Gairah Cinta Sang Mafia
Seorang pria lajang dengan wajah tampan dan rahang tegas berusia 30 tahun, panggil saja Darren menuruni anak tangga menunju meja makan. Penampilan nya sedikit acak-acakan tapi sama sekali tidak mengurangi pesona pria itu.
Darren adalah seorang Ceo muda yang cukup terkenal di kota. Sikap nya yang dingin, datar dan tubuh tegap atletis nya menambah kesan sempurna di mata para wanita yang melihat nya.
Banyak wanita dari yang single, perawan, maupun janda mengantri bahkan berlomba mendapatkan hatinya. Mereka juga rela menyerahkan tubuhnya untuk melayani Darren namun di tolak mentah-mentah olehnya.
Kesuksesan yang ia capai saat ini tidak sebanding dengan kehidupan percintaan nya yang selama ini tidak berjalan dengan mulus. Penyakit yang di derita nya sejak lahir membuat ia tidak bisa melihat jelas wajah seorang wanita, bahkan ibu dan adik kandungnya sendiri.
Sejak saat itu, Darren memutuskan untuk menutup hati dan tidak menjalin hubungan serius dengan wanita manapun meskipun kedua orang tua nya mendesak agar dirinya segera menikah.
"Pagi semua nya," sapa Darren pada semua orang yang sudah berada di meja makan. Pria itu duduk tepat di samping adik perempuan nya, Clara.
"Pagi kak," sapa Clara melirik sekilas ke arah Darren. "Kenapa rambutnya tidak di sisir, lihat kau terlihat seperti belum mandi." ledeknya dengan kekehan kecil.
"Sepertinya kau harus segera menikah sayang, biar ada yang mengurus mu nanti saat kami tidak ada." sindir Lauren, Mommy nya.
Darren menghela nafas tanpa berkomentar apapun. Setiap hari hanya itu yang keluarga nya katakan saat bertemu dengan nya dan membuat nya sedikit muak. Ia lebih memilih tinggal di apartemen daripada harus kembali ke mansion utama dan kembali mendengar ceramah yang baginya tidak bermutu sama sekali.
"Sudahlah, jangan meledek kakak mu sayang. Kau bisa di gigit olehnya nanti," celetuk Bastian yang tak lain adalah Daddy nya.
"Ck!" Darren berdecak kesal dan mulai menyantap makanan yang ada di depan nya tanpa mempedulikan mereka. Meski sikap nya sangat dingin, jauh di dalam hatinya ia sangat menyayangi keluarganya. Terutama Clara, adik perempuan satu-satunya yang harus dia lindungi.
"Kami akan pergi berlibur ke Jerman," ucap Lauren. Wanita itu terlihat cantik dan awet muda meski usianya sudah hampir kepala lima.
"Kenapa mendadak sekali Mom, bahkan kalian tidak memberitahu kami terlebih dahulu." protes Clara yang sedikit kecewa dengan keputusan orangtuanya yang terkesan mendadak.
"Maaf sayang, kami harus melakukan perjalanan bisnis dan tidak bisa ditinggalkan begitu saja."
"Lalu bagaimana denganku Mom, Dad. Aku tidak mau tinggal bersama kakak yang dingin dan menyebalkan itu." ucapan Clara berhasil membuat Darren melotot tajam ke arah nya. Meskipun sebenarnya ia hanya bisa melihat wajah adik dan Mommy nya itu samar-samar.
"Hehe maaf kak aku hanya bercanda." Clara menggaruk tengkuk nya yang tak gatal dan tersenyum kikuk di hadapan Darren.
"Pergilah, aku dan Steve akan menjaga gadis bawel dan berisik ini." Darren berdiri dari duduk nya. "Aku ada meeting penting, jadi tidak bisa mengantarmu ke kampus."
Mereka mengangguk dan membiarkan Darren pergi dari sana. "Mom, bagaimana kakak jadi sedingin itu. Apa nanti ada wanita yang mau menikah dengannya?" gerutu Clara kesal.
Kedua orangtuanya terkekeh melihat tingkah putrinya yang begitu menghawatirkan Darren. "Kakakmu pasti akan segera menikah sayang." tegas Bastian.
*
*
*
Darren berada dalam perjalanan menuju kantor bersama dengan Steve, asisten pribadi sekaligus sahabatnya sejak kecil. Seseorang yang selama ini ada di samping Darren dan mengetahui semua kelemahan juga kelebihan nya.
