh..."
"Bisa diem nggak?" Fachry mendorong punggung Alice bahkan mencubitnya.
Bukan Alice jika menurut. Gadis itu justru semakin santer mendesah. "Enak, ah!"
Fachry meremas pinggang gadis itu, kecil, licin, dan sungguh otak Fachry mulai berkelana ke mana- mana. "Jangan kira aku nggak bisa paksa kamu, Alice Rain!"
Alice sudah tidak takut kalaupun harus ditusuk, Alice mau lihat seberapa berani dokter lempeng ini menangani dirinya.
"Ayok sini, paksa Alice!" Alice bahkan berbalik dan menyandarkan tubuhnya, membuka paha agar Fachry melihat bagian depannya.
Siapa yang tidak meneguk ludah? Fachry normal, melihat kemulusan yang Alice suguhkan tentu saja membuat dirinya goyah.
Apa lagi kaki Alice yang jenjang, dia suka sekali berfantasi dengan itu. Belum lagi, warna merah muda di tengah sana, ah Fachry ingin mencoba menyesapnya.
"Yakin?" Fachry bertanya serius.
"Di bathtub enak juga kayaknya." Alice mendekati Fachry, kalau biasanya wanita yang grogi, kini Fachry yang bergetar.
Alice pikir, tubuhnya tidak membuatnya ingin menerkam? Andai tidak kasihan, mungkin Fachry sudah menghancurkan gadis ini.
"Kamu pernah melakukannya?"
Fachry akan langsung menyerang gadis itu, jika Alice mengangguk mengiyakannya, tapi Alice justru menjawab dengan kalimat aneh.
"Alice tahu formasi bathtub juga liat di film, kalo hubungan kayak gitu Alice belum pernah sama sekali sih!" katanya.
Ya Tuhan! Fachry memutar bola matanya, dia pikir Alice sudah berpengalaman. Gayanya terlalu mirip suhu, padahal bisa saja kenyataannya nanti, gadis nakal ini menangis.
Kalau kasusnya amatir, Fachry yakin bathtub bukan tempat yang cocok. "Jaga matanya, jangan suka nonton film dewasa!" tegurnya.
Alice meraba dada bidang suaminya dengan menyertakan senyum menggoda, baju koko putih yang Fachry pakai kini basah.
"Kalo nggak liat film, Alice nggak bisa service Dokter dengan baik," bisiknya. Fachry terbawa suasana karena Alice menjilat telinganya.
Pria itu merangkum dagu Alice, menatap gadis itu dengan sensual yang keluar secara alamiahnya, tanpa dibuat- buat. "Sekarang tunjukkan, gimana cara kiss yang baik?"
"Dih modus!" Alice memercikkan air pada wajah Fachry yang akhirnya menariknya hingga bertaut bibir mereka bahkan tergigit.
"Dokter!" Alice kesakitan. Gigitan Fachry bukan gemas atau mesra, melainkan pedih yang dirasa dendam bagi Alice. "Sakit!"
Fachry bangkit, berdiri sambil menyapu seluruh pakaian yang sudah harus ganti dengan yang baru lagi. "Sekarang mandi, setelah ini ikut Mas shalat ashar!"
"Nggak mau, Mas!" Alice meraba leher sendiri, menggoda suaminya lagi dengan seksi.
Fachry bisa menahannya, karena Alice akan kesakitan jika di sini. "Aku kurangi limitnya kalau sekali saja kamu coba- coba buat tidak shalat selama menjadi istriku!" ancamnya.
Alice memberengut. "Alice rasa Mas Dokus Fachry lebih kejam dari pada malaikat!"
Fachry harus ke kamar mandi yang ada di luar, dia perlu mengganti pakaian. "Mas tunggu di pesolatan!" serunya.
"Punggungnya gimana?" Alice berteriak karena Fachry sudah keluar. "Alice belum selesai loh mandinya. Nanti kalo punggung Alice berdaki gimana?"
Fachry takut apa? Lagi pula punggung semulus itu, bahkan daki saja terpeleset mungkin. "Nggak ada waktu lagi, sebelum adzan ashar sudah harus keluar!"
"Ih kesel!" Alice menampar permukaan air hingga terciprat ke mana- mana. "Ternyata jadi istri ustadz tersiksa banget!"
...🎬🎬🎬...
🎬🎬🎬
^^^🎬🎬🎬^^^
Drama bertengkar dengan ustadz sudah menjadi kebiasaan Alice. Akhir- akhir ini ustadz Fachry semakin menunjukkan tabiat pabriknya.
Tukang ngatur, tukang sunat uang jajan, tukang mengancam. Pokoknya semua tukang sudah diborong ustadz tampan itu.
Subuh tadi contohnya, Alice masih mengantuk tapi sudah disuruh shalat, mandi air dingin karena water heater kebetulan mati.
"Gimana? Enak jadi istri ustadz?" Dewi datang- datang bertanya. Hal yang membuat Alice menampar pundaknya dengan buku tebal.
Keduanya duduk di kursi laboratorium. Hari ini akan ada pengenalan anatomi, dan mau tidak mau Alice harus ikut walau entahlah, sama sekali tidak tertarik belajar itu.
"Jajan 15 juta doang, enaknya di mana?!"
Dewi terkakak jahat meski iba. "Seorang Alice? Jajan 15 juta seminggu?"
"Seminggu masih mending!" sela Alice.
"Terus?" Dewi rasa, 15 juta seminggu sudah cukup kecil untuk Alice yang kesehariannya sangat amat royal.
"Sebulan!" Alice menghentakkan kakinya, kesal dengan nasib hidupnya. "Bayangin, skincare Gue ajah udah 12 juta lebih!"
"Terus gimana?" Dewi masih tak bisa menahan tawanya meski dia juga cukup kasihan dengan nasib seorang princess.
"Ustadz tapi kikir!" rutuk Alice. Bagaimana cara dia membeli baju di butik kalau uang jajannya hanya 15 juta? Ah, ingin berteriak!
"Dulu lu semangat banget dapetin tuh Dokter, terus sekarang nyesel?"
"Enggak nyesel!" Alice menyela.
"Gue masih TER-FACHRY- FACHRY! Gue bahkan udah siap diunboxing kemarin. Tapi kalo 15 juta sebulan, ya gimana dong? ... Masa seorang Alice harus pake bedak bayi?"