MISI KEPENULISAN NOVELTOON
Enam tahun hidup sebagai istri yang disia-siakan, cukup sudah. Saatnya bercerai!
Zetta menghabiskan waktu yang tak sebentar untuk mengabdikan dirinya pada Keenan Pieters, lelaki yang menikahinya, tapi tak sekalipun menganggapnya sebagai seorang istri.
Tak peduli Zetta sampai menjadi seperti seorang pelayan di keluarga Keenan, semua itu tak juga membuat hati Keenan luluh terhadap Zetta. Sampai pada akhirnya, Zetta pun memutuskan untuk menyudahi perjuangan cinta sepihaknya tersebut.
Namun, saat keduanya resmi bercerai, Keenan malah merasakan jika ada sesuatu yang hilang dari dalam hidupnya. Lelaki itu tanpa sadar tak bisa lepas dari setiap kenangan yang Zetta tinggalkan, di saat sang mantan istri justru bertekad membuang semua rasa yang tersisa untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiwie Sizo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
"Ibuku datang ke kantor Zetta dan membuat kekacauan di sana?" tanya Keenan tak percaya.
Rayden mengangguk mengiyakan sembari menyesap minumannya.
"Sepertinya ibumu sengaja ingin mempermalukan Zetta di depan para karyawannnya. Aku berusaha untuk membujuk ibumu agar berbicara dengan Zetta secara pribadi di tempat lain. Tapi ibumu malah berteriak-teriak semakin keras dan mencaci maki Zetta," ujar Rayden lagi.
"Benarkah?" Keenan memasang raut wajah tak percaya.
Sekali lagi Rayden menganggukkan kepalanya.
Keenan tampak menghela nafasnya. Jika mengingat sikap mamanya selama ini pada Zetta, sudah pasti apa yang dikatakan oleh Rayden tadi memanglah benar adanya. Sebagai anak kandungnya, tentu Keenan paham betul seperti apa tabiat perempuan yang telah melahirkannya itu. Di samping memang bersifat culas, Nyonya Brenda juga sangat tak menyukai Zetta, sehingga sedikit saja Zetta melakukan sesuatu yang membuatnya tak senang, Nyonya Brenda pasti akan langsung berang dan murka.
"Lalu bagaimana keadaan Zetta? Apa ibuku sampai melakukan kekerasan fisik padanya?" tanya Keenan kemudian.
Mendengar itu, Rayden agak sedikit berdehem. Entah dia harus menceritakan secara lengkap kejadian di kantor Zetta tadi atau tidak.
"Ibumu memang awalnya berniat memukul Zetta, tapi untungnya Zetta menghalau pukulan itu. Lalu karena tidak terima pukulannya tidak kena sasaran, dia memaki-maki Zetta di depan para karyawan. Akhirnya ibumu pergi setelah Zetta memanggil petugas keamanan." Rayden menerangkan. Sepertinya bagian Zetta menyiram kopi panas ke wajah Nyonya Brenda lebih baik untuk tidak dia ceritakan pada Keenan.
Sekali lagi Keenan menghela nafasnya. Dia malu mendengar itu, tentu saja. Dia juga merasa tidak enak karena Zetta mendapatkan masalah karena dirinya. Keenan sendiri yang bersikeras menolong Zetta karena kondisi Zetta sedang sangat tidak baik, tapi Zetta malah harus menghadapi kemarahan ibunya. Keenan tak menyangka kemarin ada yang melihat dirinya yang sedang bersama Zetta, lalu sengaja mengambil foto kebersamaan mereka berdua yang tak disengaja itu. Setelah ini, pasti Zetta akan merasa semakin kesal dan besikap semakin tak bersahabat padanya.
"Ngomong-ngomong, kenapa kamu pergi ke kantor Zetta. Apa untuk membicarakan program baru itu?" tanya Keenan kemudian mengalihkan pembicaraan.
