"Aku hanya mengganggap dirimu baby sitter. Setelah dia terbangun, saat itu juga kau angkat kaki dari rumah ini!!!" Filio Ar Januar.
"Pernikahanku terjadi dengan keterpaksaan, namun aku berharap akan berakhir bahagia. Aku mohon lihat aku sekali saja," Asilla Candrawinata.
Diharapkan membaca TERPAKSA MENIKAH season 3
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanzhuella annoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 30. Aneh
Seketika tubuh Filio menegang karena tertangkap basah oleh Asilla yang kebetulan keluar dari kamar Moses.
"Tu-Tuan. Tuan sudah pulang," kata Asilla sangat kaget dengan kehadiran Filio, apa lagi baru keluar dari kamar si kembar.
Hmmm
Filio berusaha tetap tenang seperti biasanya. Keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing.
"Permisi Tuan, saya ingin masuk ke kamar si kembar," kata Asilla ingin memasuki kamar itu tetapi tubuh jangkung Filio menghalang pintu.
"Tidak perlu, mereka sudah terlelap," larang Filio tanpa menggeser tubuhnya.
Mendengar perkataan Filio tentu saja membuat kening Asilla mengerut.
"Saya ingin memastikan saja Tuan," kekeh Asilla sehingga membuat Filio menyingkir sedikit dari pintu.
Asilla masuk begitu saja, sedangkan Filio masih menunggu didepan pintu kamar si kembar dengan tubuh menyandar di dinding, ia merasa seluruh tubuhnya pegal.
Ceklek
Asilla kembali membuka pintu tanpa mengetahui jika Filio masih berada di tempat semula.
Deg
Ternyata Filio masih berada di sana sehingga membuat Asilla menarik nafas.
"Ikut aku ke kamar," ujar Filio singkat masih dengan tubuh menyandar dengan pandangan berpusat di pintu kamar milik Moses.
"Untuk apa Tuan?" Asilla bertanya, tentu saja ia tidak percaya apa yang dikatakan Filio.
"Menurutmu untuk apa jika sepasang suami-istri berada di satu kamar?" ujar Filio masih tanda tanya bagi Asilla.
Hah.....
Mendengar penuturan Filio yang ngawur membuat Asilla melangkahkan kaki ingin memasuki kamar miliknya.
"Kau kira aku sudi meniduri dirimu? simpan pikiran kotormu itu!" Seru Filio dengan nada meninggi.
"Baguslah," gerutu Asilla tanpa sadar.
"Apa kau bilang?" suara bariton itu mengagetkan Asilla.
"Baik Tuan," kata Asilla.
Keduanya menggunakan tangga. Asilla mengikuti dari belakang. Ini pertama kalinya ia memasuki area ruang Filio.
"Untuk apa dia mengajakku ke kamarnya?" batin Asilla.
Bruk
Awww
Ringis Asilla merasakan keningnya menubruk belakang kekar itu yang tiba-tiba berhenti di ujung tangga.
"Kalau jalan gunakan mata, sangat ceroboh," desis Filio.
"Tuan kenapa berhenti?" cicit Asilla sangat berani.
"Kau berani bertanya?" ujar Filio dengan nada meninggi. "Apa kau tidak lihat itu?" imbuhnya sembari menunjukan hewan Mahmud peliharaan Moses tepat berada di ujung tangga sehingga membuatnya berhenti.
Asilla mengikuti arah yang ditunjukan Filio.
"Oh Mahmud. Memang kenapa Tuan? itu peliharaan Moses, tetapi kenapa sampai berkeliaran di sini?" gumam Asilla.
"Cepat singkirkan itu," seru Filio sembari memundurkan tubuhnya menjauh.
"Biar aja Tuan, mereka tidak menganggu," kata Asilla sangat berani membantah.
"Kau!" Seru Filio dengan mata tajamnya.
Dengan terpaksa Asilla melangkah menghampiri dua ekor Mahmud berwarna putih. Diambilnya dan diletakan di telapak tangannya lalu mendekati Filio.
"Lihat Tuan mereka sangat lucu," kata Asilla tanpa menyadari sesuatu.
"Singkirkan!" Teriak Filio sembari menghindar. Asilla terlanjur tanpa sengaja melemparkan salah satu Mahmud ke pundak Filio sehingga membuatnya menempel. "Asilla," teriak Filio sembari loncat sana-sini agar Mahmud itu terlepas.
Seakan mengerti Asilla menarik tangan Filio dan terpaksa Filio berhenti loncat-loncat.
