Arvania tidak menyangka jika pernikahan yang ia impikan selama ini menjadi pernikahan yang penuh dengan air mata.
Siksaan demi siksaan ia terima dari suaminya. Namun bodohnya Vania yang selalu bertahan dengan pernikahan ini.
Hingga suatu hari Vania tidak mampu lagi untuk bertahan, ia memilih untuk pergi meninggalkan Gavin.
Lalu bagaimana dengan Gavin yang telah menyadari perasaan cintanya untuk Vania setelah kepergiannya?
Akankah Gavin menemukan Vania dan hidup bahagia?
Ataukah Gavin akan berakhir dengan penyesalannya?
Ikuti kisahnya di
Pada Akhirnya Aku Menyerah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta Pemberian Nama
Gavin masuk ke ruangannya, ia duduk di kursi kebesarannya. Tak lama Talita masuk ke dalam menghampirinya.
" Aku dengar kamu baikan sama istrimu Vin?" Tanya Talita.
" Kenapa?" Gavin balik bertanya.
" Katanya nggak cinta tapi di suruh ceraiin nggak mau sekarang ujung ujungnya baikan. Berarti lo cinta kan sama dia." Ujar Talita setengah tidak terima.
" Aku sudah bilang padamu jangan mencampuri urusan pribadiku Ta. Sekarang bekerjalah dengan baik! Jangan suka kepoin hidup orang atau hidup lo nggak akan tenang." Ucap Gavin penuh penekanan.
Talita keluar sambil menghentakkan kakinya.
Saat ia membuka pintu, Vania sudah berdiri di sana dengan membawa wadah bekal di tangannya.
" Siang Mbak." Sapa Vania.
Talita memutar bola matanya malas.
" Sayang kamu kemari?" Tanya Gavin senang.
Ia menghampiri Vania lalu menggandeng tangan Vania masuk ke dalam.
" Duduk sini sayang!"
Keduanya duduk bersebelahan di sofa.
" Kamu bawa makan siang buat aku?" Tanya Gavin merapikan anak rambut Vania.
Talita melihat keduanya sambil mengepalkan erat tangannya.
" Iya Mas, tadi aku masak makanan kesukaanmu jadi aku berpikir mau membawanya ke sini, kamu belum makan kan." Sahut Vania membuka wadah bekalnya.
" Belum." Gavin menggelengkan kepalanya.
" Terima kasih atas perhatianmu sayang, Gava sama siapa?" Gavin menatap Vania.
" Sama mama." Sahut Vania.
" Minggu depan aku akan mengadakan pesta penyambutan dan pemberian nama pada anak kita sayang. Sekalian pesta syukuran kehidupan baru kita." Ucap Gavin.
" Terserah kau saja Mas, aku ngikut aja." Sahut Vania.
" Aku ingin menunjukkan pada dunia kalau kau dan Gava adalah milikku. Aku juga akan mengundang Rangga dan bibi Tuti ke sini." Ucap Gavin.
" Mas kalau Rangga jadi bekerja di kantormu, biarkan bibi Tuti menjadi pengasuh Gava ya Mas bantuin aku." Ujar Vania.
" Apapun untukmu sayang." Sahut Gavin.
Gavin makan dengan lahap, apalagi di suapin oleh Vania. Keduanya saling melempar pandangan menikmati detak jantung masing masing.
Talita pergi dari sana dengan perasaan kesal.
" Lihat saja kejutan apa yang akan aku berikan di pesta itu Gavin, kau hanya akan menjadi milikku bukan yang lain." Batin Talita tersenyum smirk.
Di dalam ruangan, Gavin nampak sangat bahagia. Ia selalu tersenyum menatap wajah cantik Vania.
" Kenapa menatapku seperti itu Mas? Apa ada yang aneh dengan wajahku?" Tanya Vania menatap Gavin.
" Aku baru menyadari kalau ternyata kamu sangat cantik sayang, kamu punya wajah keibuan, dan rasanya hati ini begitu teduh hanya menatap wajahmu." Sahut Gavin jujur.
" Hmmm mulai bisa ngegombal nih." Ujar Vania.
" Siapa yang ngegombal? Aku jujur dari dalam hatiku sayang." Gavin mengecup kening Vania.
Gavin merapatkan wajahnya ke pipi Vania. Ia nampak membisikkan sesuatu.
" Nanti malam buat Gava junior ya."
" Apaan sih Mas! Lukaku aja masih basah mau bikin lagi. Kamunya enak, lha aku sakit tahu Mas, apalagi kamu selalu menyentuhku dengan kasar dan....
Vania menghentikan ucapannya saat menyadari kesalahannya.
" Maaf Mas." Ucap Vania.
Gavin hanya diam. Ucapan Vania sangat menohok hatinya. Rasa bersalah kembali menyeruak di dalam hatinya.
" Mas jangan diam aja donk! Maafkan aku! Aku tidak bermaksud mengungkit masa lalu. Aku hanya keceplosan saja." Ujar Vania menggenggam tangan Gavin.
Gavin tersenyum menatap Vania.
