"Jangan harap aku akan tunduk kepada siapapun! Apalagi seorang wanita sepertimu!" Alaska Dirgantara.
"Sekeras apapun hatimu menolakku, aku tidak peduli! Akan aku pastikan hati sekeras batu itu luluh dengan caraku!" ucap Arumi Nadya Karima.
Alaska Dirgantara, merupakan pewaris tunggal Dirgantara. Pria keras dan kasar yang terpaksa harus menerima perjodohan dengan wanita pilihan Papa Farhan---ayah kandungnya, sebagai syarat untuk mendapatkan aset keluarganya.
***
Terbangun dari koma selama tiga bulan, Arumi Nadya Karima dikagetkan dengan status barunya yang tiba-tiba sudah menjadi istri dari pria kejam yang bahkan tidak dikenalinya sama sekali. Dan lebih parahnya lagi, ia hanya dijadikan alat untuk mempermudah jalannya mendapatkan aset Dirgantara dari ayah mertuanya.
Akankah Arumi mampu menjalini hari-harinya berganti status seorang istri dari pria keras dan kejam? Atau memilih pergi dari suaminya? Yuk ikuti kisah selanjutnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lina Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6 : Setelah Tiga Bulan
..."Apa yang diusahakan pasti membuahkan hasil. Jangan khawatir akan takdir, karena itu adalah rencana-Nya. Kita hanya menjalani, bukan untuk menghendaki."...
...~~~...
Sesampainya Papa Farhan di halaman rumah mewah miliknya, bersamaan dengan Mama Rina yang tiba-tiba saja sudah menyambut kepulangan suami juga putranya. Namun siapa sangka, Alaska tidak sama sekali berkata apapun berbeda dengan beberapa detik yang lalu. Dan kini begitu saja melenggang masuk ke dalam kamarnya.
Papa Farhan hanya menghembuskan nafas berat melihat tingkah Alaska yang tidak bisa berubah jika bersama istrinya. Entah kebencian apa yang Alaska miliki terhadap Mama Rina, sehingga enggan bersikap baik sekali saja.
"Pa, kenapa diam saja? Ayo duduk dan masuklah, Mama bawakan minuman dulu buat Papa," ujar Mama Rina membuyarkan lamunan Papa Farhan.
"Eh iya Ma, cepat ya Ma! Papa ada kabar baik ni buat Mama," ucap Papa Farhan sembari tersenyum manis dan mendudukan dirinya di sofa.
"Oke Pa, tunggu sebentar!" Mama Rina buru-buru masuk ke dapur karena arahan suaminya yang entah kenapa wajahnya berbinar-binar, sehingga mengundang penasaran dibenaknya.
Lima menit kemudian, Mama Rina kembali dengan membawa minuman dingin yang Papa Farhan minta. Lantas menyimpannya di atas meja yang cukup besar sembari menghadap kepada suaminya.
"Pa ini, minuman dinginnya." Mana Rina tersenyum melihat Papa Farhan langsung meminum minuman buatannya itu.
"Pa, apa yang ingin Papa beritahu tadi sama Mama? Kenapa Mama lihat Alaska kok kelihatan tidak senang begitu beda sama Papa? Semua baik-baik saja kan?" tanyanya dengan antusias.
Papa Farhan tersenyum mendengar penuturan Mama Rina yang sudah tidak sabaran. "Tenang Ma, semuanya berjalan lancar bahkan ada kabar gembira buat Mama," ucapnya yang masih senyum-senyum sendiri.
"Apa itu Pa? Jangan buat Mama penasaran dong," ujar Mama Rina yang emang sudah tidak sabaran menunggu kabar dari Papa Farhan.
"Jadi gini Ma, Harun sudah menerima lamaran kita soal perjodohan dan ia juga menitipkan salam kenapa Mama karena gak bisa hadir kan tadi," jelas Papa Farhan.
"Wa'alaikumsalam. Iya kan Mama enggak bisa hadir karena banyak kerjaan di butik. Alhamdulillah, kapan Alaska menikahi gadis itu Pa?" tanya Mama Rina kembali.
"Sudah Ma, Alaska sudah menikah sama putri dari Harun beberapa menit yang lalu. Kini mereka sudah menjadi sepasang suami istri," ucap Papa Farhan dengan santainya.
"Hah! Papa yang bener saja? Kok bisa secepat ini? Kenapa enggak kabarin Mama? Jadi, kan Mama enggak melihat Alaska menikah," tutur Mama Rina sungguh kaget mendengar apa yang suaminya katakan.
"Haha, Mama ni lucu kalau begitu. Iya Maaf Ma, Papa enggak sempat ngabarin Mama karena waktunya mepet, tambah Arumi putrinya Harun itu mengalami kecelakaan, jatuh dari pesawat saat hendak kembali ke Indonesia. Sekarang Arumi dirawat di Rumah Sakit Medika, untungnya ia selamat. Akan tetapi, Arumi mengalami koma. Papa langsung meminta kepada Harun untuk menikahkan putrinya kepada Alaska supaya tidak mengulur waktu, dilihat juga kondisi Arumi cukup parah," jelas Papa Farhan dengan rinci supaya istrinya mengerti dan tidak salah paham.
