Darren Alfred, seorang mafia kejam yang berkedok Ceo tidak pernah merasakan jatuh cinta dalam hidup nya. Bahkan terhadap ibu dan adik kandung nya sendiri ia bersikap dingin dan ketus.
Bukan tanpa alasan, penyakit aneh yang di deritanya membuat pria itu tidak bisa melihat dengan jelas wajah seorang wanita.
Hingga akhirnya ia di pertemukan dengan Jean, wanita yang pertama kali menarik perhatiannya karena hanya wajah Jean lah yang bisa dilihat oleh Darren. Sampai pria itu terobsesi dan ingin menjadikan Jean miliknya.
Akankah Jean menerima cinta Darren ataukah sebaliknya?
#Cast pemeran bisa liat di Ig @meyda_30
Up 1-2 bab/hari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Pergi bersama Edward
Satu minggu telah berlalu semenjak Jean menerima lamaran Darren. Pria itu meminta ijin padanya untuk pergi ke Jerman. Dimana ada suatu hal yang harus dikerjakan olehnya di sana.
"Ck! Dia tidak menghubungiku sama sekali. Apa di sengaja membuatku khawatir? Atau menghukum ku karena sebelum ini aku selalu mengacuhkannya?" umpat Jean kesal karena Darren tidak pernah mengirim kabar ataupun menanyakan tentang dirinya pada Clara.
Jean memutuskan untuk tinggal di apartemen milik calon suaminya tersebut. Karena ia menolak untuk kembali ke mansion James meski Mommy dan Daddy nya ingin sekali bertemu dengan nya karena merindukan putri semata wayang mereka.
''Ayolah angkat Darren kemana kau menyebalkan sekali sih.''
Tok Tok...
Terdengar bunyi ketukan pintu yang berhasil membuyarkan lamunan Jean. Dengan segera ia melangkah untuk membukanya. Namun senyuman yang terukir di wajahnya musnah sudah saat tau siapa yang datang bertamu.
"Kau! Untuk apalagi datang menemui ku Ed!" pekik Jean mencoba menutup pintu itu tapi ditahan olehnya.
"Ayolah Jean, aku hanya ingin ngobrol denganmu itu saja. Aku janji tidak akan macam-macam seperti saat itu."
Jean memutar bola mata malas menanggapi ucapan Edward yang biasanya lain di mulut lain di hati.
"Jadi bolehkah aku masuk calon kakak ipar?" Edward menggoda Jean dan menyelonong masuk tanpa ijin dan duduk di sofa.
"Seharunya kau tidak meminta ijinku jika ujung-ujungnya begini," kesal Jean menatap Edward dengan tatapan jijik.
Jean duduk di hadapan Edward dan kembali melamun, seakan sedang memikirkan sesuatu. Mereka tidak hanya berdua, tapi dua orang bodyguard juga ikut masuk dan mengawasinya.
"Apa kau bisa mengusir kedua manusia datar ini Jean, menggelikan sekali. Seakan aku ini adalah buronan," Edward begidik ngeri melihat dua orang bertubuh tegap, tinggi dan berotot itu.
"Sudahlah jangan berbelit, katakan saja apa tujuan mu datang kemari. Aku tidak punya waktu meladeni mu sekarang."
"Clara menyuruhku kemari untuk menghiburmu, karena dia sedang sibuk bersama kekasih nya," jawab Edward. Memang benar Clara menyuruhnya tapi karena ia juga ingin melihat keadaan Jean.
"Kau sudah melihatnya bukan? Sekarang keluarlah," Jean mendorong Edward dan mengusirnya keluar. Ia tidak mau anak buah Darren melaporkan hal yang tidak-tidak mengenai dirinya.
"Apa kau mencintai Darren?"
Deg.
Jean terdiam, tenggorokannya tercekat mendengar pertanyaan dari mantan kekasihnya tersebut.
"Apa aku harus menjawabnya?" Jean menunjukan sebuah cincin yang tersemat di jari manisnya.
"Apa ini kurang membuktikan kalau aku sangat mencintainya?"
Edward tersenyum kecut. Ada rasa cemburu yang menyelinap di relung hatinya, wanitanya sudah melupakan dirinya. Hubungan yang terjalin selama lima tahun harus kandas karena keegoisannya yang berselingkuh di belakang Jean.
"Lalu kapan kalian akan menikah, apa dia juga sudah...." Edward tidak melanjutkan ucapannya saat melihat Jean yang berdiri dari duduknya lalu membelakanginya.
"Entahlah, bahkan sampai sekarang dia belum menghubungiku."
Edward bisa melihat wajah murung Jean saat ini. Dan berusaha untuk menghiburnya seperti yang sudah ia janjikan pada Clara.
"Bagaimana kalau kita pergi keluar," ajak Edward antusias.
"No! tidak berminat."
"Hanya malam ini saja. Setelah ini aku tidak akan menganggu mu lagi. Aku juga akan memberi kado spesial saat untuk pernikahan kalian berdua."
Jean berpikir sejenak, tapi Edward sudah terlebih dahulu menarik tangannya.
*
*
"Sebenarnya kita mau kemana Ed, jangan berani macam-macam padaku atau kau akan tau akibatnya."
Edward tersenyum dan melajukan mobilnya ke suatu tempat yang letaknya cukup jauh dari apartemen Darren.
"Kenapa kau mengajakku kemari bodoh!" bentak Jean saat mobil mereka berhenti di depan sebuah club malam.
"Malam ini kita akan bersenang-senang, percayakan semua padaku."
Jean mengiyakan. Selama beberapa terakhir ini sikap Edward memang sedikit berubah. Anggap saja malam ini adalah malam terakhir pertemuan mereka berdua.
"Kau mau minum apa?"
"Seperti biasa, aku tidak mau yang mengandung alkohol."
"Oke baiklah," Edward mengiyakan dan memesan apa yamg Jean inginkan.
Suara dentuman musik semakin terdengar di telinga, Jean merasa risih apalagi dengan pakaian tidur tertutup yang membuatnya di perhatikan banyak mata.
"Selamat menikmati Nona," ucap waiters padanya.
"Bolehkan aku bertanya, dimana letak toilet wanita. Karena yang disebelah sana tadi penuh."
Wanita itu mengangguk dan menunjukan Jean jalan menuju toilet. "Terima kasih."
Sang pelayan menunduk dan pergi.
"Sepertinya kau harus segera masuk Jean." lirihnya perlahan.