Tidak ada gadis yang mau menikah dengan lelaki beristri, apalagi dalam keterpaksaan ibu tiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Menghina.
Sosok orang yang datang itu ternyata, Wulan. Daniel sangatlah terkejut dengan kedatangan istri pertamanya, Kenapa bisa Wulan mengetahui letak rumah yang ia beli untuk istri keduanya.
"Wulan, kamu datang ke sini?" tanya Daniel, di mana langkah kaki wanita bernama Wulan itu mendekat, semakin dekat. Hingga Daniel berdiri berhadapan dengan istri pertamanya.
Sarla yang melihat pemandangan di mana mereka bertatapan mata, hanya menundukkan pandangan. Entah kenapa hatinya merasakan rasa sakit yang tak biasa. Seperti tersayap tipis tipis. Atau karena dia merasakan menjadi seorang istri, saat suaminya bersama wanita lain.
Sarla berusaha menepis pikiran jeleknya, ia harus bisa menyadari dirinya sendiri, bahwa Sarla hanyalah seorang istri sesaat yang dibutuhkan untuk melahirkan seorang anak.
Setelah itu, dia akan dibuang menjadi sebongkah sampah yang tak dibutuhkan.
"Sayang, baru sehari kamu pergi aku begitu rindu kepada kamu."
Tangan lembut Wulan, mengusap pelan pipi suaminya, ia tersenyum lebar, hingga dimana Sarla melihat keduanya saling menatap penuh dengan rasa cinta.
Berbeda dengan tatapan mata Daniel yang menatap Sarla, penuh dengan kebencian.
"Sayang, aku kan sudah bilang sama kamu saat di rumah. Sekarang jatah dimana aku menemui Sarla."
Wulan memperlihatkan kedua bibirnya yang memanjang, ia ingin mendapatkan respon ciuman dari Daniel.
"Sayang malah diam saja."
Sarla berusaha tidak menatap kedua insan yang berada di hadapannya, entah kenapa ketika melihat suaminya bersamaan dengan istri pertamanya, perasaannya begitu sakit. Apa ini dinamakan api cemburu?
Daniel yang memang mencintai Wulan kini merespon ciuman istrinya itu, dari balasan ciuman Daniel. Ada sosok wanita yang merasa iri dengan kemesraan keduanya.
Padahal tadi Sarla berniat untuk memperlihatkan wajahnya di hadapan sang suami, tapi sekarang, iya urungkan niatnya itu.
"Sayang, gimana kalau kita ke ruang tamu, gak enak kalau kita ada di sini." ajak Wulan kepada suaminya.
"Ya sudah ayo," balas Daniel. Menggandeng istri pertamanya penuh cinta dan kehangatan.
Mereka berdua bersama mengabaikan Sarla yang duduk di atas kasur.
*******
Kini Sarla hanya bisa ditemani oleh pembantu di rumahnya. Pembantu yang sudah berumur itu, memegang punggung tangan Sarla." yang sabar ya nyonya. "
kata-kata itu membuat Sarla tersenyum kembali, padahal hatinya belum merasakan rasa cinta pada Daniel, namun entah kenapa hatinya merasa sakit jika Daniel bersama wanita lain.
Menepis dan tidak terlalu memikirkan kemesraan suaminya.
*******
Daniel duduk berdampingan dengan Wulan, tangan kekarnya mengusap perlahan rambut yang terurai panjang, tersenyum bahagia ketika melihat pujaan hatinya sedikit demi sedikit berubah.
Wulan memegang tangan Daniel, mencengkram begitu erat, bibir tipisnya kini berucap." Aku akan menjadi istri yang baik untuk kamu, berjanji akan berubah, tidak ingin mengejar cita-citaku lagi sebagai model."
"Aku pegang janjimu itu, tapi kamu harus meperlihatkan bukti. Jika kamu benar-benar berubah dan ingin menjadi seorang istri seutuhnya untukku."
Wulan menganggukan kepala, wanita itu kini memeluk tubuh suaminya, Daniel mengusap pelan rambut panjang istrinya itu.
Hingga pundak belakangnya terlihat, Daniel mengerutkan dahi, ada tanda merah yang sudah memudar, dimana tanda merah itu seperti gigitan yang lama dari seorang lelaki.
Melepaskan pelukan Wulan, wanita itu merasa heran dengan pelukan yang tiba-tiba dilepaskan oleh suaminya.
