Ara harus cepat-cepat kembali ke Indonesia karena mendengar bundanya sakit. Dia sampai harus kehilangan kontrak kerjasama dengan salah satu perusahaan yang sudah lama diincarnya karena mengkhawatirkan kondisi sang bunda. Namun apa yang terjadi di Indonesia tidak sepanik seperti apa yang ada dalam benak Ara.
Bahkan ini semua hanya rencana sang bunda untuk menjodohkan Ara dengan putra dari teman baiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Niken Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengkhianatan
Flashback on
"Apa yang kalian lakukan?" Ara memergoki suatu kejadian yang tidak pernah terlintas di benaknya.
Ara bergegas pergi dari tempat itu. Dia setengah berlari sambil menangis. Sungguh hal ini tidak pernah terlintas. Orang yang dia percayai selalu bertindak baik, kini tega memperlakukan nya seperti ini.
"Ra, tunggu, dengarkan penjelasanku,"ujar lelaki muda itu sambil berusaha menghentikan Ara yang berlari di tengah derasnya hujan.
"Lepaskan aku, kak, lepas!"teriak Ara sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan lelaki itu.
"Tidak, Ra. Tidak. Aku tidak akan melepaskan mu, sebelum kamu dengarkan dulu penjelasan ku,"ujar lelaki itu kekeh dengan pendirian nya.
"Tidak perlu dijelaskan. Semua yang aku lihat kurang jelas apa lagi." Ara berusaha melepaskan dirinya dari pelukan erat lelaki itu. Namun, lelaki itu bersikeras untuk tidak melepaskan Ara.
"Tidak, Ara, tolong dengarkan dulu penjelasan ku."
"Baik, jelaskan apa maumu. Tapi lepaskan aku dulu!"bentak Ara. Lelaki itu pun melepaskan pelukannya. Ara berbalik menatap lelaki itu. Dia sudah malas meladeni lelaki itu setelah apa yang baru saja dilihatnya.
"Ara, ini semua tidak seperti yang kamu lihat."
"Lalu tidur berduaan dalam kondisi seperti itu apa maksudnya?"ucap Ara ketus. Dia tidak suka mendengar nada lelaki itu yang tampak tidak mengakui apa yang baru saja dia lakukan.
"Itu semua karena pengaruh alkohol, kita tidak melakukannya karena diantara kita ada perasaan yang...."
"Cukup! dia saudari Perempuanku. Kamu tahu itu kan? Lalu kenapa kamu lakukan itu padaku." Ara tidak habis pikir dengan pola pikir lelaki ini. Dia bahkan menyalahka alkohol.
"Kalau kamu lebih suka dia, katakan lebih awal, jangan bersikap seperti ini. Dia sedang mengalami masalah. Dan kamu berbuat hal tidak pantas itu dengannya. Sekarang kamu ingin aku memahami apa? Tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi. Bertanggung jawablah dengan perbuatanmu kak, selamat tinggal,"Ara segera berlari meninggalkan lelaki itu yang masih berteriak - teriak memanggil namanya.
Ara berlari menembus derasnya hujan. Hati Ara begitu sakit melihat lelaki yang selama ini dia idolakan. Lelaki yang dia sukai sejak dulu justru tertangkap basah sedang beradegan panas dengan sang kakak.
Ara tidak menyangka akan mendapati kejadian seperti ini. Ara berlari semakin kencang menembus derasnya air hujan. Dia ingin menangis sepuasnya di bawah guyuran air hujan. Dia ingin berteriak sepuasnya dibawah derasnya curah hujan. Hingga tidak ada satupun yang mendengar kesedihan yang sedang dia tanggung sekarang.
**
Ara berjalan pulang kerumah dengan tubuh basah kuyup. Dengan sedikit menggigil dan raut wajah yang pucat karena terlalu lama berada di bawah hujan. Ara hampir sampai di dekat rumahnya saat dia melihat ada mobil polisi yang mendatangi rumahnya.
Ara melihat sang ibu menangis meraung-raung di dekapan sang kakak. Ara segera berlari mendekati mereka.
"Kak Angga apa yang terjadi?"tanya Ara tampak wajahnya ikut panik meihat kondisi sang ibu yang seperti itu.
"Anggi mengalami kecelakaan, aku akan segera ke rumah sakit, kamu jaga bunda ya, Ra."
"Tidak, ngga, bunda ikut kamu, bunda mau lihat kondisi Anggi."
"Tapi, Bun..."
"Biar aku yang jagain bunda, kak. Kita semua berangkat,"ucap Ara menengahi perdebatan antara ibu dan kakaknya.
"Baiklah, kita berangkat semua."
**
"Abimanyu, kamu di sini juga?"tanya Angga begitu sampai di rumah sakit dan melihat temannya itu ada di sana.
"Ya, aku ada bersama Anggi saat kejadian itu,"ucap Abimanyu.
"Kak,"panggil Ara dan seketika dia terdiam melihat Abimanyu ada di sana juga.
"Kita lihat keadaan kak Anggi dulu,"ajak Ara kepada kakaknya.
"Baiklah,"Angga berjalan mengikuti adiknya itu. Abimanyu mengikuti mereka berdua berjalan di belakang.
Sang bunda tampak masih menangis sambil memegang tangan putrinya. Anggi tampak pucat.
"Bim...."terdengar suara rintihan Anggi meskipun pelan dan tampak menahan kesakitan.
"Nak Bima, Anggi memanggilmu,"ujar sang ibu.
Angga seketika menoleh ke arah temannya,"ajak dia bicara,"perintah angga. Abimanyu pun melangkah mendekati Anggi.
"Aku di sini nggi, kamu jangan takut,"ucap Abimanyu sambil memegang tangan Anggi.
"Jangan pergi...."ucap Anggi pelan lalu kembali terdiam. Mungkin pengaruh suntikan yang diberikan dokter.
Melihat itu semua membuat Ara merasa sesak napas. Dia hanya bisa menahan dirinya. Ada bunda dan kakak tertuanya di sana. Dia tidak boleh lepas kendali.
Angga pun merasa ada yang aneh dengan sikap ketiga orang di depannya itu. "Bim, kita bicara di luar,"ujar Angga dan Abimanyu pun mengangguk mengiyakan ajakan Angga.
Flashback off