Awalnya aku percaya kalau cinta akan hadir ketika laki laki dan wanita terbiasa bersama. Namun, itu semua ternyata hanya khayalan yang kubaca dari novel novel romantis yang memenuhi kamar tidurku.
Nyatanya, bertetangga bahkan satu sekolah hingga kuliah, tidak membuatnya merasakan jatuh cinta sedikit saja padaku.
"Aku pergi karena aku yakin sudah ada seseorang untuk menjagamu selamanya," ucap Kimberly.
"Sebaiknya kita berdua tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin Viera terluka dan menderita karena melihatmu."
Secara bersamaan, Kimberly harus meninggalkan cinta dan kehilangan persahabatan. Namun, demi kebahagiaan mereka, yang adalah tanpa dirinya, ia akan melakukannya.
"Tak ada yang tersisa bagiku di sini, selamat tinggal."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKU MENERIMA
Sehari sebelumnya,
"Apa maksud Daddy?"
"Besok kita akan bertemu dengan keluarga Harisson."
"Untuk apa kita ke sana, Dad? Jika karena Daddy ingin berterima kasih kepada mereka karena dulu sering menitipkan aku di sana, itu tidak perlu, karena sudah 3 tahun ini aku tidak pernah lagi merepotkan mereka," ucap William.
"Kita akan pergi ke sana bukan untuk itu, tapi untuk menjalankan wasiat Grandpa dan Grandmamu," jelas Michael.
"Wasiat? Apa Grandpa dan Grandma memberikan sebagian harta kita kepada mereka? Apa yang mereka lakukan hingga Grandpa dan Grandma sampai melakukan itu, Cihhh!!" William memberengut kesal.
Kini, setelah William duduk di hadapan keluarga Harisson, ia mulai bisa membaca situasi dan ini membuatnya jengkel. Ingin sekali ia berteriak, untuk mengatakan bahwa ia menolak semua ini. Tapi sepertinya ia tak boleh bertindak sembarangan.
Kimberly turun dari lantai atas, kemudian berusaha tersenyum saat menuruni tangga.
"Sial!!! wanita itu malah tersenyum, pasti ini semua adalah akal akalannya untuk memuluskan rencananya," batin William.
Namun, ketika mata Kimberly beradu dengan mata William yang duduk di salah satu sofa ruang duduk, seketika membulat.
"Apa jangan jangan?" batinnya.
"Kimberly, sudah lama Uncle dan Aunty tidak melihatmu. Kamu terlihat sangat cantik dan dewasa," ucap Elena sambil tersenyum.
"Siang Uncle, Aunty," sapa Kimberly sambil tersenyum.
"Kalian benar, cucuku ini sangat cantik sekali. Karena itu aku tidak akan membiarkan sembarang orang untuk menjadi cucu menantuku. Aku sangat berterima kasih pada Peter untuk hal yang satu ini," ucap Kakek Kimberly.
Kimberly duduk di sebelah kakeknya, Frans Harisson. Ia tersenyum memandang ke arah Michael, Elena dan juga William. Namun sayang, William justru berwajah jutek dan terkesan cuek padanya.
"Apa Tuhan sudah membuka jalan untukku agar bisa berada di samping William?" batin Kimberly.
"Tuan Frans, saya mewakili Ayah saya, Peter Smith, ingin melanjutkan wasiat yang sudah diberikan pada saya. Dan setahu saya, ini sudah pernah dibicarakan antara Tuan Frans dengan ayah saya. Ayah saya ingin menjodohkan cucunya, yakni William, dengan cucu anda, yakni Kimberly," ucap Michael.
Tentu saja hal itu membuat Kimberly bahagia, tapi sebisa mungkin ia tak menunjukkannya karena ia akan merasa malu.
"Dad, Mom, bisa aku bicara dengan Kimberly lebih dulu," pinta William.
"Tentu saja, sayang," ucap Elena.