" Aku tidak pa pa kok, aku paham maksudmu sayang. Lagian aku sudah melupakan masa lalu itu seperti kemauanmu." Kilah Gavin.
Bagaimanapun ia tidak akan pernah bisa melupakan perlakuan buruknya kepada Vania.
Gavin menarik kepala Vania bersandar pada bahunya. Vania memeluk perut Gavin.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Malam ini rumah Gavin di sulap bak istana. Dekorasi yang mewah dan sangat indah menghiasinya dan membuat pesta semakin meriah. Para tamu undangan nampak mengikuti pesta dengan bahagia.
" Selamat tuan Gavin atas kelahiran putranya, semoga menjadi anak yang sholeh." Ucap salah satu kolega Gavin.
" Amin... Terima kasih Tuan." Sahut Gavin.
Banyak tamu yang mengucapkan selamat kepada Gavin dan Vania. Sampai pada ucapan terima kasih dari Gavin.
" Saya ucapkan banyak terima kasih kepada para tamu undangan semuanya atas kehadirannya, atas doa yang kalian berikan untuk kebaikan putra saya, saya tidak bisa berkata apa apa lagi kecuali terima kasih." Ucap Gavin di depan sana.
Saat Gavin hendak turun dari panggung tiba tiba layar proyektor menyala menampilkan foto foto kedekatan Gavin dengan Talita.
Semua tamu undangan menatap remeh ke arah Gavin. Vania menutup mulutnya saat melihat foto Gavin dan Talita berada di dalam satu selimut yang sama.
Deg....
Jantung Vania terasa berhenti berdetak. Ia menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang ia lihat di depan sana.
" Leon segera tangkap orang yang melakukan semua ini!" Titah Gavin mengepalkan erat tangannya.
" Oke." Sahut Leon.
Bisik bisik para tamu undangan membuat Vania risih. Ia kembali ke kamarnya sambil menggendong Gava di ikuti Sandia dan Nyonya Rindu di belakangnya.
" Vania." Ucap nyonya Rindu.
Air mata menetes begitu saja di pipi mulus Vania. Sepertinya Tuhan tidak suka melihatnya bahagia.
Vania menidurkan Gava di boxnya, lalu ia duduk tepi ranjang.
" Vania kamu harus kuat sayang! Mama yakin ada yang sengaja menfitnah Gavin. Gavin tidak akan melakukan hal sebejat itu Vania. Mama sangat mengenal Gavin, percayalah pada Mama." Nyonya Rindu mengelus kepala Vania.
" Iya Kak! Kak Gavin tidak akan melakukan itu. Dia anti menyentuh wanita tanpa ada ikatan pernikahan Kak. Ini pasti hanya jebakan saja untuk menghancurkan pernikahan kalian. Atau sekedar untuk menjatuhkan Kak Gavin." Ujar Sandia.
Vania mengusap air matanya tanpa menyahut ucapan kedua orang yang saat ini duduk mengapitnya.
" Aku tidak tahu harus berpikir bagaimana Ma, yang jelas melihat semua itu hatiku sakit. Aku kembali merasakan kecewa Ma. Aku tidak bisa membayangkan jika foto itu adalah bukti kebenaran dari Mas Gavin selama ini. Entah aku bisa bertahan atau aku akan kembali menyerah Ma."
Nyonya Rindu paham akan maksud ucapan Vania.
" Mama bisa menjamin kalau itu hanya kebohongan saja sayang, foto itu editan bukan asli." Ujar nyonya Rindu begitu yakin dengan putranya.
" Maaf Ma, Sandia! Bisakah kalian meninggalkan aku sendiri? Aku butuh waktu untuk menjernihkan pikiran dan menenangkan hatiku." Ucap Vania.
" Baiklah sayang kami keluar dulu! Tenangkan hati dan pikiranmu. Jangan mudah terhasut oleh orang lain! Mama percaya kamu bisa menilai mana yang benar dan mana yang salah." Ujar nyonya Rindu.
Selepas kepergian Sandia dan mama mertuanya, Vania merebahkan tubuhnya di ranjang. Ia menatap langit langit kamar mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi.
Lagi lagi ia harus mengusap air matanya.
" Aku berharap semoga ini semua tidak nyata Mas... " Ucap Vania.
Gavin yang mendengar ucapan Vania segera menghampirinya.
" Maaf sayang Itu semua......
Itu apa hayooooo?!!!
Kaya'nya banyak readers yang kesal sendiri dengan cerita author deh... Hati hati Mak entar Darting lagi 😂
Jangan lupa tekan like koment vote dan hadiahnya biar author makin semangat membuat emak emak emosi 🤣
Terima kasih...
Miss U All...
TBC...
maaf aku skip aja soalnya menurutku balasan Vania ke gavin gak sebanding sama siksaan Gavin ke Vania soalnya Vania sudah sakit fisik dan mental kalau orang normal paling sudah gila berhubung ini novel ya maha ciptaan author
tapi q coba mau mampir cerita author yang lain
Semoga sukses trus buat author jangan liat yang comen yang buruk buruk" tetep semangat bikin cerita buat para penggemar authornya semangattt /Pray//Pray//Pray/