NovelToon NovelToon
Gamer Siblings Who Become The World'S Apocalypse

Gamer Siblings Who Become The World'S Apocalypse

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Pemain Terhebat / Penyeberangan Dunia Lain / Fantasi Isekai
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Alif R. F.

Samael dan Isabel, dua bersaudara yang sudah lama tinggal bersama sejak mereka diasuh oleh orang tua angkat mereka, dan sudah bersama-sama sejak berada di fasilitas pemerintah sebagai salah satu dari anak hasil program bayi tabung.

Kedua kakak beradik menggunakan kapsul DDVR untuk memainkan game MMORPG dan sudah memainkannya sejak 8 tahun lamanya. Mereka berdua menjadi salah satu yang terkuat dengan guild mereka yang hanya diisi oleh mereka berdua dan ratusan ribu NPC hasil ciptaan dan summon mereka sendiri.

Di tengah permainan, tiba-tiba saja mereka semua berpindah ke dunia lain, ke tengah-tengah kutub utara yang bersalju bersama dengan seluruh HQ guild mereka dan seisinya. Dan di dunia itu, di dunia yang sudah delapan kali diinvasi oleh entitas Malapetaka, orang-orang justru memanggil mereka; Kiamat Dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif R. F., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#24 - The Kneeling Golem

Demigod adalah sosok keturunan dari entitas malapetaka yang sejak dulu telah menginvasi Eirda, yakni sosok yang tidak hanya muncul sekali tapi sudah delapan kali menginvasi dengan jumlah dan wujud yang beragam. Namun terdapat satu hal yang menyamakan mereka, yakni para entitas malapetaka selalu muncul di gunung Teir, di tengah-tengah kubah sentral.

Para Demigod sebagai sosok keturunan entitas pada awalnya diperlakukan sama seperti orang tua mereka sebagai sosok keji dan tidak bisa ditolerir, meski kebanyakan dari demigod adalah anak haram yang seharusnya diperlakukan lebih baik, mengingat mereka juga adalah korban.

Lalu di invasi ke-5, diawali dengan bangsa manusia yang mulai menggunakan para demigod sebagai kandidat pahlawan untuk melawan entitas malapetaka berikutnya, bangsa kurcaci dan elf pun menyusul untuk menggunakan mereka di invasi ke-6. Sejak saat itu, mereka mulai dipanggil sebagai demigod, yang mana sebelumnya hanya dipanggil sebagai anak-anak bencana.

Pada Invasi ke-6, kekaisaran Elf yang hampir runtuh, digantikan oleh seorang Demigod bernama Almar Virmiyar, yang mati di akhir invasi ke-6.

Sementara itu, di masa kini, jumlah Demigod terbilang sedikit karena kemunculan yang ke-8 benar-benar banyak menghabisi mereka, dan tak sampai disitu, para malapetaka di era ke-8 juga tidak menghasilkan keturunan sama sekali.

Selain dari Demigod, juga terdapat beberapa sosok yang disebut sebagai God, dan mereka adalah hasil keturunan dari sepasang Malapetaka itu sendiri. Mereka pertama kali muncul sebagai sosok remaja di invasi ke-7 untuk melawan balik orang tua mereka, membantu para Demigod dan para pahlawan Eirda lainnya. Namun setelah dikalahkannya yang ke-7, para God menghilang dan tidak pernah muncul lagi.

Rumor mengatakan bahwa God menghilang seperti orang tua mereka, yang mana setiap 100 tahun sekali ketika malapetaka tidak berhasil dikalahkan, mereka akan menghilang secara misterius seakan memiliki sistem waktu yang sudah ditentukan. Beberapa sejarawan dan ilmuwan juga mengatakan hal yang sama tentang mereka. Namun meski begitu, tidak ada penelitian yang pasti untuk membuktikan itu semua.

