NovelToon NovelToon
Harga Sebuah KEHORMATAN

Harga Sebuah KEHORMATAN

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Contest / Cintapertama / Badboy / Cintamanis / One Night Stand / Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir / Bad Boy
Popularitas:19.6M
Nilai: 4.5
Nama Author: Yutantia 10

"May, aku takut. Aku ingin mundur, aku ingin membatalkan semua ini." Ucap Rain dengan tubuh gemetaran.

Malam ini dia berada disebuah kamar hotel presiden suit. Ya, Rain terpaksa harus melelang keperawananannya demi uang. Dia butuh banyak uang untuk biaya rumah sakit adiknya. Selain itu dia juga tutuh uang untuk biaya pengacara, ayahnya saat ini sedang meringkut ditahanan karena kasus pembunuhan.

"Jangan gila Rain. Kau harus membayar ganti rugi 2 kali lipat jika membatalkan. Masalahkan bukan selesai tapi akan makin banyak. Jangan takut, berdoalah, semoga semuanya berjalan lancar." Ucap Maya.

Berdoa? yang benar saja. Apakah seorang yang ingin berbuat maksiat pantas untuk berdoa minta dilancarkan, batin Rain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

IKUT KEMANAPUN KAMU PERGI

Rain sudah tak sabar menunggu jam pulang. Dia tak henti hentinya melihat jam di pergelangan tangannya. Sejak dia memutuskan balikan dengan Gaza, pikirannya jadi kembali dipenuhi dengan Gaza. Sejam saja tak bertemu rasanya sangat rindu.

Rain segera keluar ketika jam sudah menunjukkan pukul 4 tepat. Dengan langkah cepat dia keluar kantor untuk bertemu pujaan hatinya.

Senyumnya merekah saat melihat Gaza sudah menunggunya didepan kantor. Dilambaikannya tangan kearah Gaza saat pria itu juga melihat kearahnya.

"Lama ya nunggu?"

"Enggak kok, aku tadi pulang jam 3 terus langsung kesini. Kayaknya besok besok kamu harus nungguin aku deh kalau mau pulang bareng. Pekerjaanku banyak, aku gak bisa pulang cepet." Gaza menyentuh pucuk kepala Rain lembut.

"Gak papa kok aku nungguin kamu. Yang penting bisa pulang sama kamu."

"Ya udah yuk." Gaza membukakan pintu mobil untuk Rain lalu menutupnya kembali setelah wanita itu duduk.

Dari tempat yang agak jauh, Sean terus memperhatikan mereka. Tangannya mengepal kuat, wajahnya mengeras.

"Kita jalan jalan dulu ya yang, habis itu nyari makan. Lama diluar negeri jadi pengen keliling Jakarta," ucap Gaza sambil melirik ke arah Rain yang duduk disebelahnya.

"Kemanapun kamu pergi, aku ngikut aja."

"Cie.... seneng aku kalau kamu lagi mode bucin gini, hahaha." Sahut Gaza sambil menggenggam sebelah tangan Rain.

"Ish siapa juga yang bucin. Aku cuma lagi nyari makan gratis, bukan bucin, wek." Ejek Rain sambil menjulurkan lidahnya ke arah Gaza.

"Bentar lagi juga dapat makan gratis tiap hari."

"Kamu mau nraktir aku tiap hari maksudnya?"

"Ya enggak lah, rugi aku traktir kamu tiap hari."

"Ish pelit." Seru Rain sambil memelototi pria disebalahnya. "Lalu dapat darimana aku makan gratis tiap hari?"

"Dari akulah, tapi bukan traktiran, melainkan kewajiban. Aku ingin kita segera menikah Rain. Aku tak sabar untuk menjadikanmu istriku."

"Ogah." Jawab Rain cepat sambil menarik tangannya.

"Kok gitu sih, mana gak pakek mikir dulu jawabnya." Gerutu Gaza sambil pura pura memasang wajah sedih. Dia tahu Rain tak sedang serius dengan ucapanya barusan.

"Kamu yang gak pakai mikir, masak ngelamar cewek dimobil kayak gini, gak romantis." Cibirnya.

Gaza seketika terbahak mendengarnya.

"Kamu lupa apa amnesia." Gaza memukul pelan kening Rain. "Kita udah tunangan, aku udah pernah bikin lamaran super romantis buat kamu. Aku gak lagi nglamar kamu sekarang. Aku cuma ingin mempercepat pernikahan kita."

"Hehehe... iya sih, aku kelewat baper. Sampai mikir kamu lagi ngelamar aku."

Mobil Gaza terus menyusuri jalanan yang lumayan padat. Jam pulang kantor seperti ini udah jadi langganan macet.

"Aku ingin menemui Om Teguh Rain, aku ingin segera menikahimu."

Rain terdiam mendengarnya. Bukannya tak senang dengan niat baik Gaza, hanya saja dia masih belum yakin mendapatkan restu dari keluarga Gaza.

"Kenapa Rain, kamu gak mau menikah denganku?"