"Kamu kenapa sayang?" tanya Wulan. Daniel menggelengkan kepala ia tak mau berprasangka buruk sebelum ada bukti yang ia lihat.
Perut Wulan tiba-tiba bersuara menandakan bahwa perutnya ingin di isi.
"Perut kamu bersuara sayang."
Wulan merasa malu dan kini menjawab, " aku lapar."
Daniel mencubit hidung istrinya, menyuruh bulan untuk makan," ya sudah. Kita makan dulu, kebetulan pembantu di sini sudah menyiapkan makanan."
Wulan tentulah tampak senang, ia mulai berdiri untuk segera mengisi perutnya yang terdengar bersuara.
Daniel menyusul istrinya, ia ikut Duduk berdampingan dengan istrinya.
Sarla baru saja keluar, ikut serta makan bersama.
Semakin ke sini Wulan, semakin memperlihatkan perhatiannya kepada Daniel, hanya dengan cara ini Wulan bisa menutupi perselingkuhannya dengan Angga.
Ia takut jika Daniel membahas tentang hilangnya semua ATM dan juga uang, begitupun mobil Wulan.
"Oh ya sayang. Apa kamu masih ingat wajah pelaku yang sudah membawa kabur semua barang berharga milik kamu?"
Padahal dari tadi Wulan berusaha menghindari pertanyaan itu, ia tak mau membahas lagi. Masalah hilangnya semua benda berharga wulan
"Entahlah sayang. Aku juga lupa wajahnya karena saat kecopetan itu, dia memukul kepalaku dengan kayu besar hingga membuatku jatuh pingsan di pinggir jalan."
Ada kejanggalan akan cerita yang terlontar dari mulut istrinya itu.
"Kamu tenang saja, urusan ini aku akan urus, untuk barang barang kamu yang hilang akan aku ganti."
Ada rasa senang dan juga rasa takut. Dimana Wulan kini berucap," sudah sayang. Tak usah, biarkan saja, aku takut mengganggu perkerjaan kamu."
"Sudah kamu jangan pikirkan tentang pekerjaanku, soal pencopet itu, bisa aku urus dengan memerintahkan orang lain."
Deg ....
Semakin ke sini, semakin ketakutannya Wulan, saat Daniel akan mencari tahu orang yang sudah membawa barang-barang berharga milik istrinya.
"Bagaimana ini?"
Wulan berusaha tetap tenang tidak memperlihatkan kepanikan dalam wajahnya.
"Sarla, aku lupa memperkenalkan kamu dengan istriku."
Wulan mencoba untuk bersahabat dengan istri kedua suaminya itu, walau sebenarnya hatinya sangat kesal, ia ingin sekali menjambak cadar yang menutupi wajah istri kedua Daniel.
"Pake hijab terus tertutup, kok mau maunya sama istri orang." Gerutu Wulan, membuat Sarla hanya menundukkan wajah, ia berusaha bersalaman dan tetap menjaga emosi.
Daniel berusaha mengabaikan perkataan istrinya itu, ia sekilas melihat ke arah Sarla, ada rasa tak enak hati dalam diri Daniel.
Sarla kini mengunyah kembali makanannya, di mana Wulan melontarkan sebuah perkataan.Yang pastinya membuat hati salah sangat sakit, " Apa ibu kamu tidak mengajarkan kamu waktu kecil ya. Sampai bisa bisanya menikah dengan istri orang."
Daniel berusaha menahan ucapan istrinya itu, " Wulan cepat makan makanannya."
" Tunggu sayang aku belum puas berbicara dengan wanita berhijab ini, Oh ya kamu Sarla, Aku peringatkan kamu, jangan terlalu berharap dengan suamiku, karena Suamiku itu hanya menikahi kamu untuk melahirkan seorang anak."
"Aneh ya, bisa-bisanya ada wanita sok alim seperti kamu, mau dipoligami dan di manfaatkan untuk melahirkan seorang anak. Di mana harga diri kamu sebagai seorang wanita, sepertinya ibu kamu itu gagal mendidik kamu menjadi wanita yang bisa menahan harga diri."
Hinaan untuk sarla bisa ia terima. Tapi saat hinaan itu menuju ke arah ibunya, Sarla tak tinggal diam, ia kini memukul meja makan dengan begitu keras," Hai, Wulan. Saya peringatkan pada kamu jangan sekali-kali kamu menghina ibuku. karena dia tidak punya salah apa-apa tentang pernikahanku ini."
Pembelaan. Tepuk tangan dari Wulan.