Para ilmuwan dan sejarawan meski sampai sekarang masih tidak mengetahui alasan kedatangan invasi mereka secara pasti, namun mereka sudah dapat memetakan atau memprediksi kapan para entitas malapetaka tiba. Waktu nya secara pasti, dan selalu di waktu yang tepat adalah setiap 125 tahun sekali para entitas malapetaka itu datang untuk menginvasi, dengan waktu 100 tahun masa hidup para entitas malapetaka sebelum akhirnya menghilang secara misterius dan tanpa jejak.

Mikael mengangguk pelan sedang ia duduk dengan serius sembari menyimak penjelasan Bromir. “Lalu, darimana kalian mendapatkan istilah itu? istilah god dan demigod?”

Bromir tanpa jeda kembali menjawab. “Mmmm saya pernah mendengar kalau istilah itu datang dari mulut mereka sendiri. Aku juga tidak paham apa maksudnya … dan kurasa semua orang bahkan para sejarawan dan ilmuwan juga tidak ada yang paham maksud dari istilah itu.”

“Jadi … apakah kalian tahu siapa nama–”

“Kau … kenapa kau dari tadi bertanya tentang mereka? dari mana saja kau selama ini?” tanya Bromir, menatap Mikael dengan tatapan serius.

Mikael berdiri, menciptakan bayangan besar yang menghalangi Bromir. Lalu dengan suaranya yang berat dan penuh dengan otoritas, ia pun berkata, “ini tidak ada urusannya denganmu. Memangnya kenapa kalau aku tidak tahu apa-apa tentang demigod? Apakah itu akan jadi masalah buat mu?”

“B-b-baiklah, Samael, aku hanya bertanya ... jangan marah,” balas Bromir, tertunduk, tampak ketakutan.

“Ya … aku rasa tidak semua orang tahu akan hal itu,” sambung Drisla, “seperti halnya dengan orang-orang dari kepulauan Arkeon. Bahkan sampai saat ini, kepulauan itu sama sekali tidak pernah terjajah oleh entitas malapetaka. Kita bahkan tidak ada yang tahu ada apa di sana selain dari suku asli yang hidup di dalamnya.”

“Hmmm … benar juga.” Bromir yang masih tertunduk, kini ikut mengangguk setuju. “Rumor juga mengatakan kalau para God bersembunyi di sana. Berarti, jika kamu adalah seorang Arkeonian …. apakah kamu seorang God selama ini bersembunyi?! ya, ya, ya, itu benar-benar masuk akal. Apalagi jika melihat kekuatanmu barusan.”

“Bukan … aku bukan god, aku bahkan tidak pernah mengatakan aku dari Arkeon,” balas Mikael, kembali duduk di kursi panjang nya, kemudian menoleh ke arah Drisla. “Satu lagi, tentang kandidat pahlawan, aku dengar pos ini masih mencari kandidat pahlawan, apa itu betul?”

“Iya, betul,” balas Drisla, kini berdiri sambil menyilang tangannya, menghadap Mikael yang duduk seakan ingin menyamai tinggi nya. “Jika ingin, kamu bisa ke kastil pos 55, di sana ada seorang pahlawan manusia yang juga keturunan demigod. Dia akan mengetes kemampuan mu nanti.”

“Apa syarat untuk menjadi kandidat pahlawan?”

“Jika kamu bukan seorang keturunan demigod, maka setidaknya kamu harus memiliki kemampuan bertarung dan beberapa sihir serangan,” jawab Drisla mengusap dagu nya, kemudian mulai berjalan mondar-mandir. “Namun jika kamu adalah seorang keturunan demigod, aku rasa itu akan menjadi sangat mudah, karena mereka mempunyai alat untuk mendeteksi kamu seorang keturunan Demigod atau bukan.”

Mikael masih penasaran dan hendak bertanya kembali, namun, dia merasa dia sudah terlalu banyak bertanya, sehingga membuatnya khawatir jika dia terlalu banyak bertanya, maka mereka sebaliknya juga akan semakin banyak punya pertanyaan terhadapnya.

