"Nak!" panggil Pak Basuki. "Masih belum rela, ya. Calon suami kamu diambil kakak kamu sendiri?"
Sebuah senyum tersungging di bibir Sashi, saat ini mereka sudah ada di sebuah restoran untuk menunggu seseorang.
"Ya sudah, mending sama anak saya daripada sama cucu saya," kata sang kakek.
"Hah?" kaget Sashi. "Cucu? Maksudnya, Azka cucu eyang, jadi, anaknya eyang pamannya Mas Azka?"
"Hei! Jangan panggil Eyang, panggil ayah saja. Kamu kan mau jadi menantu saya."
Mat!lah Sashi, rasanya dia benar-benar tercekik dalam situasi ini. Bagaimana mungkin? Jadi maksudnya? Dia harus menjadi adik ipar Jendral yang sudah membuangnya? Juga, menjadi Bibi dari mantan calon suaminya?
Untuk info dan visual, follow Instagram: @anita_hisyam TT: ame_id FB: Anita Kim
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Langsung Sah
Hari yang ditunggu-tunggu Sashi pun tiba, sebuah acara pernikahan yang digelar dengan sederhana.
"Saya terima nikah dan kawinnya Sashi Amala Dalmar binti Hasan Dalmar dengan mas kawin satu set berlian dibayar tunai."
"Bagaimana saksi, sah?"
"Sah!"
"Alhamdulillah!" sambung penghulu.
Dirga menunduk, bibirnya mengucap syukur pelan. Senyum tipis di wajahnya sulit ditebak, antara lega dan tanggung jawab yang berat. Meskipun umurnya sudah 33 tahun, tapi dia tahu betul bahwa menjalin sebuah rumah tangga tak semudah membalikkan telapak tangan.
Sementara itu, Seseorang di pintu aula mematung. Matanya membelalak tak percaya.
"Mas?" bisik Amara yang memegangi tangan suaminya. Tapi Azka malah menepis, langkahnya menghentak mendekati Pak Basuki. Dia meminta untuk bicara dengan Pak Basuki, membuat beberapa pasang mata menatap aneh ke arahnya.
"Kenapa... kenapa Eyang nggak bilang?" desis Azka. "Yang menikah itu Om Dirga? Om Dirga menikahi calon istri Azka, Eyang!?"
"Azka, ini bukan tempat yang tepat untuk membahas itu ...," ucap Eyang Basuki mencoba menenangkan.
"Bukan tempat yang tepat? Serius, Eyang? Eyang pikir aku nggak pantes tahu kalau calon istriku malah dijodohin sama Om aku sendiri?"
"Kamu bilang calon istri? Kamu masih nganggep Sashi calon istrimu?" Amara mendelik tajam. Jujur, tindakan Azka ini membuatnya sangat malu.
Ibunda Sashi menutup mulutnya, terkejut. Dia masih tidak menyangka kalau anaknya akan menjadi Bibi dari mantan calon suaminya. Di sisi lain aula, Dirga yang masih berdiri bersama Pak Hasan langsung menoleh dan berjalan ke arah mereka.
"Azka," ujar Dirga tenang. "Mas Wirantara yang udah melepas berlian demi batu akik. Jangan salahin ayah. Tanggung jawablah sama keputusan yang udah kamu ambil."
"Kamu ngeledek aku sekarang?" suara Azka meninggi, tubuhnya maju hampir menghantam Dirga.
"Mas! Jangan bikin malu!" Amara menahan lengannya, matanya menajam. "Inget tempat!" Dia sudah kesal karena suami Sashi lebih gagah dan lebih tampan dari suaminya, eh Azka malah bersikap seolah-olah dia menyesal karena sudah meninggalkan Sashi. "Ini tempat umum!"
"Nak!" Bu Azizah menarik lengan Azka. Dia berusaha menenangkan anak menantunya. "Sudahlah, kami semua juga kaget, tapi bukan saatnya kamu marah. Sekarang, Sashi juga sudah menjadi bibi kamu, kamu harus ridha."
