Dihari ulang tahunnya yang ke 23 tahun Marlena Susianti atau yang sering di panggil Lena berharap hadiah spesial dari sang kekasih. Namun ternyata yang dia dapat tidak sesuai apa yang diharapkan. Lena justru mendapati kekasihnya sedang melalui malam panas dengan sahabatnya sendiri, Sherin. Karena kecewa, Lena pun berlari keluar dari apartemen kekasihnya secepat yang ia bisa untuk menghindar dari kenyataan pahit itu.
Rasa kecewa dan sakit hati membuat Lena pun putus asa hingga ia masuk ke sebuah club malam. Terlalu banyak menenggak alkohol membuat Lena akhirnya menghabiskan malam dengan seorang pria tampan yang tidak dia kenal sama sekali.
“Sayang.. Kamu milikku sekarang.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafsienaff, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30
“Bagaimana rasanya?” Tanya Lena menatap Erlan dengan tatapan ragu. Meski memang menurut Lena masakannya sudah enak, namun Lena juga tidak bisa memungkiri ada ke khawatiran dalam dirinya tentang respon Erlan terhadap menu sarapan yang dia buat pagi ini.
Erlan berhenti mengunyah makanan dalam mulutnya. Dia memperlihatkan ekspresi seolah sedang berpikir membuat Lena menelan ludah semakin merasa khawatir.
“Eemm.. Jujur ya sayang.. Ini adalah makanan yang paling enak yang pernah aku makan. Mungkin memang menunya bisa banyak aku jumpai di restoran manapun. Tapi aku benar benar serius, ini sangat enak.” Jawab Erlan berkata dengan sangat jujur. Entah kenapa Erlan merasa masakan Lena sangat enak meski sebenarnya rasanya sama saja dengan masakan pelayan di rumahnya. Erlan menyimpulkan sendiri rasa spesial itu datang dari rasa cinta dan rasa keberuntungannya yang begitu besar karena akhirnya bisa memiliki Lena sebagai istrinya.
“Oh ya? Jadi kamu suka dengan masakan aku?” Tanya Lena sangat antusias. Lena sangat senang karena ternyata Erlan suka dengan hasil masakannya.
“Suka banget.” Jawab Erlan mantap.
“Kalau begitu setiap hari aku akan membuatkan masakan untuk kamu Erlan.”
Senyuman di bibir Erlan memudar mendengarnya. Bukan tidak senang dengan apa yang Lena katakan. Hanya saja menurut Erlan memasak adalah sebuah aktivitas yang juga akan menguras tenaga. Erlan tidak mau jika sampai Lena merasa kelelahan.
“Eum.. Tapi sayang, aku rasa nggak perlu seperti itu juga. Kamu bisa membuatkan aku makanan kalau kamu lagi senggang saja. Tidak perlu setiap hari. Supaya kamu juga nggak kelelahan. Lagian kan mulai besok para pekerja di rumah ini akan kembali lagi kesini. Kalau kamu yang masak buat aku nanti pekerja yang bertugas memasak jadi bingung dong.” Erlan menjelaskan dengan sangat pelan pelan dan hati hati. Erlan tidak mau jika sampai Lena salah mengartikan maksudnya.
Ekspresi Lena langsung berubah dari antusias menjadi sedikit merengut. Lena membenarkan apa yang Erlan katakan. Jika sampai dirinya yang mengambil tugas memasak untuk Erlan itu sama saja dirinya mengambil tugas pekerja yang sudah bertahun tahun mengabdikan dirinya pada Erlan.
“Kamu ngerti kan maksud aku sayang? Kamu bisa memasak untuk aku tapi tidak harus setiap hari. Misalnya saat aku pulang malam dan pekerja di rumah ini sudah pada istirahat. Bagaimana?”
Lena mengeryit.
“Memangnya kamu suka pulang malam?” Tanya Lena penuh selidik.
“Ya.. Terkadang aku pulang sedikit terlambat sayang. Tapi tidak tau setelah ini. Aku merasa sepertinya aku tidak bisa jauh jauh dari kamu. Aku bahkan sempat berpikir akan memindahkan kantor kerumah supaya aku tetap bisa bersama kamu setiap hari.” Jawab Erlan. Pria itu kemudian berkata dengan mimik wajah serius.
Lena terkekeh geli mendengarnya. Candaan Erlan terlalu serius menurutnya. Dan itu sangat menggelitik perutnya.
“Kamu terlalu berlebihan Erlan. Sudahlah lebih baik sekarang kita habiskan sarapan ini. Bukannya acara Alex dan Sherin akan di adakan siang ini?”
“Hey sayang.. Aku serius.” Erlan tidak bisa diam saja karena Lena menganggap apa yang di katakan nya hanya sebuah candaan.
Dengan lembut Erlan meraih tangan Lena dan menggenggamnya erat namun sangat lembut.