‘Semakin sedikit mereka tahu tentang kita, semakin baik,’ batin Mikael, kemudian berdiri. “Kalau begitu, terimakasih dan senang berkenalan dengan kalian.”

“Tunggu, kamu ingin ke mana?” tanya Drisla tiba-tiba memegang tangan Mikael, menatapnya dengan tatapan memohon. “Apakah kamu ingin mendaftar menjadi kandidat pahlawan?”

‘Menjadi pahlawan? hmmm, tidak buruk juga. Mungkin dengan menjadi pahlawan, orang-orang di dunia ini tidak akan mencurigai ku,’ batin Mikael, mengelus dagu nya. ‘Kalau begitu, mari daftar dulu, kembalinya nanti saja.’

“Iya … apa kamu mau ikut?”

Drisla memiringkan kepala nya, menatap Mikael dengan mata besar nya yang imut, kemudian langsung berjalan keluar. “Hahaha, kalau begitu ayo, aku akan sekalian mengenalkanmu kepada ibu ku. Dia juga bekerja di citadel di bagian administrasi gudang senjata.”

Melihat Drisla begitu bersemangat seperti anak-anak, Mikael mau tidak mau pun membiarkannya. Namun, belum sempat ia melangkahkan kaki ke luar lapak, Bromir memegang celana nya.

“Hei, bayar dulu! kau sudah menggunakan bahan ku!” Bromir menatap Mikael dengan garang, seolah rasa takut terhadapnya sudah hilang.

“Sepertinya jika itu masalah uang, kau benar-benar tidak pilih kasih ya,” balas Mikael, tersenyum tipis sambil merogoh kantong celana nya, mengeluarkan koin emas dari game. “Ini, aku tidak ada koin lain, hanya ada itu,” sambungnya sambil menyerahkan 1 koin emas tersebut ke tangan Bromir, kemudian langsung berjalan meninggalkannya begitu saja.

Bromir dengan koin malapetaka di tangannya, kini terdiam, terpaku pada bentuk koin emas tersebut yang berkilauan dan mengandung Mana. “Bajingan … ternyata kau adalah salah satu dari mereka juga … keturunan demigod,” gumamnya.

***.

Mikael dan Drisla berjalan secara bersebelahan di antara keramaian, dengan Drisla yang terus memegang kelingking Mikael, sehingga membuat mereka cukup mencolok. Drisla yang seorang kurcaci es, membuat beberapa orang sempat mengira Drisla adalah putri Mikael jika bukan karena kulit nya yang seputih susu, apalagi melihat rambut mereka yang sama-sama berwarna putih.

Beberapa orang yang sempat mengira Mikael dan Drisla adalah merupakan sosok ayah dan putri, dan kini berubah pikiran sesaat melihat Drisla yang merupakan seorang kurcaci dengan tubuh dewasa nya meski berukuran kecil, mulai berpikir bahwa keduanya adalah pasangan dari cinta terlarang.

Semua orang tahu, bahwa ketiga spesies berakal di Eirda tidak ada yang bisa dikawin silangkan, sehingga kini ketika mereka menyaksikan keduanya, mereka justru mulai mengasihani Mikael dan Drisla yang kini sedang berjalan bersama, dengan Drisla yang tampak berjalan dengan begitu riang sambil mengayun-ayunkan tangannya seakan tidak peduli dengan celotehan mereka.

Beberapa mulai ada yang ber gosip. “Aku tidak terbayangkan, mereka pasti sangat frustrasi saat ini, mengingat mereka tidak akan bisa memiliki keturunan.”

“Heh, jangankan untuk memiliki keturunan, aku rasa untuk membuatnya saja mereka akan kesulitan," sambung celotehan seorang manusia wanita di pinggir jalan. "Maksudku, lihat saja tubuh pria tampan itu yang sangat besar … aku yakin "pedang" nya juga sangat besar yang mana seharusnya dia bersama ku saja, daripada bersama kurcaci yang tidak bisa menampung keseluruhan dari "pedang" miliknya hehehe."