"Inalillahi. Jadi, berita tadi itu salah satu korbannya adalah menantu kita Pa? Mama ingin melihat menantu Mama Pa, tapi bagaimana sama Alaska? Dia kan belum siap Pa, tapi sudah dinikahkan saja, gimana dia mau mengenal istrinya dong Pa? Apalagi istrinya itu pasti belum mengetahui soal ini karena masih dalam keadaan koma kan," tutur Mama Rina. Entah kenapa ia sangat khawatir kepada Alaska kedepannya nanti, dan juga Arumi yang masih dirawat.
"Tenang Ma, Alaska sudah setuju menikahinya. Dia akan tanggung semuanya, termasuk istrinya nanti. Setelah Arumi bangun dari komanya, kita akan menjemputnya ke rumah. Besok saja ya Mama, Papa antar Mama melihat menantu kita," ujar Papa Farhan memberikan pengertian.
"Baiklah Pa, Mama ngikut saja. Mudah-mudahan setelah ini Alaska mulai berubah," ucap Mama Rina mempercayai apa yang suaminya katakan.
...**********...
Tiga Bulan Kemudian.
Setiap hari Alaska mengunjungi Arumi di rumah sakit. Sampai tiga bulan ini, ia masih bertahan menunggu sang istri membuka kedua matanya. Namun siapa sangka, selama itu pula Arumi belum sadar dari komanya.
"Istriku, kapan kamu akan membuka kedua matamu itu? Selama tiga bulan ini, suamimu menunggumu. Cepatlah bangun, suamimu ini akan membuat hidupmu berubah. Uhh, aku sudah tidak sabar melihatmu menderita nanti," gumam Alaska sembari menyentuh wajah istrinya dengan jari tangan, menyelusuri inti dari wajah Arumi yang terlihat sempurna tanpa ada cacat, kecuali tubuh lainnnya yang terluka.
Hening, tidak ada pergerakan apapun dari sang empu. Itu pun berjalan selama tiga bulan terakhir ini. Papa Farhan dan Mama Rina juga selalu mengunjungi Arumi dan membawa makanan, berharap menantunya itu cepat sadar dari komanya. Namun ternyata di luar dugaan, Arumi masih terpejam dan belum menunjukan perubahan.
Sebagai seorang suami, Alaska siaga menjaga Arumi bahkan memanggil anak buahnya untuk menjaga ruang rawat istrinya, jika terjadi perkembangan pada Arumi ia sigap. Namun sayangnya, itu bukanlah sebuah ketulusan hanya rasa tanggung jawabnya saja, karena ia juga tidak menginginkan kehadiran wanita itu. Itu pun jika bukan syarat dari papanya.
Tanpa disadari, jari tangan Arumi mulai bergerak di saat Alaska masih memegangi wajah cantik Arumi, walupun ia tidak menginginkannya. Tetep saja, ia mengagumi wajah cantik Arumi yang terlihat tenang jika masih terpejam seperti itu, entah gimana kalau dia terbangun, Alaska pun tidak mengetahui apalagi mengenalnya.
Kedua kelopak mata Arumi tiba-tiba saja terbuka. Hal pertama yang ia lihat wajah laki-laki tampan tengah meraba-raba wajahnya dengan tangan besarnya itu. Nampaknya Arumi mulai bangun dari komanya. Namun tidak terduga, bangunnya itu adalah sebuah petaka untuk dirinya.
"Hay cantik, kamu sudah bangun sayang? Gimana enak ya tiduran lama banget?" tanya Alaska mulai menyadari bahwa istrinya itu tersadar. Pada saat tangannya bergerak tadi, Alaska tetep bersikap tenang dan engan menghentikan aksinya yang masih memegangi wajah Arumi, walupun sudah pasti Arumi akan membuka dua matanya.
"Eemmm ... aku di mana? Dan siapa kamu hah? Kurang ajar! Apa yang kamu lakukan? Jangan pernah menyentuhku! Menjauhlah, aku tidak mengenalmu!" tegas Arumi yang kaget karena terbangun dalam satu ruangan hanya dengan seorang laki-laki. Dan yang paling mengagetkan baginya, tangan laki-laki itu yang lancang memang wajahnya.
"Kenapa takut? Saya berhak atas dirimu sayang. Tenanglah, setiap hari saya sudah terbiasa memegangi wajahmu," ucap Alaska sangat lucu melihat Arumi ketakutan seperti itu, padahal ini kali pertama ia melihat gadis itu terbangun.
"Jangan kurang ajar ya kamu! Aku tidak mengenalmu, menjauhlah dariku! Dan di mana orang tuaku? Aku tidak ingin kau berada di sini!" cicitnya sembari meringsut ketakutan.
"Hey! Jangan marah begitu, sayang. Ini hari pertama kamu sadar dari koma selama tiga bulan, apa kau tidak ingin memelukku?" tanya Alaska sembari sengaja medekati Arumi.