“Aku benar benar merasa tidak bisa jauh dari kamu sayang.. Aku ingin selalu berdua sama kamu seperti ini. Setiap hari bahkan setiap detik.”
Lena menatap tangannya yang terlihat begitu kecil di genggaman Erlan. Lena tidak tau seberapa besar cinta Erlan untuknya. Tapi yang pasti, Lena selalu bisa merasakan ketulusan pria itu.
“Erlan.. Terimakasih atas perasaan kamu sama aku. Aku sangat menghargainya dan aku akan berusaha untuk menjaganya dengan baik.” Senyum Lena beralih menatap wajah tampan Erlan.
“Lalu bagaimana untuk membalasnya sayang?” Tanya Erlan menatap lembut pada Lena.
Lena terdiam sesaat kemudian tersenyum. Secuilpun Lena tidak punya alasan untuk tidak berusaha mencintai Erlan. Pria itu sudah banyak melakukan sesuatu untuknya. Erlan juga baik dan pengertian. Apa lagi Lena juga sudah tau berapa lama Erlan menunggu dan mencintainya dalam diam.
“Untuk itu biarkan aku dan Tuhan yang menentukan Erlan. Yang pasti aku akan selalu ada di samping kamu. Karena aku tidak punya alasan untuk pergi dari sisi kamu.” Jawabnya dengan halus.
Erlan tersenyum lagi kemudian menganggukkan kepalanya mengerti. Erlan paham bahwa mungkin memang tidak mudah bagi Lena untuk kembali jatuh cinta setelah apa yang dia alami. Dan Erlan berusaha untuk mengerti itu. Erlan juga percaya bahwa Tuhan pasti akan mendengarkan do'a yang setiap saat dia panjatkan. Yaitu membuat Lena bisa mencintainya. Karena Erlan tau hanya Tuhan yang bisa membolak balikan hati setiap makhluknya.
Erlan melepaskan genggaman tangannya pada tangan Lena. Pria itu kemudian merentangkan kedua tangannya menatap Lena masih dengan senyuman yang menghiasi wajah tampannya.
“Boleh tidak aku memeluk istriku?” Tanya Erlan.
Lena terkekeh geli mendengarnya. Tanpa sedikitpun merasa keberatan, Lena pun bangkit dari duduknya kemudian berhambur memeluk Erlan yang masih duduk di kursinya. Hal itu membuat Lena harus sedikit membungkuk karena posisi Erlan yang duduk.
Setelah berpelukan mereka pun kembali melanjutkan menyantap sarapan nya dengan di selingi obrolan ringan dan candaan.
----------
Di tempat lain, Alex masih berusaha memutar otak untuk membatalkan acara pernikahannya yang sebentar lagi akan di laksanakan. Apa lagi sekarang nyonya besar Smith mamahnya juga melarangnya untuk menemui Shiren. Hal itu membuat Alex tidak bisa mengancam Sherin.
“Enggak, aku nggak bisa menikah dengan Sherin. Aku nggak mencintainya. Aku nggak mau hidup sama dia.” Geleng Alex merasa sangat frustasi sendiri.
Ya, sampai sekarang Alex memang belum bisa menerima kenyataan bahwa Lena sudah bahagia dengan pilihannya menikah dengan Erlan. Alex masih merasa bahwa hanya dirinyalah yang pantas bersanding dengan Lena. Alex sedikitpun tidak menyadari kesalahan yang dia perbuat di belakang Lena.
Suara pintu yang di buka mengejutkan Alex. Dengan cepat Alex menegakkan kepalanya menatap nyonya besar Smith yang sudah rapi dengan dandanan elegant nya. Kebaya putih membalut tubuhnya yang ramping pertanda bahwa wanita itu sudah siap untuk pergi.
“Semuanya sudah siap Alex. Kita pergi sekarang.” Katanya dengan tegas yang artinya wanita itu sama sekali tidak mau di bantah oleh Alex, putra tunggalnya.
Alex berdecak pelan. Tidak sekali dua kali Alex mencoba bernegosiasi dengan mamahnya. Namun mamahnya sama sekali tidak mau mendengarkannya dan tetap dengan pendiriannya yaitu menyuruh agar Alex mempertanggung jawabkan perbuatannya yang sudah membuat Sherin hamil.
Alex menelan ludah. Ingin sekali dia lari sejauh mungkin untuk menghindari kenyataan. Namun Alex sadar itu tidak mungkin dia lakukan. Alex tidak mau menjadi gelandangan dan hidup tanpa memiliki apa apa.
“Ya mah..” Saut nya bangkit dari duduknya di tepi ranjang kemudian melangkah mendekat pada mamahnya.
Pagi ini mereka memang harus bergegas ke gedung tempat yang di sewa oleh nyonya dan tuan besar Smith untuk acara pernikahan dan pesta resepsi Alex dan Sherin.
Erlan hbat y,pdhl baby'ny blm staun...tp udh otw yg k 2....🤭🤭🤭