Rain menggeleng. Dia menatap nanar kearah jalanan dengan pikiran yang mulai galau.

"Bagaimana dengan keluargamu Ga, mareka gak setuju."

Gaza meraih tangan Rain, membuat wanita itu seketika menoleh kearah Gaza.

"Itu urusanku, biar aku yang membujuk mama. Kalau papa sih gak ada masalah. Tapi papa ingin pernikahan kita biasa aja, gak dipestain."

"Aku sih gak masalah Ga, yang penting nikah sama kamu."

"Tuh kan, bucin kan sama aku." Ledek Gaza sambil terkekeh, membuat suasa yang sempat tegang tadi kembali mencair.

"Apaan sih, godain aku mulu dari tadi." Rain mencubit lengan Gaza sampai pria itu meringis kesakitan.

Gaza menghentikan mobilnya disebuah taman kota. Dia ingin menikmati sore sambil nyari jajanan disana.

Setelah memarkirkan mobilnya. Mereka segera keluar untuk menikmati senja. Rain terus menebar senyum, begitu pula Gaza. Sudah lama sekali mereka tak quality time seperti ini. Terakhir kali satu tahu lalu saat Gaza pulang liburan.

Sepanjang jalan, mereka saling bergandengan tangan. Udara yang mulai sejuk dan langit yang berwarna jingga melengkapi kebahagiaan mereka.

Mareka berhenti untuk membeli sosis bakar lalu mencari tempat duduk yang nyaman untuk menikmatinya.

"Aku seneng banget kita bisa kayak gini lagi Ga."

"Tuh kan bucin." ledek Gaza untuk kesekian kalinya.

"Ish dari tadi bilang gitu terus, males ah gak mau ngomong sama kamu." Rain membuang muka kearah lain sambil cemberut.

"Cie ngambek, udah ah jangan ngambek. Percuma ngambek, aku tahu kamu cuma pura pura untuk cari perhatianku. Kamu tuh bucin sama aku, mana bisa ngambek."

Rain tak menghiraukan Gaza. Disantapnya sosis bakar yang masih hangat sambil memperhatikan anak anak yang sedang bermain bola.

"Yang ganteng tuh disini, kenapa ngadepnya kesana." Gaza memutar pelan dagu Rain sambil menahan tawa.

"Kamu sih, nyebelin." Geram Rain sambil memukul pelan lengan Gaza.

Gaza tertawa ngakak karena gemas dengan tingkah Rain serta wajah cemberutnya. Kesal terus ditertawakan, Rain beranjak dari duduknya dan hendak pergi. Tapi Gaza dengan cekatan menghalangi jalan Rain.

"Mau kemana?" Rain diam saja tak menjawab. Dia hanya mendengus kesal dengan kedua tangan dilipat didada.

"Jangan tinggain pria yang bucin ini, please...." Ucap Gaza dengan ekspresi yang dia buat menyedihkan.

"Akhirnya ngaku juga kalau bucin sama aku." ledek Rain masih dengan bibir yang mengerucut.

"Walaupun gak ngaku, takkan kamu gak tahu. Aku kan bucin akut sama kamu. Bucin tingkat dewa." Goda Gaza sambil menarik hidung Rain agar tak lagi cemberut. Dan benar saja, usahanya berhasil, senyum manis terbit dari bibir wanita tercintanya itu.

Cup

Mata Rain membelalak tatkala Gaza tiba tiba mencium pipinya.

"Gaza." Rain memukul lengan pria itu, wajahnya memerah karena malu. "Banyak orang, gak malu apa." Rain melotot ke arah Gaza.

"Makanya ayo duduk lagi, kalau gak mau, aku cium lagi." Gaza mendorong bahu Rain kembali duduk ditempat tadi. Cewek itu aneh, jaim. Nggak mau dikatakan bucin. Padahal jelas jelas bucin, batin Gaza.

Mereka menikmati sosis bakar sambil bercerita tentang masing masing. Rasanya sudah lama sekali mereka tak menghabiskan waktu bersama seperti ini.

"Aku ada tawaran kerja di London. Sebenarnya sudah sejak dulu saat aku masih kuliah S2 disana. Tapi dulu aku tolak karena ingin hidup bersamamu disini. Tapi mereka terus menghubungiku, dan aku mulai tertarik. Maukah kamu ikut aku kesana. Aku ingin segera menikah dan membawamu kesana Rain."

Bukannya tak mau, Rain mau sekali. Tapi ada satu hal yang mengusik pikirannya. Alan, ya, dia tak mungkin meninggalkan adiknya itu sendirian.

"Tapi keluargaku disini Ga. Aku gak mungkin ninggalin Alan sendiri. Dia cuma punya aku sekarang."

Gaza menarik bahu Rain agar menghadap kearahnya. Disentuhnya lembut pipi Rain dengan ibu jarinya. Gaza juga merapikan rambut Rain yang sedikit berantakan karena angin. Perhatian kecil seperti ini yang selalu membuat Rain jatuh cinta lagi dan lagi pada Gaza.