"Maaf," mohon Asilla sembari melepaskan Mahmud tersebut, sehingga membuat Filio menghela nafas. Jujur saja ia sangat membenci hewan tersebut karena baginya itu sangat mengerikan atau menjijikan.
"Kau sudah kelewatan," ujar Filio menghentikan lengan Asilla. Asilla bisa melihat raut wajah memucat Filio. "Singkirkan dan bawa ke kandangnya," imbuhnya.
Filio melangkah ingin masuk ke kamar.
"Setelah semuanya beres kau kembali ke sini, aku menunggu di kamar. Dan jangan lupa bersihkan tanganmu itu," ujar Filio diambang pintu kamar.
Bam
Daun pintu terdengar cukup keras. Asilla yakin jika Filio murka atas kelakuannya tadi.
"Sangat aneh takut dengan hewan sekecil ini. Buat apa wajah tampan tetapi no gentleman," sungut Asilla sembari menuruni tangga.
Seketika sadar dengan apa yang di sungutnya membuat Asilla menggelengkan kepala. Tanpa sadar untuk pertama kalinya ia memuji ketampanan Filio.
"Mahmud yang lucu kalian kembali ke tempat yang seharusnya ya? di atas sana ada pria raksasa tetapi sayangnya no gentleman," ujar Asilla dengan kedua tangan menyangka wajahnya sembari menatap kedua Mahmud itu yang sudah dimasukan kedalam kandang.
"Apa kau meragukan kelakuanku? apa perlu aku membuktikan sesuai umpatan itu? hah?" tiba-tiba suara bariton mengejutkan Asilla.
Asilla bangkit dengan wajah memucat karena tidak sadar mengatai Filio bahkan merendahkannya.
"Buktikan ucapanmu itu," bentuknya sekali lagi dengan sorot mata membunuh.
"Maafkan saya Tu-Tuan," kata Asilla dengan terbata sembari memundurkan tubuhnya, sedangkan Filio semakin maju.
Asilla meneguk ludahnya. Sekarang tubuhnya sudah terbentur dinding pembatas kamar milik Moses. Filio mengurung tubuh Asilla dengan kedua tangan bertumpu ke dinding.
"Aku akan membuktikan ucapanmu itu," ancam Filio dengan wajah begitu dekat, bahkan hembusan nafas keduanya masing-masing menyapu wajah mereka. Asilla menggelengkan kepala pelan sehingga mengakibatkan hidung mancung keduanya saling bersentuhan.
Deg
Jantung keduanya sama-sama bergemuruh tak menentu.
"Tu-Tuan," lirih Asilla dengan wajah memerah.
"Akan aku buktikan,"
"Papa,"
"Mama,"
Seketika keduanya tercengang mendengar seruan dari anak-anak. Tanpa mereka sadari ternyata mereka terbangun tiba-tiba ditengah malam begini.
Filio maupun Asilla berusaha tetap bersikap biasa saja.
"Papa sama Mama Sila lagi ngapain tengah malam begini berada di pintu kamar kami?" tanya Moses.
"Itu sayang si Gaga dan Gigi kesayangan Moses keluar kandang. Papa kamu rupanya sangat takut kepada hewan sekecil dan seimut mereka" terang Asilla sembari menyindir Filio. Tentu saja Filio murka mendengar sindiran Asilla tetapi ia berusaha menahannya karena di sana ada Isabella.
"Iya Mama Sila, Papa memang tidak menyukai Mahmud, bahkan kata Papa hewan ini sangat mengerikan sekali," cerita Moses membuka kartu sang Papa.
Hahaha
Tanpa sadar Asilla terkekeh sendiri.
Hmmm
Mendengar deheman itu membuat Asilla bungkam, sungguh ia tidak sadar. Filio berusaha menahan dirinya.
"Kalian lanjutkan kembali tidur, ini sudah tengah malam. Moses, Papa tidak ingin melihat hewan peliharaan kamu memasuki ruang pribadi Papa," ingat Filio, karena ia benar-benar syok dengan hewan sejenis itu.
"Baik Pa," jawab Moses.
Setelah mengatakan itu Filio kembali menaiki tangga. Sebenarnya ia ingin sekali memberi perhitungan terhadap Asilla tetapi demi Isabella ia dapat menahannya.
...******...
Pagi menjelang
Seperti pagi biasa mereka sedang menikmati sarapan, sebelum berangkat ke sekolah.
