Menjadi penanggung jawab atas kesalahan yang tidak dia lakukan, itulah yang harus dilakukan oleh Arumi. Menanggung luka atas goresan yang tak pernah dia ciptakan. Terlebih lagi orang yang menyebabkan lukanya adalah lelaki yang dia cintai. Setiap pembelaan yang dia ucapkan hanya dianggap omong kosong. Kekuasaan membungkam semuanya.
Bintang, polisi tampan yang menangani kasus kematian adik kandungnya sendiri. hingga sebuah fakta dia dapatkan sehingga memaksanya untuk memilih antara cinta dan keluarga.
Pengorbanan, cinta, air mata, dan siksa akan menjadi satu dalam cerita ini. selamat membaca
ig : @nonamarwa_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Marwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
HAPPY READING
Hari yang mendebarkan datang. Waktu menunjukkan pukul sepuluh lewat lima menit. Seisi ruangan meja hijau yang dipusatkan oleh satu orang yang kini duduk di bagian pinggir ruangan bersama tim pengacaranya. Ya, hari ini adalah sidang terakhir dari Arumi sebagai terdakwa dalam kasus kematian Kintani.
Dari semua orang yang menghadiri, Agnes nampak heran ketika memperhatikan ke arah pihak keluarga Hutama dan tim penasihatnya. Perasaanku kenapa tidak enak ya? Kenapa dari pihak keluarga Bintang sama sekali tidak menghadirkan saksi. batin Agnes dalam hatinya karena melihat keanehan dalam keluarga Hutama.
Sedangkan di pihak Arumi, Agnes telah berhasil membawa Ibu Ida dan Ibu Rita kedalam persidangan ini dengan status sebagai saksi. Targetnya kali ini adalah menguak segala rencana licik yang dimainkan di belakang layar oleh tim pengacara Harun dan memberikan kebebasan kepada klien nya, Arumi.
“Panitera, apakah semua pihak yang bersangkutan dalam persidangan ini telah hadir?” tanya Hakim Ketua yang akan segera memulai persidangan kepada Panitera persidangan.
“Bagaimana terdakwa?” tanya panitera ke arah pihak Arumi.
“Sudah lengkap, saksi yang akan kami ajukan juga sudah hadir yang mulia” jawab Agnes yakin.
“Baiklah. Bagaimana pihak penggugat?” kali ini Panitera memastikan kepada pihak Hutama.
“Sudah yang mulia.” Jawab Harun singkat.
“Baiklah, maka dengan ini persidangan secara resmi saya buka. Tok-tok-tok” bunyi palu gavel menandakan persidangan telah dimulai oleh Hakim ketua.
Bismillah. Semoga Engkau permudah segalanya untuk hamba ya Allah, hamba tidak ingin dipenjara ya Allah. Arumi memohon dalam hatinya. Sungguh, sangatlah berat bagi Arumi menghadapi semua ini, sudah tidak kuat rasanya Arumi menahan semua ini. Semua air matanya menggambarkan betapa pilu hati dan jiwa yang kini dimiliki Arumi.
Jaksa Penuntut Umum diberikan waktu oleh Hakim Ketua menyampaikan ringkasan hasil persidangan sebelumnya untuk memulai persidangan ini.
“Berdasarkan keputusan sidang sebelumnya, terdapat dugaan bahwa saudari Arumi sebagai terdakwa tidak pernah bersekolah di sekolah yang sama dengan korban. Apakah pihak penggugat ingin memberikan pernyataan tambahan, bukti atau saksi untuk lebih menguatkan pernyataan yang disampaikan oleh saudara Harun dalam sidang sebelumnya?” tanya Hakim kepada pihak pengacara Hutama.
“Izin menyampaikan yang mulia. Dari kami tidak perlu mendatangkan saksi karena sudah jelas yang mulia, segala pernyataan yang telah kami sampaikan sudah sangat membuktikan bahwa memang Arumi adalah tersangka dari kasus kematian korban. Dan bukti foto buku siswa yang juga disampaikan langsung oleh pihak pengacara terdakwa sudah membuktikan kalau memang Arumi pernah bersekolah di sekolah yang sama. Dan pada sidang kali ini, kami membawa bukti ijazah dari saudari Arumi.” jawab Harun sambil mulai memperlihatkan bukti yang telah dikumpulkan nya untuk kelanjutan persidangan ini.
Apa yang sebenarnya telah Ayah lakukan? Kenapa sejauh ini perbuatanmu Ayah? Apakah Ibu dulu tidak pernah mendampingi Ayah untuk selalu berbuat benar? batin Agnes yang lagi – lagi dibuat tidak percaya oleh segala sesuatu yang dilakukan oleh ayahnya sendiri yang bertentangan dengan nya di persidangan ini.
Apakah uang memang benar – benar di atas segalanya bagimu, Ayah? Lanjut Agnes dalam batin nya.
Bukti ijazah yang diucapkan oleh Harun diantarkan dan diletakkan di meja bukti yang akan diperiksa oleh para hakim pemimpin persidangan dan dilakukan pemeriksaan keaslian dokumen oleh tim forensik persidangan.