"Tuan kenapa anda melamun sejak tadi, apa ada masalah?" tanya Steve mencoba untuk membuka pembicaraan. Tidak biasanya seorang Darren terdiam membisu tanpa alasan.
"Tidak." jawab Darren singkat.
"Tapi biasanya tuan tidak seperti ini, saya yakin ada sesuatu yang menganggu pikiran anda." ucap Steve kembali dan kali ini berhasil membuat Darren menghela nafas dan menceritakan semuanya.
"Jadi mereka mau anda menikah tuan?" Darren mengangguk sekilas dan kembali melihat ke luar jendela. Senyuman kecil terukir di bibirnya mendengar penuturan Tuan nya.
"Kau tau bukan aku bahkan tidak bisa melihat wajah wanita dengan jelas bagaimana bisa aku--" belum selesai Darren bicara tiba-tiba saja Steve menginjak rem mendadak.
"Astaga, maafkan saya tuan. Sepertinya saya menabrak sesuatu." Steve turun dan mengeceknya keluar. Benar saja mobil nya menabrak mobil milik orang lain dan membuat bagian belakang nya lecet.
"Stupid!" maki Darren pada Steve dalam hati dan mengambil ponsel nya untuk menghubungi seseorang.
"Oh god!" pekik seorang wanita yang baru saja keluar dan shock melihat keadaan mobil nya yang penyok. "Apa kau tidak bisa menyetir hah? Kalau masih mengantuk sebaiknya kau tidur saja di rumah. Menyebalkan sekali." omel wanita itu pada Steve yang hanya diam tak bisa berkata-kata.
Bagaimana tidak, semua ucapan nya selalu di potong tanpa memberi kesempatan untuk menjelaskan.
"Aku ada meeting dengan rekan bisnisku dan sekarang aku tidak bisa pergi karena ulah mu. Kau harus mengganti rugi." Jean memijat pelipis nya yang terasa pusing. Di tambah lagi wanita itu juga belum sarapan pagi, perutnya terasa lapar.
Darren yang kesal karena menunggu lama di dalam mobil pun keluar dan menghampiri mereka berdua. "Pakai ini dan gunakan sepuas mu." ketus nya memberikan sebuah black card tanpa tanpa menatap ke arah Jean.
"Hei sombong sekali kau! Dan lagi wajahku ada disini kenapa kau melihat kearah sana hah!" omel Jean pada Darren yang seakan jijik menatap wajah nya.
"Kau ini wanita menyebal--" Darren tidak melanjutkan ucapannya dan menganga tidak percaya saat matanya bisa melihat dengan jelas wanita yang ada di hadapan nya sekarang. "Apa seperti ini wajah seorang wanita? Cantik sekali." ucap nya dalam hati,
Namun kini matanya menatap ke arah dua gundukan kenyal milik Jean yang sedikit terekspos.
Jean yang merasa risih dengan tatapan Darren melayangkan satu tamparan keras ke pipi kanan nya.
"Dasar pria mesum." Jean mengambil black card dari tangan Darren dan masuk ke dalam mobil sebelum pergi meninggalkan mereka berdua.
Darren menyentuh pipinya dan senyum-senyum sendiri seperti pria yang tidak waras. Berbeda dengan Steve yang menatap heran ke arah Tuan nya. "Tumben sekali biasanya dia akan menembak mati seseorang yang mengusiknya tanpa pandang bulu. Kenapa sekarang diam saja."
"Cari tau identitas wanita itu dan berikan padaku Steve. Tanpa ada yang terlewat sedikitpun."
"Tapi Tuan wanita tadi--"
"Tanpa penolakan dan protes." perintah Darren pada Steve dan kembali masuk ke mobilnya.
"Haish kenapa anda selalu memotong ucapan saya tuan. Padahal saya belum selesai menjelaskan." gerutu nya kesal.
"Steve Lewis!" teriak Darren dari dalam mobil.
"Iya tuan, iya!" Steve menyusul Darren dan kembali melanjutkan perjalanan menuju ke kantor.
...----------------...
Jangan Lupa Like dan Dukungan nya kakak.
Terima Kasih..💕
Maaf jika typo bertebaran dimana-mana🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Griselda Nirbita
aku nyimak thor
2024-06-05
1
Puji Harti
ok lah lanjut
2024-06-04
1
Bu ning Bengkel
bagus bisa berlanjut......lanjut.....
2024-06-04
1