Seorang kurcaci wanita, justru merasa bersemangat saat mendengar celotehan itu. “Sebagai seorang kurcaci, aku juga ingin digagahi oleh nya. Haa … dia sangat beruntung hehehe.”

Mikael yang mendengar itu semua, meski jaraknya jauh yang mana seharusnya manusia normal tidak bisa mendengarnya, kini merasa tidak enak dengan Drisla. Apalagi sebagai manusia modern, ia merasa pembicaraan seperti itu adalah sebuah pelecehan seksual terhadap dirinya dan juga Drisla.

Mikael menoleh, mencoba memastikan apakah Drisla menyadari atau tidak. Namun ia hanya mendapati Drisla, yang secara acuh tak acuh tetap berjalan dengan riang sambil terus memegang kelingking nya yang besar. Hal itu, setidaknya sudah membuat Mikael sedikit lebih tenang dengan membuatnya menghela nafas lega.

Kini keduanya terus berjalan, menghiraukan semua gosip dan celotehan para kurcaci dan manusia yang memandang mereka dengan tatapan kasihan namun penuh dengan kesan mesum.

Beberapa menit kemudian, keduanya pun tiba, di depan gerbang citadel yang berdiri kokoh di atas bukit setinggi 5 meter. Dimana untuk bisa mencapai gerbang itu, keduanya harus menaiki jalan yang berkelok, kemudian untuk melewati gerbang yang sudah terbuka, keduanya kini mesti melalui dua golem raksasa setinggi 10 meter yang memegang halberd.

“Dari jauh, aku pikir itu hanya patung yang dipajang di dua sisi gerbang,” ucap Mikael mendongak menatap ke arah dua golem itu, sesaat melihat dua golem menggerakkan kepalanya untuk menatapnya. “Apakah mereka berbahaya? Aku rasa mereka akan segera bergerak sesaat kita mulai melewati gerbang.“

“Jangan khawatir,” kata Drisla, agak menarik kelingking Mikael. “Mereka seperti itu hanya karena merasakan ada keberadaan yang kuat datang mendekati mereka. Dan kata ibuku, asal kamu tidak bermusuhan dengan mereka, mereka tidak akan menyerang mu duluan.”

“Mereka bisa merasakan perasaan kita?”

“Iya … tampaknya.”

“Kamu bahkan terkesan tidak yakin.”

“Hehehe.”

Mikael kemudian secara diam-diam mengaktifkan skill tipe AoE berkelanjutan, yang mana skill ini berfungsi untuk membuat siapapun pada jarak tertentu menjadi bersahabat terhadapnya, asalkan dia tidak menyerang duluan. Sedangkan sewaktu di game, skill ini hanya bekerja kepada NPC, dan skill ini bernama [Friend of Paladin].

Dan dengan begitu, sesaat aura emas yang samar-samar mulai menyelimuti Mikael, keduanya pun mulai berjalan melewati dua golem tersebut.

Perlahan, Mikael memulai untuk melangkah terlebih dulu, kemudian diikuti oleh Drisla dari belakang dengan tetap masih memegang kelingking nya. Beberapa langkah kemudian, mereka pun berhasil melewati dua golem itu, sementara Drisla kini terhenti dan terdiam dengan pandangannya yang terpaku pada dua golem yang tiba-tiba berlutut kepada Mikael.

“Kenapa … kenapa mereka …,“ ucap Drisla kehilangan kata-kata, menunjuk ke arah dua golem yang kini berlutut.

“Oh, Sh*t,” gumam Mikael, menggaruk kepalanya sambil memandang pasrah dua golem yang berlutut tiba-tiba.

***.

Bersambung ….

***.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!