"Iya!" sahut Amara merengut. Dia merasa ditipu karena tiba-tiba harus menerima kenyataan bahwa Sashi malah mendapatkan pamannya Azka.
"Bu ... Waktu itu ayah bilang kalau Sashi selingkuh, apa Om Dirga ini selingkuhannya Sashi?"
Kepala Bu Azizah menggeleng, dia melirik ke arah mantan suaminya kemudian mendelik. Wanita itu menjauh dari huru hara dan menghampiri Pak Hasan.
"Apa maksudmu, Mas!" bentak Azizah. "Kamu pikir ini lucu hah?"
"Apa?" bingung Pak Hasan.
"Cih, jangan pura-pura bego kamu, Mas. Kamu sengaja kan mau balas dendam, kamu setuju Sashi nikah sama pamannya Azka biar kalian bisa ketawa? Biar kami nyesel? Atau, biar kalian terlihat lebih hebat dari kami?"
"Astaghfirullah, Azizah. Apa sih yang kamu pikirin? Aku hanya ...."
"Alah." Azizah memotong ucapan mantan suaminya. "Dari dulu kamu itu emang jahat, Mas. Kamu tahu, keputusan yang kamu ambil ini akan membuat Amara enggak tenang."
"Enggak tenang?" kata Pak Hasan. "Kamu khawatir anak tirimu enggak tenang gara-gara Sashi jadi bibinya? Sedangkan dia merebut Azka dari Sashi kamu baik-baik aja, otak kamu di mana?"
"Sashi itu cuma bidan, Mas."
"Bukan, dia itu anak kamu!" kesal Pak Hasan. "Sashi itu anak Kamu, apa enggak ada sedikitpun rasa bersalah atau kasihan? Kamu yang melahirkannya, Azizah."
"Udahlah, jangan bahas itu terus, muak aku lama-lama. Gara-gara anak itu, aku terjebak sama laki-laki balangsak kayak kamu."
** **
Sementara itu, di ruang pengantin, Sashi duduk gelisah. Tangan meremas kebaya putihnya. Bibirnya komat-kamit mengulang doa.
"Sudah sah, ya Allah... aku harus bagaimana?" bisiknya. Sashi sebetulnya sangat deg-degan, ia belum pernah melihat wajah calon suaminya sekalipun. Karena saat itu, Dirga juga menerimanya tanpa pernah melihatnya. Juga, pernikahan itu disiapkan oleh keluarga Dirga, jadi dia tidak tahu apa-apa, bahkan saat mereka memilih konsep pernikahan syar'i, dia hanya menerimanya.
Klik, pintu terbuka.
Deg! Sashi langsung menoleh ke arah pintu. Jantungnya berdebar sangat kencang. Dia sudah gugup, Tapi yang muncul bukan suaminya. Melainkan dua pria: ayahnya dan Pak Basuki.
"Ayah?" tanya Sashi pelan. "Kalian?" Ia celingukan ke belakang mereka. Mencari sosok yang seharusnya ada di sana untuk menjemputnya.
"Dirga dapat panggilan darurat, Nak. Belum bisa menemuimu sekarang." Pak Hasan menjawab.
"Apa?"
"Dia harus pergi sekarang juga. Darurat," tambah Pak Basuki.
Kepala Sashi menunduk. Tangannya mulai gemetar, entah kenapa dia mulai merasa tidak yakin dengan pernikahan ini. Dirga, dia bahkan pergi tanpa melihatnya sama sekali. Dan ini terjadi bukan hanya sekali.
"Sepertinya kamu harus lebih bersabar, Nak!"
Tiba-tiba ponselnya berbunyi bertubi-tubi. Notifikasi dari grup rumah sakit.
'TSUNAMI di selat Malaka. Dibutuhkan bidan segera ke lokasi pengungsian. Akses jalan terputus, siapapun yang mau menjadi sukarelawan harap konfirmasi sesegera mungkin. Kita kekurangan orang!'