"Iya, tentu saja. Memangnya karena apalagi aku pergi ke sana. Aku pusing karena kamu terus saja memintaku untuk segera memberitahu Zetta tentang program baru itu dan menawarinya kerjasama. Kenapa bukan kamu sendiri yang datang dan memberitahu dia?" Rayden balik bertanya.
Keenan terdiam sejenak. Benar jika menawarkan program baru itu pada Zetta adalah ide darinya. Dia sangat tahu program baru tersebut akan sangat menguntungkan di masa depan. Sangat bagus jika Zetta menjalin kerjasama di sana. Hal itu dia lakukan karena perasaan tak nyaman yang selama ini terus saja mengganggunya sejak dia dan Zetta resmi bercerai. Perasaan bersalah yang sulit untuk diungkapkan dan tak bisa dijabarkan dengan kata-kata. Perasaan yang membuatnya ingin membantu Zetta sebisa mungkin meski dengan cara diam-diam.
"Kalau aku yang memberitahunya tentang program baru itu, sudah pasti dia akan langsung menolaknya tanpa berpikir lagi," ujar Keenan kemudian.
Rayden tampak sedikit mengerutkan keningnya.
"Kenapa begitu? Apa dia sakit hati karena sekarang kamu sudah bertunangan dengan perempuan lain, padahal kalian belum terlalu lama bercerai?" tanya Rayden. Biasanya dia tak terlalu ingin tahu tentang urusan pribadi orang lain, tapi untuk kasus Keenan dan Zetta, rasanya agak berbeda. mengingat dulu Zetta begitu cinta mati pada Keenan, tentu agak mengejutkan saat tiba-tiba mendengar mereka berdua bercerai, dan yang menggugat cerai adalah Zetta, bukan Keenan.
"Entahlah," gumam Keenan akhirnya sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dia mengelak, padahal dalam hati dia sangat tahu kenapa Zetta tak ingin lagi terlibat hal apapun dengannya. Selain karena keluarganya yang pasti akan mencari masalah kalau Zetta terus berhubungan dengan dirinya, Zetta juga pasti banyak kenangan menyedihkan selama hidup dengan Keenan, sehingga dia memilih untuk menjauh dari Keenan agar tak terus tenggelam dalam semua kenangan itu.
"Sepertinya kamu punya banyak salah pada Zetta, ya," ujar Rayden kemudian dengan agak berseloroh.
Keenan merasa sangat tertohok dengan kata-kata yang Rayden ucapkan, meskipun dia tahu jika lelaki itu hanya bercanda saja.
"Sudahlah, pokoknya aku minta tolong padamu untuk memastikan Zetta mengambil bagian dalam program baru itu. Itu jauh lebih baik ketimbang dia harus bekerjasama dengan Andara," sahut Keenan akhirnya.
Keenan tampak sedikit tertegun setelah mengucapkan kalimat tadi. Dia memang sangat berharap Zetta mendapatkan kerjasama dengan program baru tersebut. Sebelumnya, Zetta menolak uang tunjangan perceraian yang diberikan oleh Keenan. Zetta juga menolak rumah yang Keenan tawarkan sebagai kompensasi dari perpisahan mereka. Jadi, anggap saja apa yang dilakukannya saat ini sebagai upaya untuk menggantikan semua yang Zetta tolak waktu itu, meskipun Keenan membantu tidak secara langsung.
Setelah kejadian Nyonya Brenda mendatangi kantor Zetta hari itu, para karyawan di kantor Zetta sibuk bergosip tentang keributan yang terjadi. Ada beberapa dari mereka yang membela Zetta dan mengutuk apa yang dilakukan oleh Nyonya Brenda tempo hari. Tapi tak sedikit pula yang mengatakan Zetta tak bermoral karena telah mendorong dan menumpahkan kopi ke wajah perempuan tua itu. Menurut mereka, bagaimana pun Nyonya Brenda adalah mantan mertua Zetta, jadi Zetta tak pantas melakukan semua itu. Lagipula, Nyonya Brenda marah juga pasti karena Zetta yang telah membuat kesalahan lebih dulu.