Kimberly kini berada di taman belakang bersama dengan William. Tiba tiba saja William mencengkeram pergelangan tangan Kimberly.
"Sakit, Wil," ucap Kimberly sambil meringis.
"Aku tahu, pasti ini semua adalah akal akalan yang kamu rencanakan. Kamu sengaja menggunakan kakekmu untuk memuluskan rencanamu."
"Tidak, aku tidak melakukannya. Apa kamu tidak dengar kalau tadi Uncle bilang itu adalah wasiat dari Grandpamu."
"Cihh!!! Kamu seharusnya menolak perjodohan ini, tapi malah tampil dengan gaya sok cantik seperti ini," William menatap Kimberly dari atas ke bawah dengan tatapan meremehkan.
"Aku sudah mengatakan kalau aku tidak pernah merencanakan ini. Terserah padamu kalau kamu tidak percaya."
"Aku akan mempercayaimu kalau kamu menolak perjodohan ini," ucap William.
"Tapi aku tidak bisa menolak permintaan kakek," ucap Kimberly.
"Itu hanya alasanmu saja. Asal kamu tahu, aku akan membuatmu lebih menderita lagi jika kamu menerima perjodohan ini. Sampai akhirnya kamu sendiri yang akan memutuskan perjodohan ini."
Kimberly mengepalkan tangannya, kemudian memandang punggung William yang kini berjalan menjauh darinya.
"Apa kalian sudah bicara?" tanya Alan saat William kembali.
"Sudah, Dad. Silakan dilanjutkan."
"Tuan Peter, Tuan Alan dan juga Nyonya Megan. Berhubung mereka berdua sudah berada di akhir studi sarjana mereka, kami berniat untuk melamar Kimberly menjadi menantu kami. Kami akan mengadakan acara pertunangan mereka berdua 2 minggu lagi."
"Secepat itu?" tanya Megan.
"Ya, dan setelah mereka lulus, kira kira 8 bulan lagi, kita akan langsung menikahkan mereka," lanjut Alan.
"Dad, aku tidak mau menikah secepat itu. Masih banyak yang ingin aku raih," ucap William.
"Kamu bisa meraihnya setelah kamu menikah. Dad yakin Kimberly tidak akan menghalangi keinginanmu untuk studi lagi ataupun mengurus perusahaan."
Kini William diam. Ia menatap tajam ke arah Kimberly, berharap wanita itu mau menolak perjodohan ini. Tapi wanita itu hanya diam mendengar setiap perkataan Alan.
"Terima kasih nak Alan. Saya benar benar berterima kasih karena Peter memberikan cucunya untuk menjadi cucu menantu saya. Saya sangat bahagia mendengarnya. Selain karena saya tahu William adalah anak yang baik, karena saya mengenalnya sejak dulu, saya juga tahu bagaimana keluarga kalian. Saya tidak akan menolak perjodohan ini, tapi semua terserah pada cucu saya," ucap Frans.
"Oya, Ayah saya juga memastikan bahwa kami dari keluarga Smith tidak akan membatalkan acara perjodohan ini. Jika memang salah satu dari mereka tidak setuju dengan perjodohan ini, itu hanya boleh dibatalkan jika Kimberly lah yang menolaknya."
"Bagus. Ayo cepat katakan! kalau kamu juga tidak menginginkan perjodohan ini," batin William.
"Nah Kim sayang, bagaimana? Sekarang semua terserah bagaimana keputusanmu. Kalau kamu menerima, kita akan meneruskan perjodohan ini, tapi kalau kamu tidak mau, kamu bisa menolaknya," ucap Kakek Frans.
"Aku ...," semua yang berada di ruangan itu menunggu jawaban Kimberly dan menatap ke arahnya.
"Ayo, katakan kamu juga tidak setuju dengan ini," batin William.
"Aku ..., aku menerima perjodohan ini," ucap Kimberly dengan jelas.
"Sialll!!!"
*****