Wonderful Marriage

Lio yang juga mendengar penuturan Ryu kembali emosi ingin menghajar pria yang berstatus sebagai menantunya tersebut. Namun belum sempat tangannya mengangkat ke udara, sang menantu sudah lebih dulu terjatuh ke atas lantai bersamaan dengan suara pukulan yang begitu keras sampai menggema ke seluruh ruangan.

"Kau seorang pria! Bertanggung jawablah atas apa yang sudah kau perbuat! Jangan mempermalukan nama baik Arbeto." Boy membentak putranya dengan penuh amarah setelah melayangkan satu pukulan mautnya pada wajah sang putra, hingga membuat Tita tercengang hingga kedua matanya terbelalak.

"Sayang.., kau bilang tidak boleh melukai wajah putra kita. Tapi kenapa kau memukulnya?" protes Tita dengan berbisik.

Karena tadi suaminya melarang Lio untuk memukul wajah Ryu, karena tidak ingin putra mereka terlihat jelek di acara pernikahannya. Tapi sekarang justru suaminya lah yang memukul wajah Ryu, hingga bibir putra mereka pecah sampai mengeluarkan darah.

"Karena putramu itu sudah keterlaluan. Kau urus dia! Jangan sampai aku menghabisi putraku sendiri."

Boy meninggalkan ruangan tersebut, yang diikuti pula oleh Lio. Kedua pria paruh baya itu tidak ingin semakin tersulut emosi, hingga menyerahkan urusan putra putri mereka pada sang istri.

"Dia juga putramu!" protes Tita dengan mencebik setelah melihat suaminya pergi.

Sementara Arneta hanya bisa menghela napas panjang sembari mendekat pada sang putri yang pasti terluka atas penolakan yang diberikan Ryu, karena ia tahu betul begitu lembutnya hati seorang Ivy Richard.

"Mom..." Ivy menatap Arneta dengan kedua mata berkaca-kaca. "Daddy pasti kecewa padaku?" Ia belum sempat meminta maaf pada Dad Lio, karena tidak bisa menjaga diri dengan baik hingga ia pun terpaksa di nikahkan dengan Ryu.

Arneta menggelengkan kepalanya. "Semua sudah terjadi, dan sekarang kau harus memperbaikinya dengan menjalani pernikahan kalian dengan sungguh-sungguh."

Ivy terdiam, mengalihkan tatapannya pada Ryu yang masih terduduk di atas lantai.

"Apa aku bisa menjalani pernikahan ini?" gumamnya dalam hati dengan meragu.

Tapi untuk berpisah itu pun tidak mungkin karena ia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya. Lagi pula Ivy memiliki sebuah prinsip yaitu menikah sekali untuk seumur hidup, dan akan menjadikan pernikahannya sebagai pernikahan yang indah.

"Sudah sayang kau tidak perlu ragu, ayo kita bersiap untuk acara nanti malam!" Tita yang mengerti apa yang dirasakan oleh menantunya, menarik tangan Ivy untuk meninggalkan tempat tersebut bersama dengan Arneta, setelah sebelumnya mengambil berkas perjanjian dari tangan putranya.

Tidak akan ia tinggalkan berkas penting tersebut, karena takut Ryu akan merobek atau membakarnya agar bisa terlepas dari pernikahan yang sudah diaturnya dengan susah payah.

Ya, susah payah. Karena Tita ingat betul hari itu, hari di mana Lio dan Arneta mendatangi kediaman mereka mencari Ryu untuk membuat perhitungan pada putranya karena sudah berani meniduri Ivy. Ia sampai memohon agar kedua orang tua Ivy, mau memaafkan putranya dan tidak memperbesar masalah tersebut dengan cara menikahkan keduanya.

Namun Lio yang saat itu tengah marah tidak menerima tawaran tersebut, hingga sang suami harus turun tangan langsung untuk membujuk sepupunya tersebut agar bersedia menikahkan Ivy dengan Ryu. Bahkan suaminya itu sampai memberikan saham sebesar sepuluh persen untuk Ivy, sebagai jaminan kalau putra mereka tidak akan menyia-nyiakan, dan menyakiti hati Ivy di dalam pernikahan mereka nantinya.

"Mom tunggu! Kalian kenapa pergi?Bagaimana denganku?" Ryu menatap ketiga wanita yang meninggalkan ruangan tersebut tanpa mempedulikannya sama sekali, terutama menatap pada punggung wanita yang kini berstatus sebagai istrinya. "Ivy..." gumamnya dengan tersenyum sinis.

Jauh di dalam lubuk hatinya yang terdalam Ryu tahu betul telah menyakiti hati wanita tersebut. Dan hanya ia yang tahu apa yang tengah dirasakannya kini setelah membuat Ivy terluka.