Zetta tahu siapa saja karyawan yang membicarakannya, tapi dia tak menghiraukan semua itu. Dia memilih untuk fokus pada pekerjaannya, terutama melobi kerjasama dengan beberapa perusahaan, hingga akhirnya dia berhasil menandatangi kontrak kerjasama dengan perusahaan yang menggarap program baru tempo hari. Pada akhirnya, gosip pun mereda begitu saja, seolah tak pernah terjadi apa-apa.
Hari itu, Zetta yang sedang berjalan setelah menyelesaikan urusannya, tiba-tiba saja menabrak seseorang yang ternyata adalah Alma, mamanya Helia. Perempuan setengah baya itu tampak terkejut melihat Zetta, begitu pun sebaliknya. Alma malah tak sungkan menunjukkan raut wajah tak sukanya.
Seketika Alma teringat pada foto yang diperlihatkan Helia padanya beberapa hari yang lalu. Apalagi kalau bukan foto Keenan yang sedang menggendong mantan istrinya itu. Alma pun menjadi marah dan kesal karenanya.
"Sepertinya kamu ada di mana-mana, ya? Tempo hari mengganggu calon menantuku, sekarang muncul di hadapanku juga," ujar Alma kemudian dengan nada sarkas.
Zetta agak menautkan alisnya. Dia menebak jika Helia tak hanya mengadu pada Nyonya Brenda pasal foto tempo hari, tapi mengadu pada orang tuanya juga. Hish, dasar kekanak-kanakan.
"Mumpung bertemu denganmu, aku peringatkan kamu untuk tidak mendekati Keenan lagi. Atau kamu akan rasakan akibatnya," ujar Alma lagi dengan nada mengancam.
Bukannya ciut, Zetta malah tersenyum miring mendengar kalimat peringatan tersebut.
"Harusnya Anda tidak mengatakan itu pada saya, tapi pada calon menantu Nyonya itu. Bilang padanya agar tidak usah mencari-cari alasan untuk mendekati saya lagi. Bilang juga kalau hubungan kami itu hanyalah masa lalu, jadi saya tidak akan pernah kembali padanya mau dia berusaha sekeras apapun. Saya heran, padahal dia sudah bertunangan, tapi masih saja terus mencari dan mengganggu saya. Harusnya kan dia mencari tunangannya, bukan saya," balas Zetta dengan santainya.
Alma tampak agak membeliakkan matanya mendengar jawaban Zetta barusan.
"Ah, iya. Katakan juga pada Helia, jaga tunangannya itu baik-baik. Jangan sampai Keenan berpaling pada perempuan lain, lalu batal menikahinya. Saya sudah berbaik hati menceraikan Keenan agar Helia bisa bersamanya, karena saya merasa kasihan dia harus menahan perasaan pada suami orang. Jangan sampai kebaikan hati saya itu dia sia-siakan. Saya akan merasa sangat marah kalau Keenan terus mencari saya karena Helia tak bisa menarik perhatiannya," tambah Zetta lagi.
Zetta mengulas senyumannya, lalu melenggang begitu saja dari hadapan Alma dengan perasaan puas. Sedangkan Alma sendiri tampak mematung dengan wajah mengeras karena tersulut emosi. Namun tak lama kemudian, mobil Jordan pun datang dan menepi untuk menjemput istrinya itu.
Alma yang menyadari kedatangan mobil suaminya, tampak menghela nafasnya beberapa kali untuk menenangkan diri. Barulah setelahnya, dia masuk ke dalam mobil sembari berusaha untuk tersenyum. Tapi senyumnya langsung menghilang saat dia melihat setangkai bunga di dalam mobil.
"Apa ini?" tanya Alma.
Jordan menoleh ke arah istrinya itu.
"Apa kamu lupa kalau hari ini adalah hari peringatan kematian Alena?" Jordan balik bertanya.