Disaat para hakim memeriksa bukti yang sedang ditunjukkan keluarga Hutama, Arumi bersama tim pengacaranya melakukan diskusi. “Aku tidak paham dengan semua ini, mengapa keluarga Hutama bisa membuat bukti seperti itu? Ini benar – benar sebuah kebohongan yang dilakukan untuk membenarkan kesalahan” ucap Arumi bingung kepada Agnes dan tim nya.
“Sabarlah Arumi. Kali ini kita memiliki bukti buku data siswa dan membawa dua saksi yang melihat tim pengacara Hutama yang datang lebih dulu mengambil ijazahmu. Terus terang, aku sendiri merasa tidak percaya bahwa Harun telah melakukan sabotase sampai sejauh ini.” Jawab Agnes yang memang jujur karena tidak percaya dengan kelakuan Ayahnya.
“Tetaplah berdoa Arumi, tuhan pasti selalu menunjukkan kebenaran diatas kebohongan. Percayalah, kami pun akan membuktikan bahwa kamu tidak beralah dalam kasus ini. Lawan kita memang bukan orang biasa, tapi bukan berarti mereka berhak atas segala kehendak mereka," tambah Tasya dan Rendi untuk membuat Arumi dan Agnes kembali fokus dalam kasus ini.
Sementara dari keluarga Hutama, semua anggota keluarga itu menyimak apa yang disampaikan oleh Harun. Hutama memang tidak heran, karena ini semua memang berasal dari akal bulusnya yang menginginkan Arumi jauh dari Bintang. Berbeda dengan yang lain, semuanya ada sedikit perasaan tidak enak termasuk Ali kali ini.
Kau sudah terlalu jauh Mas, semoga ini semua ada sedikit benarnya, karena jika tidak, akan ada imbalan setimpal yang akan kita terima Mas. Ucap Tyas dalam hatinya sambil memandang Hutama.
“Semoga ini memang kebenaranya ya Mi,” Ucap Bintang kepada Sasmita.
“Ya, semoga memang ini kebenarnya. Karena jika salah, entah apa balasan yang akan kita terima nanti. Baik di dunia, atau di akhirat. Mami tidak mau membayangkan nya," jawab Sasmita datar kepada Bintang.
“Ijazah ini adalah asli. Dan bukti ini artinya menunjukkan bahwa saudari Arumi ternyata memang pernah bersekolah di sekolah yang sama dengan korban," ucap seorang Hakim Anggota mewakili semua hakim yang telah melihat bukti tersebut.
“Bagaimana dengan terdakwa, apakah pihak saudari memiliki pembelaan?” lanjut Hakim Ketua bertanya ke arah Arumi.
“Terimakasih atas waktunya yang mulia. Pembelaan kali ini akan langsung saya sampaikan karena pernyataan dari saudari Arumi memang sudah benar adanya. Dari awal sidang sebelumnya, saudari Arumi sudah menyatakan bahwa saudari tidak pernah bersekolah di sekolah yang sama dengan korban. Bahkan namanya pun tidak pernah saudari Arumi kenali. Dan kali ini, kami menghadirkan bukti yaitu buku data siswa yang kemarin sudah saya sampaikan. Mohon dicek di bagian lembar data siswa Arumi dan silahkan dibandingkan dengan kertas data siswa yang lain,” sambut Agnes menjawab langsung pertanyaan Hakim.
Sebelumnya Agnes memang sudah memnta izin kepada Arumi untuk menjawab semua pertanyaan dalam persidangan ini.
Setelah buku data siswa itu dikumpulkan, pihak hakim mengutus tim forensik persidangan untuk mengecek perbedaan yang disebutkan oleh Agnes. Pengecekan ini membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk mengetahui perbedaan secara spesifik antara lembar data Arumi dengan data siswa lain.
Bunda percaya kamu akan selalu membawa kebaikan untuk Bunda, nak. Semoga dimulai dari hasil persidangan ini kamu memang menjadi berkah baik bagi Bunda pribadi ya, nak. Arumi berbicara lewat hati dan perasaanya kepada calon buah hatinya itu.
Senyumnya terbit karena Arumi melihat semangat yang ditunjukkan Agnes untuk membantunya, walaupun Arumi sebenarnya sudah sangat pasrah menghadapi kenyataan pahit ini.
.....
Setelah sekitar satu jam, hakim mendapatkan hasil pengecekan yang dilakukan tim forensik persidangan.
“Setelah dilakukan pemeriksaan, kami mendapatkan kejelasan bahwa buku data siswa ini juga asli dan tidak terdapat perbedaan baik dari format tulisan, format gambar, dan format kertasnya. Perbedaan antara kasar dan halus ini adalah kesalahan yang terjadi karena kesalahan produksi perusahaan pembuat kertas ini yang tidak disadari oleh pembuat buku ini. Kami bisa menjamin kalau ini memang asli,” jawab salah satu dari tim forensik persidangan
DEG