"Kita akan mengajak Alan juga. Dia bisa kuliah sambil kerja disana. Dan ayahmu, setelah dia bebas, kita bisa membawanya kesana juga."

"Tapi bagaimana dengan orang tuamu?"

"Papa mendukung semua keputusanku. Dan mama, aku masih akan membujuknya. Lagipula ada Gio dan Ghania, mereka tak akan kesepian. Kamu mau kan Rain ikut bersamaku?" Gaza menggenggam erat kedua tangan Rain dan menatap matanya. Dia ingin menunjukkan kesungguhannya.

"Hem" Rain akhirnya mengangguk "Aku akan ikut kemanapun kau pergi."

"Terimakasih Rain." Gaza memeluk Rain dengan perasaan bahagia. "I love u."

"I love u too."

...*******...

Setelah jalan jalan dan makan malam, Gaza mengantarkan Rain pulang. Setelah itu dia langsung pulang karena sudah larut malam.

"Gaza." Gaza terkejut mendengar suara mamanya dikegelapan. Lampu sudah dimatikan sehingga dia tak melihat mamanya duduk disofa ruang tamu menunggunya.

"Mama."

"Darimana kamu?"

"Ketemu temen temen Ma."

"Kamu sudah pandai berbohong. Ini yang kau bilang bertemu teman." Salma menunjukkan ponselnya pada Gaza. Disana banyak sekali foto Gaza bersama Rain hari ini.

Gaza berdecak kesal. Dia tak habis pikir dengan mamanya, bisa bisanya mengawasinya kayak anak kecil.

"Darimana mama dapat foto foto ini?"

"Tak penting mama dapat darimana. Yang penting jauhi Rain. Sudah berulang kali mama bilang putuskan hubungan kalian." Tekan Salma.

"Gaza juga sudah bilang berulang kali kalau Gaza tak mau putus dari Rain. Gaza akan tetap menikahi Rain."

PLAK

Salma menampar Gaza dengan keras. Nafas wanita itu memburu karena amarah. Sejak dulu, dia paling tidak suka dibantah. "Kau ingin menjadi anak durhaka dengan menentang orang tua? Jangan membuat malu keluarga," teriaknya.

Adrian ayah Gaza segera keluar dari ruang kerjanya saat mendengar ada keributan.

"Ada apa malam malam ribut?"

"Anakmu ini Pa, sulit sekali dikasih pengertian, mama sudah bilang jauhi Rain. Tapi dia tetap saja ingin menikahi Rain."

Adrian membuang nafas kasar sambil memijit pelipisnya. Sejak Gaza pulang dari luar negeri, sudah berkali kali ibu dan anak itu berseteru untuk masalah yang sama.

"Yang menjalani Gaza Ma, biarkan dia yang membuat keputusan. Jangan paksa dia menuruti keinginan mama."

Mulut Salma menganga mendengar ucapan suaminya. Dia tak menyangka jika suaminya justru mendukung Gaza.

"Kenapa papa malah membelanya. Hal itu bisa merusak nama baik keluarga kita Pah." Salma geram karena merasa dipojokkan.

"Nama baik keluarga kita tak akan rusak ma. Papa tak keberatan memiliki besan seorang napi. Kita harusnya bangga dengan beliau, beliau rela mengorbankan dirinya demi menyelamatkan kehormatan putrinya. Papa juga akan melakukan hal yang sama jika Ghania dalam posisi itu. Masa jabatan papa tinggal 1 tahun. Papa juga tak ingin mencalonkan diri lagi tahun depan. Papa sudah lelah didunia politik. Papa ingin menikmati masa tua bersama anak cucu." Adrian menekankan

1
Rahmawati
bagus bgt
Rahmawati
bagus
Ariastuti Wahyuningrum
Luar biasa
Erni Fitriana
ku baca karya indah mu
Melda Herawaty
👍👍👍👍
Aneke Laoh
Luar biasa
betriz mom
seharusnya kecelakaan menimpa keluarganya sudah hampir setahun kok 6 bulan Thor.
4 bukan adek nya akan. koma, kejadian dia SMA Sean udah 5 bukan yg lalu 🙏🏻🤗
Irma Dwi
kasihan juga kamu sean
Irma Dwi
gengsi banget bilang cinta,,,,
Tina Nine
Luar biasa
Rusie Abdullah Ibu Kidorin
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Achmad Erna
Luar biasa
Ariel Bahtiar
😂😂😂😂
May Keisya
somplak 😂
May Keisya
mertua angker😂
May Keisya
yaelah ini bayik gede pengen gue tabok tuh mulut
May Keisya
Sean ga ada manis2 ya ampuuun...mulutnya emg bikin org darting Mulu😭🤦
May Keisya
Sean dartinggi Mulu😂
May Keisya
🤣🤣🤣....loe orgnya lucu klo Sean byk bikin gedeknya😂
May Keisya
temen2nya Sean ma seannya bnr2 somplak semua🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!