"Sayang habiskan sarapan kalian," kata Asilla seperti biasa.
"Iya Ma," jawab mereka serempak dengan mulut penuh.
"Pintar," balas Asilla dengan senyuman. "Mama juga akan ke sekolah untuk membayar iuran sekolah kalian," ungkap Asilla.
"Hore," sorak ketiganya sangat girang mendengar Asilla akan ikut ke sekolah. Selama ini Asilla jarang mengantar mereka, hanya ketika ada kepentingan saja.
Asilla tersenyum melihat antusias dari ketiga kesayangannya.
"Maafkan Mama karena tidak ada waktu untuk mengantar kalian sayang," ungkap Asilla dengan wajah sendu.
"Tidak apa-apa Mama Sila. Mama Sila kan cari uang," kata polos Moses seakan mengerti dengan pekerjaan Asilla.
Mendengar penuturan polos Moses membuat Asilla terharu. Bahkan seketika membuat ia mendaratkan kecupan sayang dan penuh cinta di pipi Moses.
"Hore Moses dapat ciuman pagi dari Mama Sila," seru Moses girang.
"Mama pilih kasih," canda Gabriella.
"Adil dong Ma," timpal Isabella.
"Sini sayang,"
Cup cup cup
Asilla mencium mereka silih berganti. Dari sudut ruang makan sesosok memperhatikan kegiatan mereka di meja makan.
Kini mereka sudah siap berangkat ke sekolah. Mereka keluar dari meja makan. Seketika mereka cukup kaget mendapati Filio tengah terduduk di sofa ruang bersantai dengan pakaian santai. Biasanya beberapa minggu ini pria itu jarang mereka jumpai.
"Sayang sapa Papa, Uncle," titah Asilla. Bagaimanapun ia harus mendidik mereka harus sopan dan berbakti kepada orang tua.
Dengan takut-takut Isabella mendekati dirinya. Seakan mengerti Filio tidak ingin menatap Isabella.
"Siang ini Papa akan keluar negeri selama 1 minggu. Kamu baik-baik di rumah, dan jaga Adik-Adikmu." Ujar Filio.
Bola mata Asilla membulat mendengar pertama kalinya Filio mengatakan itu, sehingga membuat Asilla tidak percaya dengan akhir-akhir ini sikap aneh dari Filio.
"Kalian ingin hadiah apa?" ujar nya kembali.
"Robot Papa," jawab Moses antusias, sedangkan si kembar hanya terdiam. Seakan paham Filio tidak melanjutkan untuk bertanya. "Baiklah Papa akan memberi oleh-oleh kepada kalian semua," imbuhnya.
Kening Asilla mengerut, sejak kapan pria yang sangat mencintai kehadirannya di sini bisa bersikap tak wajar seperti ini.
"Papa beli buat Mama Sinta juga ya?" kata Moses dengan polosnya.
Deg
Seketika membuat Filio maupun Asilla saling memandang. Jujur saja selama ini Filio jarang memikirkan keadaan Asinta, entah dia sendiri juga tidak mengerti akan pikirannya. Bisa dikatakan nama Asinta beberapa persen saja dibenaknya.
"Papa, Moses berangkat dulu,"
Cup
Moses mendaratkan kecupan di wajah sang Papa.
"Uncle kami permisi," timpal Gabriella sembari mengembangkan senyuman manisnya. Sedangkan Isabella sejak tadi hanya menunduk saja.
"Mari Tuan, kami permisi," sambung Asilla.
Filio terdiam memandangi punggung mereka spai menghilang. Entah apa yang ada dibenaknya saat ini. Hanya dialah yang tau, bahkan ia masih merahasiakan dari author🤣
...******...
Hari berlalu tanpa terasa, hari ini adalah kepulangan Filio dari luar negeri seperti yang ia katakan sebelum berangkat. Seperti yang diperkirakan ia akan tiba larut malam.
Kebetulan hari ini adalah weekend jadi mereka hanya berdiam diri di rumah saja dengan menghabiskan waktu untuk bermain. Asilla kini berada di taman sembari mengecek pembukuan butik. Asilla meraih gelas yang berisi jus lemon.
Dret
Seketika ponsel di atas meja bergetar.
"Mama," gumam Asilla melihat layar ponselnya.
"Halo Ma," sapa Asilla.
"-------------,"
"Apa?"
Prang
Gelas yang berada di tangannya tadi jatuh begitu saja di lantai ketika mendengar kabar dari Mira.
Deg
...******...