Sashi membaca semua pesan. Banyak yang menolak dengan berbagai macam alasan. Anak tidak bisa ditinggal, suami tidak memberikan izin. Ibu pingsan, dan masih banyak alasan lain.
"Saya bersedia pergi ke sana." Sashi menjawab kemudian mengirimkan pesan tersebut.
Tak lama, ponselnya malah berdering. Ia menerima telpon itu dan kalimat yang dia dengar selanjutnya membuatnya sangat tercengang.
"Tidak, Sashi. Kamu sekarang menantu saya. Cukup anak saya yang turun ke daerah berbahaya. Kamu tetap di sana. Saya datang sekarang juga."
Sashi terpaku, Matanya membesar, dia melihat layar ponselnya berkali-kali. Ini, apa yang dia lihat dan dia dengar tidak salah bukan? Wanita yang baru saja menelponnya adalah?
Dia buru-buru menghampiri nakas. Mengambil undangan yang tadi ditaruh sembarangan.
"Putra dari Basuki Tjahaja Anggoro. dan Dr. Farzana Haliyah, SpOG(K)., M.Kes"
"Astaghfirullah... beliau? Dokter Far itu... mertuaku?" bisiknya dengan wajah tercengang. Yang dia tahu, mertuanya tidak bisa hadir karena ada urgent sebab tiba-tiba ada pasiennya yang jatuh dan harus operasi sesegera mungkin. Namun, dia tidak menyangka kalau operasi itu adalah operasi Caesar.
"Sashi, kamu mendengar saya tidak?! Jangan pergi, saya tidak akan mengizinkannya, Sashi!" Orang di sebrang telepon semakin tidak sabaran. "Sashi, kenapa kamu mendadak budek? Heiiii!"
Akan tetapi, Sashi malah terduduk dengan wajah pucat. Pak Hasan dan Pak Basuki langsung menghampirinya panik.
"Sashi kenapa?" tanya Pak Basuki kepada besannya. "Enggak kesurupan, kan?"
"Kayaknya lebih parah dari itu, Pak." Pak Hasan menimpali. "Anak ini enggak pernah kayak gini. Apa kita ada nyinggung sesuatu?"
"Kendi besar di depan?" tanya Basuki. "Saya cuma ngetuk itu tida kali, tadinya becanda aja, siapa tahu keluar jin, kan?"
"Dokter, Far? Dokter, Far?" gumam Sashi. Dia yang aneh, Pak Hasan dan Pak Basuki yang bingung. "Kyaaaaa, ayahhhh!" pekik Sashi. Dia langsung berdiri, membuat dua orang tua itu bingung dan langsung mundur. "Aku jadi menantu dokter, Far, Ayah. Dokter, Far, aaaaaa!" Ia berjingkarak heboh. "Ayah Ukiiiiii!" pekiknya.
"Uki?" tanya Basuki sambil mengerejap.
"Iya kamu," sahut Pak Hasan.
Pak Basuki menggaruk tengkuknya. Dia baru melihat seorang perempuan yang malah lebih heboh saat mengetahui siapa mertuanya daripada suaminya. Lalu, apa yang akan dia lakukan saat dia tahu siapa suaminya? Guling-guling di karpet merah atau nyemplung ke sumur? Ishh, Pak Basuki tidak habis pikir. Namun, kemudian dia malah terkekeh.
"Uki, lucu," gumamnya seperti anak kecil.
apa fpto ibu mbak ika dan bapaknya dirga???
penasarannnn...
❤❤❤❤❤
foto siapa ya itu?
❤❤❤❤❤❤
apa yg dibawa mbak eka..
moga2 dirga segera naik..
❤❤❤❤❤
😀😀😀❤❤❤❤
mending pulang ke rumah mertua yg sayang banget ama sashi..
❤❤❤❤❤