Mohon bijak dalam membaca.
Maya Mawanda harus menerima kenyataan bahwa suaminya tak mampu lagi menafkahinya lahir dan batin. Menjadi menantu yang pertama dengan ekonomi terendah di banding menantu yang lainnya.
Kesetiaan, di remehkan, perselingkuhan, dan hubungan terlarang akan mewarnai perjalanannya hidupnya.
Pertemuannya dengan seorang pria. Membuatnya sadar akan cinta yang sesungguhnya. Akankah berahir bahagia??
Ikuti kisahnya yaaa..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon non esee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NEMPEL TERUS KAYA PERANGKO
Dengan segala drama yang terjadi di dalam Ros Butiq. Kedua wanita itu saat ini sudah berada di dalam mobil milik Lingga. Sebelumnya pria itu sudah menghubungi Maya, memberitahukan keberadaannya.
Saat menutup ruko, Lingga sempat memperhatikan interaksi Maya dengan Kang Oleh yang terlihat akrab, membuat Lingga bertanya-tanya kenapa Maya seakrab itu dengan penjaga parkiran?
Entah kenapa, melihat Maya tertawa dengan pria Lain membuat Lingga tidak menyukainya. Keposesifan dan rasa cemburu mulai muncul di dirinya. Perasaan yang tidak pernah ada saat ia bersama Alisa.
"Pakai, May.." seperti sebelumnya, Lingga selalu memasangkan sabuk pengaman di tubuh Maya sebelum ia melajukan kendaraannya.
Maya hanya tersenyum kikuk. Ia tidak tau harus bicara apa. Rasa malu tentu saja masih di rasakannya. Sedangkan Dina, wanita itu duduk di kursi belakang dengan mencibir Maya.
"Dasar manja.."
"Biarin.." Maya membalas Dina dengan memeletkan lidahnya menengok ke belakang.
"Awas ya.. Tunggu pembalasanku."
Karena takut kegelapan, Dina masih tidak terima dan terus ngedumel belum berhenti sedari tadi.
"Suruh siapa menggodaku terus." Maya menjawab dengan mengerucutkan mulutnya.
"Fakta.. Fakta.. Mayaaa..."
"Ada apa?" Lingga bertanya, ia merasa heran dengan sikap keduanya. Ekpresi Maya sungguh sangat mengemaskan. Sedangkan Dina wanita itu tidak berhenti mengoceh di belakang.
"Pacarmu itu loh Bang! Resenya minta ampun.." Dina mengadu
Lingga tersenyum simpul, tentunya hatinya senang, saat Dina menyematkan kata pacar dari mulutnya.
"Rese kenapa?" Lingga betanya memastikan
"Diihh.. Dia ngadu." Maya ikut menimpali dari kursi depan.
"Aku lagi nongkrong menikmati proses yang ada dengan satu buah lagu.. Eehh.. Lampunya di matikan.. Udah tau temennya takut gelap.."
"Jorok Dinaaa... Jangan di bahas. Gak sopan tau." Maya mengerem mulut Dina sebelum loss.
"Aku lupa Din, pisss.., maaf yaa.." Maya tersenyum dengan mengacungan dua jari ke hadapan wajah Dina.
"Jangan gitu juga Mayaa.. Ini asetku yang paling berharga, kalau nambah melesek ke dalam bagaimana?" Dina mengusap-usap hidungnya.
Tingkah laku Maya dan Dina membuat Lingga tersenyum simpul, ia mulai mengerti arah pembicaraan keduanya.
"Kamu jail ya May.." sepertinya akan menjadi kebiasaan dan kesenangannya. Saat bicara dengan Maya, pria itu selalu mengusap kepala Maya denga sayang.
Membuat Dina yang menyaksikannya dari belakang ikut meleleh hatinya.
"Oh, Kang Jujun kamu ada dimana?" hati Dina ikut berontak, ia bisa merasakan romantisnya pria yang berada di balik kemudi itu dalam memperlakukan Maya.
"Di larang mesra-mesraan dulu yaa.. Ingat!! Di belakang ada Bu satpam ini."
Seketika keheningan terjadi untuk beberapa saat.. Ketiganya terdiam.. Lingga fokus dengan jalan raya, Maya pun sama, tatapannya ke arah depan, memperhatikan keramaian jalanan sore hari ini yang terlihat padat merayap.
Sedangkan Dina.. Ia sedang membalas pesan singkat dari Kang Oleh yang kepo bertanya akan kepergiannya dengan Maya bersama pria tampan yang mengendarai Audi sebagai kendaraannya.
"Mau makan dimana? Hemmm.." Lingga bertanya dengan meraih satu tangan Maya dan di bawanya ke pangkuannya.
"Bang.." Maya akan menarik tangannya, tetapi di tahan oleh Lingga.
"Kenapa?" ucap Lingga dengan lembut, menengok ke samping, tatapannya sekilas melihat Maya, dan kembali lagi menatap ke depan. Ia tidak perduli akan penolakan. Ia tetap menautkan jarinya di jemari Maya. Bahkan dengan berani Lingga mengecup punggung tangan Maya.
Maya tertunduk dengan mengigit bibirnya.. Ia merasa malu karena ada Dina di belakang.
"Wah.. Wah.. Bahaya ini.. Pelanggaran terjadi di hadapan mataku.. Warning woyyy.. Ada yang masih di bawah umur nihh..." Dina menutup matanya
Maya hanya tersenyum malu, dengan wajah memerah mendengar teriakan Dina.. sedangkan Lingga, pria itu cuek dan semakin merapatkan tangannya.
"Mau makan dimana May?" Lingga bertanya lagi
"Din, mau makan dimana?" Maya melemparkan pertanyaan kepada Dina. Ia memberikan kesempatan kepada Dina untuk memilih tempat yang dia sukainya.
"KAFECI aja yukkk.. Sepertinya perutku butuh yang kriyuk-kriyuk akibat melihat kalian berdua.. "Hadeeeh!! Ampun dahhh. Begini rasanya yahh jadi obat nyamuk."
Lingga memasuki area parkir restoran cepat saji yang di inginkan Dina. Setelah mobil berhenti dan mesin mobil di matikan Dina lebih dulu turun keluar.
"Bang, lepas.." Maya berusaha menarik tangannya.
"Kenapa, May?" Lingga berbalik menatap Maya yang tertunduk.
"Ada Dina, apa Abang tidak malu?"
"Tidak.. Kenapa harus malu? Dina bukan anak kecil lagi May.. Dia pasti akan mengerti. Dan sepertinya temanmu itu sangat menyenangkan."
"Kamu tidak masalahkan kita makan disini?"
"Tidak masalah, Bang.." Maya menjawab, mengangkat wajah balas menatap Lingga.
"Kita turutin kemauan Dina dulu yaa, sudah itu Abang akan turutin kemauan kamu, apapun."
"Tapi, Mayakan tidak ingin apa-apa."
"Tapi, Abang ingin kamu banyak meminta." Lingga bicara pelan, dengan tangan kanan mengusap pipi Maya yang memerah. Setelahnya ia mengecup lagi punggung tangan Maya, yang masih berada dalam tautan jemarinya.
Tok.. Tok.. Tok..
"Woyyy cepetan, laperrr nihh.." Dina mengetuk kaca pintu bagian depan.
Ketiganya melangkah masuk ke dalam restoran dengan tangan Lingga tak lepas dari tangan Maya. Dengan Dina mengekor di belakang.
"Nempel terusss kaya perangko."
Maya menengok ke belakang dengan memeletkan lidahnya, mengece temannya, sehingga membuat Dina mendengus sebal dengan menampakkan mimik wajah yang di buat lucu.
"Tadi aja, pake acara mau di tolak. Sekarang, lengket kaya lem karet."
Hingga keduanya berhenti saling meledek saat sudah ada di dalam.
"Pesan apa saja yang kamu dan Dina suka May.." Lingga menyerahkan kartu yang terbuat dari ukiran palladium dan emas ke tangan Maya. ( Hampir sama dengan Amek Black Card )
"Abang tunggu di sana." Lingga menunjuk sofa yang berada di ujung ruangan.
Maya terbengong memperhatikan kartu tipis yang mirip dengan kartu tanda pengenal miliknya yang berada di tangannya. Tidak di sengaja, saat Lingga membuka dompetnya, ia sempat melihat isi dompet Lingga yang masih memiliki kartu lainnya, termasuk black card.
Dan pria itu langsung pergi setelah memberitahukan paswordnya.
"Mayy... Gold Card, May.." Dina membulatkan mata dan mulutnya.
"Mimpi apa kita, May? Menggunakan kartu ini aku yakin, kita bisa memborong semua makanan di restoran ini." jiwa miskuen Dina meronta-ronta tak terkendali. Ia langsung membayangkan berapa deretan nol di belakang angka limit yang ada.
"Pastinya akan sanggup untuk membayar kontrakan kita selama setahun ya May?"
"Sudah jangan mikirin uang yang bukan punya kita, pesen gih.. Apa saja yang kamu suka."
"Sekalian buat di bawa pulang juga ya May.." Dina nyengir dengan ciri khasnya.
"Iya.. Neng Dinaaa.."
Tidak hanya memesan untuk dirinya, Maya juga memesan makanan dan minuman untuk Lingga. Begitupun dengan Dina, wanita itu memesan makanan sekalian membawa pulang 1 bucket ayam untuk di bawa pulang. Semboyannya adalah, jangan menyia-nyiakan kesempatan yang ada.
"Totalnya 523500 rupiah Mbak.."
Pegawai kasir wanita itu memberitahukan nominal yang harus di bayarkan. Maya menyerah kartu milik Lingga, membuat pegawai itu terkejut di buatnya. Ia tidak menyangka wanita dengan penampilan sederhana di hadapannya memiliki kartu setara dengan black card.
"May, uang segitu, cukup buat kita makan dua minggu yaa." Dina berbisik ke telinga Maya, saat ia mengetahui total makanan yang harus di bayarkan. Maya hanya mengangguk, mengiyakan.
"Silahkan kodenya Mbak." kasir itu meminta Maya menekan kode pasword di tuts mesin elektronik sebagai alat penerima pembayaran secara elektronik melalui kartu debit atau kredit.
****
Bersambung ❤️
Jempolnya jangan lupa.. Mohon dukungan like komennya ya...
makasih untuk nya ceritanya thor.semangat terus berkarya thor
jd kmana Maya pergi kasian sekali sih,